Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
Batasan daerah aliran ini dimulai dari Bendungan Pengatur Siruar sampai ke hilir berbatasan dengan laut Selat Malaka Loebis,1999, hal: 9,27.
Perubahan faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kepadatan populasi suatu jenis organisme pada suatu daerah. Bila pada suatu daerah misalnya, kepadatan
suatu organisme berlimpah, dan karena suatu sebab faktor lingkungannya berubah maka dapat terjadi penurunan kepadatan populasi secara drastis, umpamanya karena
adanya pengaruh pencemaran yang berupa racun. Sebaliknya, bila pada suatu daerah kepadatan suatu jenis organisme rendah, karena adanya pencemaran dapat pula terjadi
peningkatan kepadatan suatu jenis organisme rendah, karena adanya pencemaran dapat pula terjadi peningkatan kepadatan populasi yang tinggi, umpamanya
pencemaran zat organik dapat menyebabkan kepadatan populasi bakteri pembusuk meningkat. Jelas ada suatu hubungan yang erat antara organisme dengan
lingkungannya Suin, 2002, hal: 1.
Menurut Connel 1987, hal: 159, diantara komponen biotik, ikan merupakan salah satu organisme akuatik yang rentan terhadap perubahan lingkungan terutama
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap jenis ikan agar dapat hidup dan berkembang biak dengan baik harus dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dimana ikan itu hidup.
Daerah aliran Hulu Sungai Asahan telah terdapat berbagai aktivitas manusia seperti pemukiman, pertanian, pabrik dan pertambakan ikan. Dengan adanya berbagai
aktivitas tersebut limbah yang dihasilkan secara langsung maupun tidak langsung dibuang ke badan perairan yang akan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas
perairan dan biota air khususnya ikan. Sehubungan dengan hal tersebut maka
dilakukan penelitian tentang ”Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Hulu Sungai Asahan Porsea”.
1.2 Permasalahan
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
Adanya berbagai aktivitas di sepanjang aliran Hulu Sungai Asahan mengakibatkan perubahan faktor fisik-kimia perairan yang juga berdampak pada
keanekaragaman dan distribusi ikan. Sejauh ini belum diketahui bagaimana keanekaragaman dan distribusi ikan di bagian Hulu Sungai Asahan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui keanekaragaman dan distribusi ikan di Hulu Sungai Asahan. b.
Untuk mengetahui hubungan keanekaragaman dan distribusi ikan dengan faktor fisik-kimia di Hulu Sungai Asahan.
1.4 Hipotesis
a. Terdapat perbedaan keanekaragaman dan distribusi ikan pada setiap stasiun
penelitian. b.
Terdapat hubungan antara faktor fisik-kimia perairan dengan keanekaragaman dan distribusi ikan.
1.5 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai: a.
Memberikan informasi mengenai keanekaragaman dan distribusi ikan di Hulu Sungai Asahan.
b. Memberikan informasi penting bagi instansi terkait dan masyarakat di sekitar
aliran Sungai Asahan mengenai pengaruh berbagai aktivitas yang mengakibatkan perubahan
faktor fisik-kimia perairan yang berpengaruh terhadap keanekaragaman dan distribusi ikan.
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Sungai
Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk alur-alur kecil, kemudian menjadi alur-alur
sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar Loebis et al, 1993, hal: 3.
Ekosistem lotiksungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona krenal mata air yang umumnya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi menjadi
rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat pada tebing- tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air yang
selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil dan helokrenal, yaitu mata air yang membentuk rawa-rawa. Selanjutnya aliran dari beberapa mata air akan membentuk
aliran sungai di daerah pegunungan yang disebut zona rithral, ditandai dengan relief aliran sungai yang terjal. Zona rithral dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu epirithral
bagian yang paling hulu, metarithral bagian tengah dari aliran sungai di zona rithral dan hyporithral bagian paling akhir dari zona rithral. Setelah melewati zona
hyporithral, aliran sungai akan memasuki zona potamal, yaitu aliran sungai pada daerah-daerah yang relief lebih landai dibandingkan dengan zona rithral. Zona
potamal juga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu epipotamal bagian atas dari zona potamal, metapotamal bagian tengah dan hypopotamal bagian akhir darim zona
potamal Barus, 2004, hal: 82.
2.2 Biologi Ikan