Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa suatu kewajaran bila tradisi ruatan laut pada masyarakat Ujung Bom masih senantiasa dijaga dan dilestarikan.
Di samping alasan diatas, tradisi ruatan laut masih tetap dilaksanakan karena menurut masyarakat setempat akan mambawa penghasilan yang berlipat ganda
apabila diadakan ruatan laut bila dibandingkan sebelum laut itu diruat. Namun jika ditanya tentang sejauh mana kepercayaan yang sebenarnya,
bahwa berhasil tidaknya dan selamat tidaknya dalam mencari ikan dilaut itu tetap tergantung pada Allah. Mereka melaksanakan ruatan laut ini hanya sekedar tradisi
warisan nenek moyang dan hanya sebagaian kecil saja khususnya nelayan yang masih awam agamanya, mereka masih mempercayai hal-hal yang mistik tersebut.
Mengapa ruwatan laut selalu dilaksanakan pada waktu bulan Muharram Tanggal 10, dari hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat, beliau
menjawab : Karena di bulan Muharram tersebut banyak sudah telah terjadi peristiwa penting pada Nabi dan Rasul kita. Seperti kisah Nabi Nuh, Nabi
Muhammad Hijrah ke Madinah, Nabi Adam yang turun ke bumi pada bulan muharram tanggal 10 serta kisah Nabi Sulaiman AS yang akan di bunuh oleh
fir’aun pada 10 Muharram.
18
Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini menggunakan strategi pembangunan sosial melalui komunitas dan pengembangan lokal yakni dimana
masyarakat nelayan secara bersama-sama berupaya mengembangkan komunitas
18
Hidayat Abdurrahman, Tokoh Agama, Wawancara, Tanggal 27 April 2011
lokalnya serta berusaha mengakses potensi yang mereka miliki, sedangkan potensi yang ada di masyarakat nelayan yakni adanya tradisi ruatan laut.
Hal tersebut di atas yang menjadi penyebab tradisi ruwatan laut di kenal oleh Pemerintah Kota Bandar lampung, dan acara tersebut tidak selalu
dilaksanakan pada Bulan Muharram tanggal 10. Dan saat ini acara ruat laut tidak selalu dilakukan pada bulan suro, karena ruat laut di jadikan sebagai obyek wisata
yang biyasanya di selenggarakan oleh pemerintah guna menyambut hari ulang tahun Kota Bandar Lampung. Dan acara ruat laut tidak menjadi sebuah kewajiban
seperi pada zaman dulu, seperti tahun ini tidak dilaksanakan acara ruatan melainkan diganti dengan acara bakti sosial yaitu melakukan khitanan massal.
Hal tersebut di latar belakangi oleh majunya para penduduk kelurahan Kangkung dari aspek pendidikan, banyak para generasi muda yang menjadi sarjana. Selain
itu juga karena adanya pencerahan atau siraman rohani yang selalu di berikan saat acara ruatan oleh kyai Ulama.
19
19
Aang Tajrin, Pengurus Ruwatan lautSkretaris 1 KUD Mina Jaya, Wawancara, Tanggal 25 April 2011
66
BAB IV ANALISA TENTANG TRADISI RUWATAN LAUT
A. Pengertian Ruwatan Laut, Asal-usul Ruwatan Laut, Sebab-sebab Terjadinya Ruwatan Laut, Tata aturan dalam Tradisi Ruwatan Laut dan
pelaksanaannya. 1. Pengertian Ruwatan Laut
Ruatan laut terdiri dari dua suku kata, yaitu ruwat dan laut. Ruwatan adalah suatu upacara membebaskan orang dari nasib buruk yang akan menimpa.
1
Sedangkan laut yaitu kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau-pulau.
2
Jadi ruatan laut adalah suatu bentuk upacara yang dirayakan atau dilaksanakan oleh
masyarakat pantai atau nelayan untuk membebaskan orang dari nasib buruk atau untuk mendapatkan keselamatan dan sebagai perwujudan rasa syukur kepada
Allah swt yang telah memberikan rizki pada mereka. Menurut Sri Mulyono dalam bukunya yang berjudul “Simbolisme dan
Mistikisme dalam Wayang”, ruatan laut berasal dari kata ngeruwat, dan kata ruwatan berarti luas atau lepas, dilepaskan dan dibebaskan. Sedangkan ngeruwat
1
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 762.
2
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 503.
yaitu melepaskan, membebaskan atau menolak dan menghindarkan malapetaka yang diramalkan akan menimpa dirinya.
3
Karnoko Kamajaya dalam bukunya “Ruatan Murwakala Suatu Pedoman”, juga berpendapat bahwa kata “ngeruwat” berasal dari kata “ruat” yang artinya
bebas, lepas.
Kata ruat
atau ngeruwat
artinya membebaskan,
melepaskan.
4
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, ngeruwat adalah upacara pembersihan untuk membebaskan seseorang dari suatu kemalangan yang bukan
diakibatkan dari kesalahan sendiri.
5
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ruwatan laut adalah suatu kepercayaan masyarakat pantai atau nelayan,
agar dalam menghadapi kehidupannya mendapatkan keselamatan, baik terhindar dari mara bahaya ataupun dimurahkan rizki berupa hasil tangkapan ikan yang
melimpah dan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah swt, yakni dengan melaksanakan upacara yang di namakan upacara ruatan laut sedekah laut.
2. Sebab-Sebab Terjadinya Ruwatan Laut Tradisi ruwatan laut adalah merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang
dilakukan oleh para nelayan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan serta mendapatkan ikan yang banyak dalam mencari ikan dilaut. Hal ini sudah menjadi
3
Sri Mulyono, Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang, PT Gunung Agung, Jakarta, 1985, hlm. 33
4
Karnoko Kamajaya, Ruatan Murwakala Suatu Pedoman, Duta Wacana Universiti Press, Jogjakarta, 1992, hlm. 33
5
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 374
kebiasaan yang turun temurun bagi masyarakat nelayan yang mata pencahariannya menangkap ikan. Kehidupan masyarakat tidak selamanya terjalin
dengan aman dan tentram, begitu juga dalam bekerja mencari ikan, banyak berbagai problem yang dihadapi ketika nelayan berada di tengah laut.
Untuk mengatasi berbagai maslah tersebut, maka berbagai carapun dilakukan, termasuk mengadakan upacara ruwatan laut dengan menggunakan
sesajen syarat-syarat ruwatan laut sebagai warisan budaya dan kepercayaan nenek moyang. Masyarakat nelayan berharap dengan diadakannya ruwatan laut
yaitu agar mereka diberi keselamatan dalam mengarungi lautan dan memperoleh ikan secara mudah.
6
Sebagaimana diketahui bahwa kehidupan sehari-hari para nelayan adalah mencari ikan di tengah lautan luas. Alam kehidupan yang mereka alami dan
bentuk usaha yang mereka kerjakan tentunya telah mempengaruhi dan membentuk suatu sikap hidup tersendiri di kalangan para nelayan, seperti tradisi
ruwatan laut. Tradisi ruwatan laut merupakan suatu tradisi yang telah dilakukan oleh
nenek moyang mereka, oleh karena itu ruwatan laut sudah manjadi tradisi tersendiri dikalangan masyarakat nelayan termasuk nelayan muslim. Sebagai
suatu kebiasaam atau tradisi yang sudah biasa dilakukan oleh para nelayan, maka tradisi ruatan laut telah membentuk suatu kepercayaan tersendiri mengenai
6
Sri Mulyono, Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang, PT Gunung Agung, Jakarta, 1985, hlm. 36