Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Pada Setiap Stasiun Penelitian

Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010. atau cocok untuk berkembang. Hal ini mungkin disebabkan oleh kandungan limbah cair yang langsung dibuang ke badan perairan yang menyebabkan terjadinya perubahan faktor fisik-kimia perairan. Seperti yang diterangkan oleh Suin 2002, hal: 1 bahwa perubahan faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kepadatan populasi suatu jenis organisme pada suatu daerah. Bila pada suatu daerah misalnya, kepadatan suatu organisme berlimpah, dan karena suatu sebab faktor lingkungannya berubah maka dapat terjadi penurunan kepadatan populasi secara drastis, umpamanya karena adanya pengaruh pencemaran yang berupa racun. Sebaliknya, bila pada suatu daerah kepadatan suatu jenis organisme rendah, karena adanya pencemaran dapat pula terjadi peningkatan kepadatan suatu jenis organisme rendah, karena adanya pencemaran dapat pula terjadi peningkatan kepadatan populasi yang tinggi, umpamanya pencemaran zat organik dapat menyebabkan kepadatan populasi bakteri pembusuk meningkat. Jelas ada suatu hubungan yang erat antara organisme dengan lingkungannya. Menurut Barus 2004, hal: 126, suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme apabila nilai KR 10 dan FK 25.

4.3 Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Pada Setiap Stasiun Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian diperoleh Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E seperti pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Pada Setiap Stasiun Penelitian Keterangan Stasiun 1 2 3 4 5 Indeks Keanekaragaman H’ 2,084 2,109 1,968 1,929 2,067 Indeks Keseragaman E 0,905 0,849 0,896 0,928 0,941 Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 2,180 dan terendah terdapat pada stasiun 4 yaitu 1,932. sedangkan nilai indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 5 yaitu senilai 0,949 dan terendah pada stasiun 2 yaitu 0,877. Tinggi rendahnya indeks keanekaragaman dan keseragaman pada setiap stasiun penelitian ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti Rosida Ambarita : Keanekaragaman Dan Distribusi Ikan Di Hulu Sungai Asahan Porsea, 2010. faktor fisik-kimia perairan dan ketersediaan nutrisi atau pakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kekayaan dan keseragaman jenis spesies yang terdapat pada daerah tersebut. Dari data tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa indeks keanekaragaman setiap stasiun penelitian termasuk rendah karena H’ bernilai 1,929- 2,109 atau dengan kata lain berada pada 0 H’ 2,30. Menurut Barus 2004, hal: 121, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah. Menurut Krebs 1985, hal: 523 menyatakan bahwa, keanekaragaman rendah bila 0 H’ 2,30, keanekaragaman sedang bila 2,302 H’ 6,907 dan keanekaragaman tinggi bila H’ 6,907. Apabila indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan penyebaran individu setiap genus tidak sama, serta ada kecenderungan suatu genus mendominasi pada populasi tersebut. Sebaliknya semakin mendekati nilai 1 maka populasi ikan menunjukkan keseragaman jumlah individunya merata. Menurut Begon et al., 1986, nilai diversitas berdasarkan indeks Shannon-Wiener dihubungkan dengan tingkat pencemaran yaitu apabila H’1 tercemar berat, apabila nilai 1H3 tercemar sedang dan apabila nilai H’3 tidak tercemarbersih. Dari kategori diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa seluruh stasiun penelitian termasuk mengalami pencemaran pada tingkat tercemar sedang.

4.4 Nilai Indeks Similaritas IS Pada Setiap Stasiun Penelitian