Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
4.6.1 Suhu
Dari data yang diperoleh suhu air berkisar antara 23,5-26 C, dengan
temperatur yang tertinggi pada stasiun 2 lokasi pertambakan ikan dan pemukiman penduduk dan terendah pada stasiun 5 yaitu 23,5
C daerah bendungan Siruar. Tingginya suhu pada stasiun 2 disebabkan oleh banyaknya aktivitas masyarakat dan
tidak adanya naungan vegetasi kanopi di sekitar daerah aliran sungai yang menyebabkan badan air terkena cahaya matahari secara langsung dan pada stasiun 5
temperaturnya rendah karena aktivitas di daerah tersebut sedikit, banyaknya vegetasi yang terdapat di sekitar daerah aliran sungai dan bertambahnya volume air karena
dibendung. Menurut Barus 2004, hal: 45, pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air
dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Disamping itu pola
temperatur perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen faktor yang diakibatkan oleh manusia seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan
peningkatan temperatur suatu perairan.
4.6.2 Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya yang diperoleh dari hasil penelitian diketahui bahwa intensitas cahaya yang tertinggi terdapat di stasiun 2 daerah pemukiman dan
pertambakan ikan yaitu 974 Candela. Hal ini disebabkan karena sedikitnya vegetasi disekitar daerah aliran sungai dan kandungan substrat yang rendah serta pengukuran
dilakukan pada siang hari yang sangat cerah atau dapat dikatakan bahwa intensitas cahaya yang diukur juga dipengaruhi oleh awan. Terendah di stasiun 1 daerah
kontrol yaitu 448 Candela. Rendahnya intensitas cahaya ini karena pengukuran dilakukan pada sore hari yang mendung dan juga adanya vegetasi di sekitar daerah
aliran sungai serta tingginya kandungan organik sustrat pada daerah ini. Menurut Barus 2004, hal: 43, bahwa faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan
terbentuknya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Cahaya
gelombang pendek merupakan yang paling kuat mengalami pembiasan yang menyebabkan kolam air yang jernih akan terlihat berwarna biru dari permukaan. Pada
lapisan dasar, warna air akan berubah menjadi hijau kekuningan, karena intensitas dari warna ini paling baik ditransmisi dalam air sampai ke lapisan dasar. Kondisi optik
dalam air selain dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari.
4.6.3 Penetrasi Cahaya