Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
air akan menurun menuju kondisi asam. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya bahan- bahan organik yang membebaskan CO
2
jika mengalami proses penguraian.
4.6.6 DO Disolved Oxygen
Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai oksigen terlarut berkisar antara 5,2-7,2 mgl pada setiap stasiun penelitian. Nilai oksigen terlarut yang tertinggi
pada stasiun 1 daerah kontrol yaitu 7,2 mgl. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tumbuhan air pada stasiun ini yang mensuplai oksigen dari hasil fotosintesis dan suhu
yang tidak terlalu tinggi pada stasiun ini serta sedikitnya kandungan senyawa organik sehingga oksigen yang digunakan untuk penguraian secara aerob hanya sedikit. Nilai
oksigen terlarut yang terendah yaitu pada stasiun 4 tempat pembuangan limbah cair pabrik Toba Pulp Lestari yaitu 5,2 mgl. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa
organik dan anorganik dalam limbah cair tersebut yang membutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa ini dan tingginya suhu serta rendahnya penetrasi cahaya pada
stasiun ini. Menurut Sastrawijaya 2000, hal:85, oksigen terlarut bergantung kepada: suhu, kehadiran tanaman fotosintetik, tingkat penetrasi cahaya yang bergantung
kepada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air, jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri.
Jika tingkat oksigen terlarut rendah, maka organisme aerob akan mati dan organisme anaerob akan menguraikan bahan organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan
hidrogen sulfida. Zat-zat yang menyebabkan air berbau busuk.
4.6.7 Kejenuhan Oksigen
Nilai kejenuhan oksigen tertinggi dari hasil penelitian terdapat pada stasiun 1 daerah kontrol yaitu 87,27 dan terendah pada stasiun 4 tempat pembuangan
limbah cair pabrik Toba Pulp Lestari yaitu 64,4. Hal ini menunjukkan bahwa pada stasiun 1 memiliki defisit oksigen yang lebih kecil dari seluruh stasiun penelitian yang
dapat memberikan informasi bahwa daerah ini memiliki tingkat pencemaran yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun 4 yang mengandung senyawa organik dan
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
anorganik dari limbah cair TPL. Menurut Barus 2004, hal: 60, kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh
mikroorganisme dan berlangsung secara aerob, artinya membutuhkan oksigen. Seandainya pada pengukuran temperatur 13,9
o
C diperoleh kadar oksigen terlarut 8 mgl, maka sesuai dengan tabel pada lampiran E seharusnya kelarutan oksigen
maksimum akan mencapai 10 mgl. Disini terlihat ada selisih nilai oksigen terlarut antara yang diukur 8 mgl dengan yang seharusnya dapat larut 10 mgl yaitu
sebanyak 2 mgl dengan nilai kejenuhan sebesar 80. Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa pada lokasi tersebut telah terdapat senyawa organik pencemar
yang dapat diketahui dari defisit oksigen sebesar 2 mgl. Oksigen tersebut digunakan dalam proses penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme yang berlangsung
secara aerobik.
4.6.8 BOD Biological Oxygen Demand
BOD Biological Oxygen Demand yang diperoleh dari hasil penelitian diketahui bahwa BOD Biological Oxygen Demand yang tertinggi terdapat di stasiun
2 daerah pemukiman dan pertambakan ikan yaitu 1,5 mgl. Hal ini disebabkan karena banyaknya kandungan senyawa organik dan anorganik dalam badan perairan
yang membutuhkan oksigen untuk menguraikannya. Terendah di stasiun 1 daerah kontrol dan stasiun 5 daerah bendungan Siruar yaitu 0,7 mgl. Rendahnya BOD
pada daerah ini karena hanya mengandung sedikit senyawa organik dan anorganik. Menurut Kristanto 2002, hal: 87, BOD menunjukkan jumlah terlarut oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan- bahan buangan di dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan
semakin kecilnya sisa oksigen terlarut di dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi. Menurut Agusnar 2007, hal: 22,
bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen terutama terdiri dari bahan-bahan organik dan mungkin beberapa bahan anorganik. Polutan semacam ini berasal dari
berbagai sumber seperti kotoran hewan maupun manusia, tanaman-tanaman yang mati atau sampah organik, bahan-bahan buangan dari industri dan sebagainya.
Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010.
4.6.9 COD Chemical Oxygen Demand