Menurut Hukum Adat Hak Keperdataan Anak Di Luar Perkawinan

a. Ushul ascendent yang terdekat dari pihak bapak, yaitu ayah dan setelah itu kakek ayah dari ayah; b. Anak laki-laki dari gadis ayah yang terdekat, yaitu saudara laki-laki seibu sebapak dan kemudian saudara laki-laki sebapak, kemudian anaknya yang laki- laki; c. Anak laki-laki yang terdekat dari keturunan kakek dari pihak ayah, yaitu paman seibu sebapak dan setelah itu paman sebapak, kemudian anak paman seibu sebapak dan setelah itu anak paman sebapak. d. Wanita yang tidak mempunyai keluarga sama sekali maka yang menjadi walinya adalah Pemerintah. Kesemua urutan yang berhak tersebut tidak ada sama sekali, tidak mampu atau berhalangan semua, maka yang dapat menjalankan kekuasaan orang tua dan perwalian terhadap anak adalah pejabat pemerintahan, atau Kadhi Hakim, sebagaimana hadis riwayat Abu Daud, Tarmizi dan Ibnu Hibban bahwa Nabi menyatakan,”Sultan itu wali bagi orang yang tidak mempunyai wali”. Bahkan menurut mazhab Maliki dan Hambali kalau wali hakim tidak ada tidak mampu atau berhalangan maka setiap orang Islam yang dapat adil dapat menjadi wali. 230

4. Menurut Hukum Adat

Anak dalam keluargakerabat adat adalah tidak diukur menurut batas umur, dewasa atau belum dewasa, belum kawin atau sudah kawin, begitupula apakah itu anak kandung ataukah anak adat, anak tiri, anak angkat, anak akuan, anak asuh, anak pungut dan lain sebagainya. Misalnya untuk menyelesaikan harta pusaka akan berbeda dengan harta pencarian, untuk menyelesaikan masalah kekeluargaan tidak sama dengan penyelesaian masalah kewarisan, dan tidak semua orang dapat 230 Ibid Universitas Sumatera Utara menghadapi dan menyelesaikan masalah perselisihan yang berbeda-beda apalagi yang menyangkut masalah adat. 231 Masyarakat patrilineal patriarchat yang berkuasa atas pemeliharaan anak dan pendidikan anak, termasuk harta kekayaan, penguasaannya berada terutama di tangan bapak dan anggota keluargakerabat pria. Hal ini tidak berarti bahwa pihak ibu atau pihak wanita tidak diikutsertakan tetapi yang lebih besar peranannya adalah menurut garis bapak, sedangkan pihak ibu sebagai pelengkap. Mungkin juga pihak ibu yang aktif menyelesaikan tetapi tetap apa yang dilakukannya adalah atas nama pihak bapak si anak. 232 Sebaliknya dalam masyarakat yang susunannya matrilineal matriarchat, yang terutama berperanan adalah pihak ibu. Kaum pria dari pihak ibu si anak, sedangkan pihak bapak menjadi pelengkap. Hal mana tidak berarti dari pihak tidak dapat mewakili si anak, namun kedudukannya sebagai wakil adalah atas nama dari pihak ibu. Masyarakat yang bersifat parentalbilateral yang berkuasa atas pemeliharaan anak dan pendidikan anak terutama adalah orang tua yaitu bapak dan ibunya bersama-sama. Jika salah satu dari orang tua sudah tidak ada, maka ayah atau ibu yang masih hidup yang bertanggung jawab. Lain halnya jika semua orang tua sudah tidak ada lagi, maka terserah diantara saudara-saudara bapak atau saudara- saudara ibu yang mampu yang bersedia untuk mendidik dan memelihara anak itu. Kalaupun tidak ada diantara anggota keluarga atau kerabat dari orang tua yang dekat 231 Hilman Hadikusuma, Op. Cit., hal. 153 232 Ibid Universitas Sumatera Utara atau jauh yang bersedia melaksanakan kekuasan orang tua dan menjadi wali si anak, dapat saja dilaksanakan oleh para tetangga atau sahabat kenalan orang tua yang bersedia. 233 Umumnya keluarga-keluarga Indonesia dalam memelihara dan mendidik anak kemenakannya tidak suka memperhitungkannya sebagai kerugian, dikarenakan pengaruh rasa kekeluargaan, rasa keagamaan dan peri kemanusiaan. 234 Akibat-akibat hukum dari hubungan antara orang tua dengan anak menurut hukum adat adalah : 235 a. Larangan perkawinan antara anak dengan orang tuanya antara anak laki-laki dengan ibunya, antara anak perempuan dengan ayahnya. b. Kewajiban orang tua untuk mengurus anak-anaknya. c. Pada perkawinan anak perempuan, ayah menjadi wali. Perihal hukum waris dapat dengan mudah ditunjukkan dalam ketunggalan dan kebhinekaan hukum adat. Ketentuan-ketentuan pokok dan asas-asas yang berlaku sangat umum, tetapi tidak dapat merumuskan satu norma yang menunjukkan bentuk yang sama disemua lingkungan hukum. Contohnya adalah asas ahli-waris utama dan pertama dari pemilik Bumiputera yang meninggal ialah anak-anaknya, hanyalah benar sebagian : 236 a. Suku Batak hanya benar terhadap anak-anak laki-laki meskipun harta benda yang telah dibawakan kepada anak-anaknya perempuan tidak boleh diabaikan; 233 Ibid 234 Ibid 235 Ibid 236 Iman Sudiyat, Hukum Adat - Sketsa Asas, Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1981, hal.152 Universitas Sumatera Utara b. Suku Minangkabau hanya benar kalau yang meninggal si ibu, dalam hal yang meninggal si ayah, maka yang mewaris adalah generasi muda keturunan wangsasanaknya perempuan kakak dan adiknya, bukan anak-anak keturunan dia dan isterinya meskipun pemberian adat cq. Pewarisan si ayah kepada anak-anaknya tidak boleh dianggap sepi; c. Lain halnya dengan di Lampung, karena yang mewarisi hanyalah anak tertua, dengan kewajiban memperlakukan keluarga ayahnya sebagai keluarga sendiri. Aturan-aturan hukum waris mengalami pengaruh : 237 a. Perubahanperkembangan sosial; b. Karena makin eratnya ikatan keluarga, sejalan dengan melonggarnya ikatan clan atau suku; c. Auturan-aturan pewarisan dari stelsel-stelsel hukum asing yang karena hubungan tertentu dengan agama mendapat kewibawaan yang berasal dari religi. Aturan-aturan itu misalnya oleh hakim-hakim agama diterapkan atas peristiwa-peristiwa konkrit, meskipun pengaruh itu dalam hukum waris lebih kecil daripada hukum perkawinan.

B. Hak Dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Di Luar Perkawinan