Kondisi Sosial-Budaya Masyarakat POTRET KELURAHAN KANGKUNG

itu telah memiliki tradisi dan budaya bersama sebgai hasil akulturasi antar tradisi dan budaya yang ada disana. Ada tradisi masyarakat Jawa Cirebon, Jaseng Serang, dan Lampung, serta budaya milik bersama sebagai hasil akulturasi budaya, baik yang berwawasan nasionalisme maupun yang bernafaskan agama Islam. 10 Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan masyarakat asal Jawa Barat Sunda dan Jaseng, pada umumnya mereka menggunakan bahasa daerah untuk lingkungan mereka sendiri dan keluarganya, selain bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan untuk berkomunikasi dengan kalangan diluar etnis mereka. Masyarakat nelayan asal Jawa Barat amat menyenangi kesenian wayang golek, jaipongan dan pencak silat. Dan dalam hal tradisi keagamaan yang telah meninggal dunia mereka mengadakan selamatan dimulai dari hari pertama, nilu poe 3 hari, nujuh poe 7 hari, opat puluh poe 40 hari, nyaratus poe 100 hari dan mendak tahun setahun setelah kematian. Namun tradisi tersebut dilaksanakan dengan kerelaan masing-masing dan dengan hidangan yang secukupnya serta semampunya, dalam hal ini tidak ada pemaksaan di pelaksanaannya. Melihat kemampuan masing-masing masyarakat yang ditinggal. 11 Kemudian tradisi dan budaya dilingkungan masyarakat nelayan asal jawa tengah, pada umumnya sama dengan orang-orang Serang, mereka gemar 10 Djamhari, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Tanggal 29 April 2011 11 Djamhari, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Tanggal 29 April 2011 melaksanakan sedekahan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Masyarakat yang berasal dari jawa tengah lebih menyukai pertunjukan kuda lumping, wayang kulit maupun kesenian reog dan buroq yang biasanya diselenggarakan dalam rangka acara perkawinan atau khitanan. Adanya proses interaksi antar masyarakat dan budaya dilingkungan masyarakat nelayan Ujung Bom, telah pula melahirkan akulturasi budaya seperti dalam hal bahasa, selain bahasa Indonesia, tidak jarang pula bahasa-bahasa yang ada dilingkungan masyarakat nelayan dapat dikuasai, dimengerti dan dipergunakan oleh yang bukan sukunya seperti banyak orang-orang Lampung yang paham dan bisa berkomunikasi dalam bahasa Jawa ataupun sebaliknya. Dalam hal kerjasama, gotong royong, tolong menolong antar nelayan sangat terasa dimana unsur suku yang terintegrasi dalam kebersamaan menghadapi problema-problema kehidupan, misalnya : membantu meringankan beban orang lain yang terkena musibah, ketika ada acara pernikahan, sunatan dll, ketika ada yang mengadakan selametan perahu serta ketika mengadakan acara ruatan laut, karena ruatan laut merupakan hajat bersama masyarakat nelayan. Tradisi ruatan laut adalah sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh para nelayan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan serta mendapatkan ikan yang banyak. Hal ini merupakan warisan budaya yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka, oleh karena itu ruatan sudah menjadi tradisi tersendiri dikalangan masyarakat nelayan termasuk nelayan muslim. Sebagai suatu kebiasaan atau tradisi yang biasa dilakukan oleh nelayan maka ruatan laut telah membentuk pola kepercayaan tersendiri mengenai mitos-mitos tentang adanya penunggu laut. Kepercayaan ini juga terdapat diarea penelitian penulis, yaitu di Ujung Bom Kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat, bahwa laut harus diruat sebagai perwujudan rasa terimakasih kepada Alloh Swt yang telah memberikan rizki kepada mereka, jika laut tidak diruat mereka percaya hasil tangkapan ikan akan berkurang dan keselamatan dilaut terancam karena setiap saat ombak dan gelombang akan menghantam perahu mereka. 12 Selain itu juga ada kepercayaan di sebagian nelayan, yang meyakini bahwasanya tangkapan ikan berkurang itu adalah bentuk kesialan atau malapetaka. Maka itu harus diruat, biasanya mereka meminta pertolongan dengan jalan pulang ke kampung halaman mereka di Jawa guna mencari orang pintar, kemudian mereka di berikan air yang sudah di doakan dan di bawa pulang ke pesisir Lampung untuk disiramkan ke Kapal-kapal mereka. Dengan harapan kesialan tersebut akan hilang, dan tangkapan ikan menjadi melimpah. Sebenarnya 12 Djamhari, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Tanggal 29 April 2011 kepercayaan seperti itu salah, kalau tangkapan ikan menurun berarti metode penangkapan harus di modernkan dengan teknologi saat ini. 13

D. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarkat

Masyarakat Ujung Bom diluhat dari social agamanaya menrupakan masyarakat yang heterogen, hal ini terbukti karena ada beberapa agam yang dianut oleh masyarkat yakni seperti, Islam, Kristen , Katholik dan Konghucu. Namun mayoritas masyarkatnya beragama Islam. Agama mempunyai peranan penting sekali dalam membentuk sikap, perilaku da watak dalam masyarakat. Dengan pendekatan agama, perbedaan suku, adat istiadat dan budaya dapat dinetralisir menjadi satu pemahaman dan pengalaman yang utuh, yang pada gilirannya dapat menumbuhkan solidaritas social yang tinggi terhadap sesamanya. Demikianlah yang terjadi pada masyarkat Kelurahan Kanngkung, dimana agama dengan institusinya sangat berperan dsalam kehidupan social keagamaan masyarkat. Hal tersebut ditandai dengan berpengaruhnya lembaga-lembaga yang ada seperti NU Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah telah berbuat banyak dalam menciptakan kehidupan social yang agamis, demikian juga terbentuknya majlis taklim, jama’ah yasinan dan adanya TPA Taman Pendidikan Al-Qur’an pada setiap dusun membuktikan berfungsinya agama dalam social masyarakat Ujung Bom. 13 Aang Tajrin, Pengurus Ruwatan LautKepala KUD Mina Jaya, Wawancara, Tanggal 27 April 2011 Sedangkan prasarana rumah ibadah di Kelurahan Kangkung ada tujuh belas buah yakni tiga masjid dan empat belas mushola, untuk pengajian bapak- bapak dilaksanakan setiap malam jum’at yang pelaksanaannya bergiliran dari rumah ke rumah warga. 14 Pemahaman keagamaan masyarakt nelayan sama dengan umumnya pemahaman mayoritas penduduk di nusantara ini, yaitu pemhamannya yang diwarnai dengan corak sinkritis, corak tersebut tercermin pada pola-pola kepercayaan nelayan Ujung Bom terhadap adanya penunggu laut, dengan upacara sedekahan laut Ruwat Laut yang dilaksanakan oleh semua masyarakat nelayan pada tanggal 10 Syuro’ pada setiap tahun. 15 Hal tersebut dapat dimaklumi karena proses penyebaran Islam di Indonesia dengan jalandamai dan selalu kompromi dengan budaya local, oleh karena itu mereka melaksanakannya atas dasar peninggalan upacara nenek moyang. Namun demikian dalam aspek keimanan sesuai dengan hasil wawancara mereka sepenuhnya percaya terhadap kekuasaan Allah swt, hal tersebut ditandai dengan selalu diadakan doa bersama saat melaksanakan tradisi ruatan laut oleh Ulama. Dalam upacara peribadatan masyarakat nelayan Ujung Bom mempunyai pemahaman mazhab Syafi’I, yang telah banyak menekankan kepada kemaslahatan kebaikan serta paham teologi Asy’ariyah yang cenderung pada 14 Djamhari, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Tanggal 29 April 2011 15 Hidayat Abdurrahman, Tokoh Agama, Wawancara, Tanggal 27 April 2011 pemahaman nawliyah Al-Qur’an dan Sunah dengan aqliyah serta hujjah para ulama’ sebagai rujukan pemahamannya. Paham keagamaan semacam ini sering diidentikan dengan paham yang dilakukan oleh NU Nsahdhatul Ulama, terutama dalam amaliyah ibadahnya seperti Sholat Jum’at dengan adzan dua kali, pembacaan do’a qunut pada waktu sholat shubuh serta ditandai dengan tumbuhnya jama’ah yasinan, jama’ah taklim dan tahlilan. Kondisi semacam ini dijumpai bagi kehidupan beragama pada masyarakat nelayan, dimana lembaga Islam yang aktif seperti Nahdhatul Ulama mempunyai pengikut yang banyak dengan segala aktifitas peribadatan seperti majlis taklim bapak-bapak yang dilaksanakan setiap malam jum’at yang tempatnya bergiliran dari masjid ke mushola kemudian ke rumah warga, jema’ah majlis takli ibu-ibu yang dilaksanakan setiap hari kamis di Masjid Nurul Huda, masjlis taklim ini dilaksanakan pada jam 14.00 – 15-30 WIB dan untuk anak-anak nelayan mereka mengaji di TPA Nurul Huda setiap hari jam 16.00 – 17.30 WIB. 16 Sedangkan hubungan sosial yang dilatar belakangi oleh keyakinan yang sama diantara nelayan baik antar etnis maupun satu etnis dapat terlihat pada bentuk nyata seperti ta’awun gotong royong, tolong menolong antar nelayan pada waktu kena musibah, selametan perahu, perkawinan, khitanan, kelahiran dan lain-lain. 16 Djamhari, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Tanggal 29 April 2011

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

0 11 52

TRADISI UPACARA NADRAN PADA MASYARAKAT NELAYAN CIREBON DI KELURAHAN KANGKUNG BANDAR LAMPUNG

4 75 99

PENILAIAN POTENSI TAMAN WISATA WIRA GARDEN KELURAHAN BATU PUTUK KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

3 13 46

DAMPAK KETIDAKSESUAIAN LOKASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DI KELURAHAN TELUKBETUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

3 17 72

TRADISI RUWATAN BERSIH BUMI KEARIFAN LOK

0 4 18

PENGARUH PINJAMAN BERGULIR TERHADAP PENDAPATAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Program KOTAKU di Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 117

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM REVITALISASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DAN MINAT BELI KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pasar Tradisional Kangkung, Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung

0 5 141

EFEKTIFITAS PROGRAM INDONESIA PINTAR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Di Kelurahan Kupang Teba Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 139

ANALISIS KONTRIBUSI BUDIDAYA KERANG HIJAU TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi di Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 147

DAKWAH PERSUASIF PADA MASYARAKAT MARJINAL DI UJUNG BOM KELURAHAN KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 2 100