Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

menghadapinya atau dengan metode ijtihad ulama yang disebut dengan “istihsan”, yang menurut bahasa adalah anggapan baik atau menganggap baik. Sedangkan Istihsan menurut istilah ahli ushul al-fiqh adalah : ﺩﻟﻴ ﹸﻞ ﻳﹾﻈ ﻬﺮ ﻓ ﻲ ﻋﹾﻘ ﹺﻞ ﹾﺍﹸﳌ ﺠ ﺘﹺﻬ ﺪ ﻳﹾﻘﺘ ﻀ ﻰ ﺗﺮ ﹺﺟﻴ ﺢ ﻗﻴ ﹴﺱﺎ ﺧ ﻔ ﹴﻰ ﻋﹶﻠ ﻰ ﻗﻴ ﹴﺱﺎ ﺟ ﻠﻲ ﹶﺍﻭ ﺳﺍ ﺘﹾﺜﻨ َﺀﺎ ﺟ ﺰ ﻲﺋ ﻣ ﻦ ﺣ ﹾﻜ ﹺﻢ ﹸﻛّﻠ ﻲ . 3 Artinya : “Satu dalil yang keluar dari pemikiran seorang Mujtahid yang menetapkan kerajihan qiyas yang tidak terang khafy daripada qiyas yang terang jaly, atau merajihkan ketentuan hukum yang khusus juz’iy dari ketentuan yang umum kully. Firman Allah SWT dalam surat az-Zumar 39 : 55 di dalamnya mengandung perintah untuk mengikuti yang terbaik dari apa yang diturunkan Allah. Seandainya mengikuti cara yang terbaik itu tidak mempunyai kekuatan dalam dalil, tentu Allah tidak mengisyaratkan dengan yang seperti itu. Hal ini berarti bahwa istihsan yang tiada lain adalah upaya untuk berbuat yang terbaik itu diakui kekuatannya dalam agama. 4 Imam asy-Syatibi ahli usul fikih Mazhab Maliki mendefinisikan istihsan dengan, “memberlakukan kemaslahatan parsial ketika berhadapan dengan kaidah umum, “kemudian ia menambahkan bahwa hakikat istihsan adalah mendahulukan al-maslahah al-mursalah Maslahat dari qiyas. Oleh sebab itu, bagi ulama Mazhab Maliki teori istihsan merupakan salah satu teori dalam mencapai 3 A. Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqh 1 dan 2, Jakarta: Kencana, 2010, h. 157. 4 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2, Jakarta: Kencana, 2009, h. 338. kemaslahatan yang merupakan tujuan syarak dalam menetapkan hukum. Imam asy-Syatibi selanjutnya mengatakan bahwa istihsan tidak semata-mata di dasarkan pada logika dan hawa nafsu, tetapi didasarkan pada dalil yang lebih kuat. Dalil yang menyebabkan pemalingan ini adalah nas ayat atau hadis, ijmak, ‘urf adat kebiasaan yang berlaku umum, dan adakalanya melalui kaidah-kaidah yang berkaitan dengan menghilangkan kesulitan. Dengan demikian, menurut Imam asy-Syatibi, kaidah istihsan merupakan penerapan kaidah al-maslahah kemaslahatan yang didukung oleh syarak melalui induksi sejumlah nas; bukan oleh nas yang parsial. 5 Allah SWT Menciptakan manusia di dunia ini dengan keanekaragamannya, ada perbedaan suku, bangsa, adat istiadat, bahasa, dan warna kulit. Hal tersebut bertujuan agar manusia dapat saling kenal mengenal di antara sesama. Adanya kemungkinan akulturasi timbal balik antara Islam dan budaya lokal diakui dalam suatu kaedah atau ketentuan dasar dalam Ilmu Ushul Fiqh bahwa Adat itu dihukumkan al-Ada Muhakkamah, atau lebih lengkapnya “Adat adalah syari’ah yang dihukumkan” al-Ada Syari’ah Muhakkamah artinya, adat dan kebiasaan suatu masyarakat, yaitu budaya lokalnya, bisa menjadi sumber hukum islam. Para ulama ushul al-fiqh juga sepakat bahwa hukum-hukum 5 Sebagaimana di kutip dalam: Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, jil.3.Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996, h. 771. yang didasarkan kepada ‘Urf bisa berubah sesuai dengan perubahan masyarakat pada zaman tertentu dan tempat tertentu. 6 Hal diatas sesuai dengan ungkapan Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah, yang mengatakan bahwa: ﺗﻐﻴ ﺮﹾﻟﺍ ﹶﻔﺘ ﻮ ﻯ ﻭ ﺧﺍ ﺘ ﹶﻼ ﹸﻓﻬ ﹺﺑﺎ ﺤ ﺴ ﹺﺐ ﺗﻐﻴ ﹺﺮﹾﺍ َﻷ ﺯﻣ ﻨﺔ ﻭﹾﺍ َﻷ ﻣ ﻜﻨ ﺔ ﻭﹾﺍ َﻷ ﺣ ﻮ ﹺﻝﺍ ﻭ ﹺﻨﻟﺍﻴ ﺕﺎ ﻭﹾﺍ ﻌﻟ ﻮﺍ ِﺀﺩ . 