Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
KO =
100 x
A B
A −
dengan: KO
= Kandungan organik A
= Berat konstan substrat B
= Berat abu Barus, 2004, hal: 140
Analisa kandungan organik substrat dilakukan di Laboratorium Kimia Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara. Bagan
kerja terlampir Lampiran D.
Secara keseluruhan pengukuran faktor fisik kimia berserta satuan dan alat yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan
No. Parameter
Fisik – Kimia Satuan
Alat Tempat
Pengukuran 1
Suhu air C
Termometer Air Raksa In-situ
2 Penetrasi Cahaya
Cm Keping Seechi
In-situ 3
Intensitas Cahaya Candela
Lux Meter In-situ
4 pH air
- pH air
In-situ 5
DO Mgl
Metoda Winkler In-situ
6 Kecepatan Arus
ms Stopwatch, meteran dan gabus
In-situ 7
Kejenuhan Oksigen -
Laboratotium 8
BOD
5
Mgl Metoda Winkler dan Inkubasi
Laboratorium 9
COD Mgl
Metoda Refluks Laboratorium
10 Kandungan Organik substrat
Oven dan Tanur Laboratorium
3.4 Analisis Data
Data ikan yang diperoleh dihitung nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, indeks diversitas Shannon-Wienner, indeks ekuitabilitas, indeks
similaritas, indeks morista dan analisa korelasi menurut Michael 1984 dan Krebs 1985 sebagai berikut:
a. Kepadatan Populasi K
K = jala
Luas ulangan
ah jenisjuml
suatu individu
Jumlah
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
b. Kepadatan Relatif KR
KR = 100
x jenis
seluruh individu
Kepadatan jenis
satu individu
Kepadatan
c. Frekuensi Kehadiran FK
FK = 100
x ulangan
total Jumlah
jenis suatu
ditempati yang
ulangan Jumlah
dimana nilai FK : 0 – 25
= sangat jarang 25 – 50
= jarang 50 – 75
= sering 75
= sangat sering
d. Indeks Diversitas Shannon – Wienner H’
H’= -
∑
pi ln
pi
dimana :H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner
pi = proporsi spesies ke-i
In = logaritma nature
pi =
Σ niN Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis
dengan nilai H’: 0H’2,302
= keanekaragaman rendah 2,302H’6,907
= keanekaragaman sedang H’6,907
= keanekaragaman tinggi Klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai indeks diversitas Shannon-Wiener
H’, dimana: Dengan nilai H’:
2,0 = Tidak Tercemar 1,6-2,0 = Tercemar Ringan
1,0-1,6 = Tercemar Sedang 1,0
= Tercemar BeratParah
e. Indeks KeseragamanEquitabilitas E
Indeks equitabilitas E = max
H H
dimana : H’ = indeks diversitas Shannon-Wiener
H maks = keanekaragaman spesies maksimum
= In S dimana S banyaknya spesies dengan nilai E berkisar antara 0-1
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
f. Indeks Similaritas IS
IS =
100 x
b a
2c +
dengan: a = jumlah spesies pada lokasi a b = jumlah spesies pada lokasi b
c = jumlah spesies yang sama pada lokasi a dan b Bila: IS = 75 – 100
: sangat mirip IS = 50 – 75
: mirip IS = 25 – 50
: tidak mirip IS =
≤ 25 : sangat tidak mirip
g. Indeks Morista