Analisis Korelasi Kesimpulan dan Saran 47

Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.

4.7 Analisis Korelasi

Nilai korelasi yang diperoleh antara parameter fisik-kimia perairan dengan keanekaragaman ikan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Nilai Korelasi Yang Diperoleh Antara Parameter Fisik-Kimia Perairan Dengan Keanekaragaman Ikan Yang Diperoleh Dari Setiap Stasiun Penelitian Suhu Penetrasi Cahaya Intensitas Cahaya pH Kec. Arus DO Kejenuhan Oksigen BOD 5 COD Kand. Organik H’ -0,040 +0,870 -0,071 -0,175 -0,254 +0,613 +0,610 +0,311 -0,620 +0,302 Keterangan: - = korelasi negatif berlawanan + = korelasi positif searah Dari hasil analisis korelasi pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa penetrasi cahaya berkolerasi positif searah terhadap keanekaragaman ikan yaitu 0,870 yang dapat dikategorikan pada korelasi yang sangat kuat, yang berarti semakin tinggi nilai penetrasi cahaya maka semakin tinggi nilai keanekaragaman dan sebaliknya semakin rendah nilai penetrasi cahaya maka nilai keanekaragaman akan semakin rendah. Penetrasi cahaya akan mempengaruhi batas kedalaman terjadinya proses fotosintesis yang ada dalam suatu badan perairan. Semakin dalam penetrasi cahaya maka proses fotosintesis juga akan semakin meningkat, dimana hasil dari fotosintesis berupa karbohidrat dan oksigen sangat dibutuhkan oleh berbagai organisme yang ada dalam suatu perairan khususnya ikan. Seperti yang dijelaskan oleh Kordi 2004, hal: 181- 182, kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih dari 45 cm atau lebih. Karena bila kecerahan kurang dari 45 cm, batas pandangan ikan akan berkurang. Dari hasil analisis korelasi pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa COD berkolerasi negatif berlawanan terhadap keanekaragaman ikan yaitu senilai -6,20, yang berarti semakin tinggi nilai COD maka semakin rendah nilai keanekaragaman dan sebaliknya semakin rendah nilai COD maka nilai keanekaragaman akan semakin Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010. tinggi. Adanya bahan pencemar berupa senyawa organik maupun anorganik dalam air akan sangat mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Oksigen sangat dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menguraikan senyawa organik dan anorganik yang terdapat dalam air baik secara biologis maupun kimiawi, sementara di sisi lain oksigen terlarut sangat dibutuhkan oleh ikan untuk melakukan kegiatan metabolisme. Menurut Wardhana 2004, hal: 90, kehidupan mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. Air yang tidak mengandung oksigen tidak akan memberikan kehidupan bagi kehidupan mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya. Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecahmendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan buangan yang mudah menguap ditandai dengan bau busuk. Makin banyak bahan buangan organik dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Menurut Sarwono 2006, koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sd -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan strength hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel dibuat kriteria sebagai berikut: a. Jika 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel b. Jika 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah c. Jika 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup d. Jika 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat e. Jika 0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat f. Jika 1 : Korelasi sempurna Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan