Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
faktor fisik-kimia perairan dan ketersediaan nutrisi atau pakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kekayaan dan keseragaman jenis spesies yang terdapat pada
daerah tersebut. Dari data tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa indeks keanekaragaman setiap stasiun penelitian termasuk rendah karena H’ bernilai 1,929-
2,109 atau dengan kata lain berada pada 0 H’ 2,30. Menurut Barus 2004, hal: 121, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi
apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari
sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah.
Menurut Krebs 1985, hal: 523 menyatakan bahwa, keanekaragaman rendah bila 0 H’ 2,30, keanekaragaman sedang bila 2,302 H’ 6,907 dan
keanekaragaman tinggi bila H’ 6,907. Apabila indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan penyebaran individu setiap genus
tidak sama, serta ada kecenderungan suatu genus mendominasi pada populasi tersebut. Sebaliknya semakin mendekati nilai 1 maka populasi ikan menunjukkan keseragaman
jumlah individunya merata. Menurut Begon et al., 1986, nilai diversitas berdasarkan indeks Shannon-Wiener dihubungkan dengan tingkat pencemaran yaitu apabila H’1
tercemar berat, apabila nilai 1H3 tercemar sedang dan apabila nilai H’3 tidak tercemarbersih. Dari kategori diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa seluruh
stasiun penelitian termasuk mengalami pencemaran pada tingkat tercemar sedang.
4.4 Nilai Indeks Similaritas IS Pada Setiap Stasiun Penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh Nilai Indeks Similaritas IS pada setiap stasiun penelitian seperti pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Nilai Indeks Similaritas IS Pada Setiap Stasiun Penelitian
Stasiun 1
2 3
4 5
1 -
90,909 70,000
66,667 66,667
2 -
- 85,714
80,000 80,000
3 -
- -
94,118 82,353
4 -
- -
- 87,500
5 -
- -
- -
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
Dari tabel 4.4 dapat kita ketahui bahwa indeks similaritas stasiun 1 dan 2, 2 dan 3, 2 dan 4, 2 dan 5, 3 dan 4, 3 dan 5 serta 4 dan 5 berkisar antara 75-100 yang
termasuk kategori yang sangat mirip. Hal ini disebabkan oleh faktor fisik-kimia dan aktivitas yang hampir sama pada setiap stasiun tersebut, sehingga jenis ikan yang
mampu hidup pada daerah tersebut memiliki jenis yang hampir sama juga sehingga diperoleh nilai indeks similaritas dengan kategori yang sangat mirip untuk masing-
masing stasiun tersebut. Untuk stasiun 1 dan 3, 1 dan 4 serta 1 dan 5 termasuk kedalam kategori mirip dengan nilai indeks similaritas berkisar antara 50-75 yang
termasuk, merupakan nilai terendah dari seluruh stasiun penelitian. Hal ini disebabkan adanya perbedaan faktor fisik-kimia dan aktivitas yang mencolok bila dibandingkan
antara stasiun 1 dengan stasiun 3, 4 dan 5. seperti nilai COD pada stasiun 3, 4 dan 5 merupakan nilai tertinggi bila dibandingkan dengan seluruh stasiun penelitian. Dari
hasil analisis korelasi disimpulkan bahwa COD berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman ikan yang akhirnya juga berpengaruh terhadap nilai indeks
similaritas. Oksigen terlarut yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk melakukan berbagai aktivitas namun ketersediaan oksigen terlarut yang terendah terdapat pada
stasiun 3, 4 dan 5.
4.5 Nilai Indeks Morista Pada Setiap Stasiun Penelitian
Untuk melihat pola disribusi tiap spesies ikan di hulu Sungai Asahan Porsea digunakan Indeks Morista. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh nilai
Indeks Morista yang bervariasi, seperti pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Nilai Indeks Morista Pada Setiap Stasiun Penelitian
No Spesies
Indeks Morista Keterangan
1 Aplocheilus panchax
3,609 Berkelompok
2 Channa sp.
4,353 Berkelompok
3 Clarias batrachus
0,877 Normal
4 Cyprinus carpio
2,500 Berkelompok
5 Gambusia sp.
2,965 Berkelompok
6 Osteochilus sp.
Normal 7
Oxyeleotris marmorata 0,980
Normal 8
Puntius sp. 2,500
Berkelompok 9
Mystacoleucus padangensis 2,220
Berkelompok 10
Tilapia mossambica 2,258
Berkelompok 11
Trichogaster sp. 11,992
Berkelompok 12
Trichopsis sp. 7,959
Berkelompok
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar ikan yang diperoleh dari penelitian sifat distribusinya berkelompok yaitu Aplocheilus panchax, Channa sp.,
Cyprinus carpio, Gambusia sp., Puntius sp., Mystacoleucus padangensis, Tilapia mossambica, Trichogaster sp. dan Trichopsis sp. dimana indeks morista yang
diperoleh 1. Sedangkan ikan yang lain sifat distribusinya adalah normal yaitu Clarias batrachus, Osteochilus sp. dan Oxyeleotris marmorata dimana indeks morista yang
diperoleh 1. Menurut Michael 1984, hal: 129, bahwa bila diperoleh indeks morista bernilai 1 maka pola distribusi spesies tersebut adalah acak, bila diperoleh indeks
morista bernilai 1 maka pola distribusi spesies tersebut adalah berkelompok, bila diperoleh indeks morista bernilai 1 maka pola distribusi spesies tersebut adalah
normal. Pola penyebaran suatu organisme bergantung pada sifat fisik-kimia lingkungan yang berupa nutrisi, substrat atau berupa faktor fisik-kimia perairan
tersebut. Suatu struktur komunitas alami tergantung pada cara organisme tersebar atau terpencar.
4.6 Faktor Fisik Kimia Perairan