7 Artinya : “Suatu Fatwa bisa berubah karena perubahan zaman, tempat, lingkungan, niat dan adat kebiasaan manusia”. Muhammad Abu Zahrah dalam bukunya Ushul al-Fiqh merumuskan defini adat pada pengertian : ﻣ ﻋﺍﺎ ﺘﺪ ﺍﻩ ﻨﻟﺍ ﺱﺎ ﻣ ﻦ ﻣﻌ ﻣﺎ ﹶﻼ ﺕ ﻭ ﺳﺍ ﺘﹶﻘ ﻣﺎ ﺖ ﻋﹶﻠ ﻴﻪ ﹸﺃﻣ ﻮﺭ ﻫ ﻢ. 8 Artinya : “Apa-apa yang dibiasakan oleh manusia dalam pergaulannya dan telah mantap dalam urusan-urusannya”. Abdul Wahhab Khallaf, dalam kitabnya “Ilmu Ushul Fiqh” berpendapat bahwa ‘Urf berbentuk dari saling mengetahui dan menerima di antara manusia walaupun berbeda-beda tingkatan mereka, rakyat umum dan golongan khusus. Dan ini berbeda dengan ijma yang berbentuk karena kesepakatan ulama 6 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, h. 143. 7 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, h. 149. 8 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2, Jakarta: Kencana, 2009, h. 3 ٨٨. mujtahidin khususnya; sedang rakyat umum tidak campur tangan dalam pembentukannya. 9 ‘Urf itu ada dua macam, yaitu ‘urf yang shahih dan ‘urf yang fasid. ‘Urf yang shahih ialah apa-apa yang telah menjadi adat kebiasaan manusia dan tidak menyalahi dalil syara’, tidak menghalalkan yang haram dan tidak membathalkan yang wajib. Misalnya adat kebiasaan mengadakan aqad jual-beli barang yang belum dibikin, membayar maskawin dengan cicilan, apa-apa yang diberikan oleh lelaki kepada wanita pinangannya berupa perhiasan dan pakaian adalah hadiah tidak termasuk sebagian dari maskawin dan sebagainya. 10 Sedangkan ‘Urf yang fasid ialah apa-apa yang telah menjadi adat kebiasaan manusia, akan tetapi menyalahi dalil syara’. Yaitu menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal. Misalnya seperti memakan harta riba, serta melakukan kontrak yang mengandung riba. Mencampurkan kedudukan antara wanita dan pria di dalam kepentingan yang umum Memberikan minum-minuman keras pada hari raya, termasuk peringatan hari permulaan tahun. Kemudian beberapa dari orang muslim menari dan bernyanyi di saat resepsi pernikahan. Lelaki memakai cincin emas di saat melakukan pinangan perkawinan hal ini 9 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, Al-Kohiroh: Dar al-Hadits, 1423H2003M, h. 99. 10 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, Al-Kohiroh: Dar al-Hadits, 1423H2003M, h. 99. mengikuti kebiasaan orang barat dan lain sebagainya yang mengandung unsur bertentangan dengan syara’ serta pilar-pilar Agama Islam. 11 Suatu tradisi yang selama ini masih tetap berlaku dan terlestarikan dalam adat Muslim masyarakat Lampung adalah praktek upacara Ngumbai lawok. Tradisi Ngumbai Lawok adalah sebagai tradisi ruhani yang dalam bentuk pelaksanaannya sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, yaitu berkorban kerbau, dan kepalanya dihanyutkan ke laut. Sebagai simbol kita harus berkorban atau mengeluarkan sedekah, dengan maksud supaya bagi yang bersedekah rizkinya akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Acara adat yang disebut “Ngumbai Lawok” yang bermakna perjanjian atau sedekah, sebagai refleksi atas rasa syukur para nelayan kita yang telah mendapatkan hasil yang diterima selama satu tahun. Acara ini juga dilakukan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharam. 