Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
stasiun 1, 2, 3 dan 4 ini disebabkan oleh aliran sungai yang relatif lurus dan substrat yang sedikit pada stasiun ini. Rendahnya arus pada stasiun 5 diakibatkan oleh air
sungai yang dibendung dan tingginya substrat pada stasiun ini. Substrat akan mempengaruhi kecepatan arus, namun kecepatan arus dalam suatu ekosistem tidak
dapat ditentukan dengan pasti karena arus pada suatu perairan sangat mudah berubah. Seperti yang dijabarkan oleh Barus 2004, hal: 41, sangat sulit untuk membuat suatu
batasan mengenai kecepatan arus karena di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat
yang ada. Pada musim penghujan misalnya akan meningkatkan debit air dan sekaligus mempengaruhi kecepatan arus. Adanya berbagai substrat pada dasar perairan akan
menyebabkan kecepatan arus bervariasi. Pada alur sungai yang lurus arus tercepat berada pada bagian tengah sungai. Hal ini sesuai dengan hukum fisika mengenai
gesekan friction yang menyatakan bahwa daerah yang terbebas dari gesekan akan mempunyai arus yang lebih cepat. Pada alur sungai yang membelok meander
kecepatan arus paling tinggi pada bagian pinggir sungai, sesuai dengan hukum fisika tentang putaran massa sentrifugal. Pada daerah aliran tertentu akan terdapat suatu
kondisi dengan gerakan air yang sangat lambat, umumnya terdapat di belakang batu- batuan di dasar perairan.
4.6.5 pH Derajat Keasaman
Pada stasiun 1 diperoleh nilai pH Derajat Keasaman yang tertinggi sekitar 7,8 dari seluruh stasiun penelitian dan terendah pada stasiun 2 sekitar 7,5. Tingginya pH pada
daerah ini disebabkan oleh belum adanya aktifitas atau belum terjadi penguraian yang menghasilkan CO
2
sedangkan rendahnya pH pada stasiun 2 karena adanya berbagai macam aktivitas yang menghasilkan senyawa organik maupun anorganik yang
selanjutnya akan mengalami penguraian yang menurunkan pH daerah ini. Namun secara keseluruhan pH pada seluruh stasiun penelitian masih tergolong normal yang
berkisar antara 7,5-7,8. Menurut Kristanto 2002, hal: 73-74, nilai pH air yang normal adalah sekitar netral yaitu 6-8, sedangkan pH air yang tercemar misalnya air
limbah buangan, berbeda-beda tergantung pada jenis limbahnya. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. Semakin lama pH
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
air akan menurun menuju kondisi asam. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya bahan- bahan organik yang membebaskan CO
2
jika mengalami proses penguraian.
4.6.6 DO Disolved Oxygen
Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai oksigen terlarut berkisar antara 5,2-7,2 mgl pada setiap stasiun penelitian. Nilai oksigen terlarut yang tertinggi
pada stasiun 1 daerah kontrol yaitu 7,2 mgl. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tumbuhan air pada stasiun ini yang mensuplai oksigen dari hasil fotosintesis dan suhu
yang tidak terlalu tinggi pada stasiun ini serta sedikitnya kandungan senyawa organik sehingga oksigen yang digunakan untuk penguraian secara aerob hanya sedikit. Nilai
oksigen terlarut yang terendah yaitu pada stasiun 4 tempat pembuangan limbah cair pabrik Toba Pulp Lestari yaitu 5,2 mgl. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa
organik dan anorganik dalam limbah cair tersebut yang membutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa ini dan tingginya suhu serta rendahnya penetrasi cahaya pada
stasiun ini. Menurut Sastrawijaya 2000, hal:85, oksigen terlarut bergantung kepada: suhu, kehadiran tanaman fotosintetik, tingkat penetrasi cahaya yang bergantung
kepada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air, jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri.
Jika tingkat oksigen terlarut rendah, maka organisme aerob akan mati dan organisme anaerob akan menguraikan bahan organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan
hidrogen sulfida. Zat-zat yang menyebabkan air berbau busuk.
4.6.7 Kejenuhan Oksigen