PENUTUP Tradisi ruwatan laut (ngumbai lawok) di kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung dalam perspektif hukum Islam
dalam Islam, seperti misalnya, tata sosial tanpa hukum chootik, takhayul, mitos, feodalisme, ketidak pedulian kepada nasib orang kecil yang tertindas,
pengingkaran hak asasi, perlawanan terhadap prinsip persamaan umat manusia, dan seterusnya. Semuanya harus diadakan dan diganti dengan ajaran Islam
tentang tauhid atau paham Ketuhanan yang Maha Esa. Kedatangan Islam selalu mengakibatkan adanya perombakan masyarakat
atau pengalihan bentuk tranformasi social menuju kearah yang lebih baik. Tapi pada saat yang sama, kedatangan Islam tidak mesti distruptif atau bersifat
memotong suatu masyarakat dari masa lampaunya semata, melainkan juga dapat ikut melestarikan apa saja yang baik dan benar dari masa lampau itu dan bias
dipertahankan dalam ujian ajaran Universal Islam.
2
Masalah yang timbul di masyarakat, khususnya di bagian daerah dari negeri kita adalah upacara tradisional ruwatan Laut pada Bulan Muharram yang
terus-menerus selalu di praktekkan, guna melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang yag turun-temurun hingga saat ini.
Oleh karena itu, bagaimana metode hukum Islam menghadapinya dan mampu menyelesaikan semua permasalahan yang timbul di masyarakat dengan
baik tepat serta mendatangkan kemaslahatan dari penetapan hukum dan menghindarkan kerusakan atau kemudharatan. Sehingga tidak menimbulkan
pertentangan, perselisihan hingga memecah belah kerukunan umat Islam. Apakah dengan metode lama konvensional yang digunakan ulama terdahulu untuk
2
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2005, h.550.
menghadapinya atau dengan metode ijtihad ulama yang disebut dengan “istihsan”, yang menurut bahasa adalah anggapan baik atau menganggap baik.
Sedangkan Istihsan menurut istilah ahli ushul al-fiqh adalah :
ﺩﻟﻴ ﹸﻞ
ﻳﹾﻈ ﻬﺮ
ﻓ ﻲ
ﻋﹾﻘ ﹺﻞ
ﹾﺍﹸﳌ ﺠ
ﺘﹺﻬ ﺪ
ﻳﹾﻘﺘ ﻀ
ﻰ ﺗﺮ
ﹺﺟﻴ ﺢ
ﻗﻴ ﹴﺱﺎ
ﺧ ﻔ
ﹴﻰ ﻋﹶﻠ
ﻰ ﻗﻴ
ﹴﺱﺎ ﺟ
ﻠﻲ ﹶﺍﻭ
ﺳﺍ ﺘﹾﺜﻨ
َﺀﺎ ﺟ
ﺰ ﻲﺋ
ﻣ ﻦ
ﺣ ﹾﻜ
ﹺﻢ ﹸﻛّﻠ
ﻲ
.
3
Artinya : “Satu dalil yang keluar dari pemikiran seorang Mujtahid yang
menetapkan kerajihan qiyas yang tidak terang khafy daripada qiyas yang terang jaly, atau merajihkan ketentuan hukum yang khusus juz’iy dari
ketentuan yang umum kully.
Firman Allah SWT dalam surat az-Zumar 39 : 55 di dalamnya
mengandung perintah untuk mengikuti yang terbaik dari apa yang diturunkan Allah. Seandainya mengikuti cara yang terbaik itu tidak mempunyai kekuatan
dalam dalil, tentu Allah tidak mengisyaratkan dengan yang seperti itu. Hal ini berarti bahwa istihsan yang tiada lain adalah upaya untuk berbuat yang terbaik itu
diakui kekuatannya dalam agama.
4
Imam asy-Syatibi ahli usul fikih Mazhab Maliki mendefinisikan istihsan dengan, “memberlakukan kemaslahatan parsial ketika berhadapan dengan kaidah
umum, “kemudian ia menambahkan bahwa hakikat istihsan adalah mendahulukan al-maslahah al-mursalah Maslahat dari qiyas. Oleh sebab itu, bagi ulama
Mazhab Maliki teori istihsan merupakan salah satu teori dalam mencapai
3
A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqh 1 dan 2, Jakarta: Kencana, 2010, h. 157.
4
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2, Jakarta: Kencana, 2009, h. 338.