Untuk sesaji memang selalu kepala kerbau, waktu dulu pernah menggunakan sesaji kepala sapi, konon tangkapan ikan menjadi menurun dan penghasilan
nelayan menjadi berkurang.
7. Pertanyaan : Apakah terdapat pelarangan terhadap pernikahan yang akan
dilaksanakan pada bulan Muharram Bulan As-Syuro pada masyarakat muslim Kelurahan Kangkung?
Jawaban : untuk saat ini sudah tidak ada pantangan seperti itu, mungkin itu
dulu pada zaman para kakek nenek kami yang mempercayai akan timbul bencana jika melakukan pernikahan pada bulan tersebut. Kami melakukan
pernikahan pada bulan muharram tidak ada pengaruh apa-apa. Dan di kampung kita biyasanya acara pernikahan dilaksanakan setelah bulan haji.
Kepercayaan tentang hari sakral itu pun hilang seiring dengan bergantinya zaman dan di barengi dengan bertambahnya wawasan para masyarakat Ujung
Bom. Lampung, 25 April 2011
Nara Sumber Interviewer
Bapak Aang Tajrin, SE Riki Dian Saputra
WAWANCARA Data informan
Narasumber : Drs. Ediyalis Kepala Desa Kelurahan Kangkung. Tempat : Kangkung Teluk Betung Lampung, Hp 0813 79042088
Tanggal : Lampung, 27 April 2011
1. Pertanyaan : Menurut hukum Islam, meminta pertolongan kepada selain
Allah Swt adalah termasuk golongan perbuatan syirik, yaitu dengan memberikan sesaji atau berupa sedekahan ke laut. Mengapa tradisi ruwatan
pada masyarakat muslim pesisir kelurahan kangkung masih terlestarikan, apa maksud dan tujuan serta hikmahnya?
Jawaban : Kalau masalah seperti itu saya tidak mau ikut campur, soalnya itu
tradisi kepercayaan masyarakat. Jadi tergantung masing-masing individunya saja, mau melaksanakan atau tidak.
2. Pertanyaan : Bagaimana ketentuan pelaksanaan tradisi ruwatan pada
masyarakat kelurahan kangkung?
Jawaban : Saya juga kurang paham, yang saya tahu biasanya menggunakan
sesaji seperti telor,dan kemenyan. Sebenarnya tradisi tersebut menurut saya adalah pergeseran nilai ritual juga, karena saya mempunyai anggapan bahwa
mereka juga membohongi demit laut. Karena yang di korbankan itu hanya kepala kerbau nya saja yang dbuat untuk di larung di laut, melainkan
dagingnya tidak di korbankan dan tidak juga di makan. Masyarakat hanya membeli kepala kerbau di tempat penjual daging.
3. Pertanyaan : Bagaimanakah antusias warga dalam melaksanakan tradisi
ruwatan?
Jawaban : Kurang tahu, itu kan tradisi masyarakat sini. Kami sebagai aparat
pemerintahan juga tidak mau ikut campur. Karena itu bukan wilayaha kita. Jika kita menyampurinya maka masyarakat akan beranggapan yang tidak baik
kepada kami. Kami sebagai aparat pemerintahan hanya turut memeriahkan saja.
4. Pertanyaan : Apakah tradisi ruwatan ini merupakan hal yang wajib serta
harus di laksanakan setiap tahunnya terutama pada bulan Muharram atau yang lebih di kenal dengan sebutan bulan suro?
Jawaban : Kata masyarakat itu mesti di laksanakan. Tapi itu juga tergantung
masing-masing orangnya. Jika saya memang tidak melaksanakan, karena hal tersebut tidak di atur dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Lampung, 27 April 2011
Narasumber Interviewer
Bapak Lurah Kangkung Riki Dian Saputra