12 Di dalam praktek Acara ngumbai lawok terdapat adanya indikasi yang menuju kearah cerminan kesyirikan. Karena tidak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. karena Ngumbai lawok dilaksanakan untuk mengucapkan rasa syukur atas ikan-ikan yang melimpah dan laut yang ramah yang telah dinikmati oleh masyarakat sejauh itu, dan sebagai harapan agar keadaan berlimpah dan keramahan laut tersebut tetap berlanjut, dan bahkan bertambah. 11 Wahbah Al-Zuhaili, Ushul Al-Fiqh Al-Islami, Damaskus - Syiria: Dar Al-Fikr, 1427 H 2006 M, Juz 2, h. 109. 12 KOMPAS.com Kemusyrikan adalah dosa yang paling besar; dosa yang tak terampunkan. Musyrik adalah orang yang menyekutukan Allah. Pada dasarnya orang musyrik memiliki kepercayaan akan adanya Allah SWT, tetapi dicampurbaurkan dengan kepercayaan kepada yang lain. Sehingga ia tidak sepenuhnya mempercayai keesaan dan kemhakuasaan Allah SWT, hal ini di jelaskan dalam firmannya surat an-Nisa’ 4 : 116. Kemusyrikan bertentangan dengan tauhid karena tauhid adalah keyakinan akan kemahaesaan Allah SWT; sedangkan kemusyrikan tidak demikian. Orang musyrik mempercayai ada kekuatan lain selain Allah SWT, ada zat lain selain zat Allah SWT yang juga dapat menentukan sesuatu. 13 Dapat dikatakan, faktor utama tersebarnya akidah yang menyesatkan di banyak lingkungan masyarakat atau bangsa ialah adanya rasa percaya terhadap warisan lingkungan masyarakat atau bangsa ialah adanya rasa percaya terhadap warisan dari peniggalan nenek moyang, yang seringkali disertai sikap fanatik. Dan fakta menunjukkan, banyak bangsa di muka bumi ini sebenarnya tidak mempunyai alas an yang cukup atau rasional dalam menerima warisan pemikiran tersebut. Mereka semata-mata berpegang pada suatu kepercayaan yang kurang rasionala. Kepercayaan yang menyimpang itu terus diikuti secara fanatik sesuai 13 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1994, h. 86. dengan kebiasaan nenek moyangnya. Di tengah-tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, ia tetap hidup. 14 Dalam Ilmu Ushul al-fiqh budaya lokal dalam bentuk adat kebiasaan juga di sebut “Urf secara etimologi berasal dari asal kata yang sama dengan al- ma’ruf. Karena “Urf suatu masyarakat sesuai dengan uraian diatas, mengandung unsur yang salah dan yang benar sekaligus, maka dengan sendirinya masyarakat muslim Lampung harus melihatnya dengan kritis dan tidak dibenarkan sikap yang hanya membenarkan semata sesuai dengan berbagai prinsip Islam sendiri yang amat menentang tradisionalisme. Sebagaimana dijelaskan di dalam Q.S al- Zukhruf 43: 23-24. Ayat tersebut menegaskan bahwa apa yang telah dijelaskan diatas, yaitu Islam menentang tradisionalisme, yaitu sikap yang secara a priori memandang bahwa tradisi leluhur selalu baik dan harus dipertahankan serta diikuti. Prinsip ini diletakkan dalam suatu kerangka ajaran dasar mengharuskan kita selalu bersikap kritis sebgaimana dijelaskan di dalam Q.S al-Isra Bani Isra’il 17: Ayat 36. Sikap kritis terhadap tradisi inilah yang menjadi unsur terjadinya transformasi sosial suatu masyarakat yang menjadi perkenalan dengan Islam. Karena itu kedatangan Islam di suatu negeri atau masyarakat, sebagaimmana telah dijelaskan dapat berrsifat distruptif tidak bersifat memotong. Tapi sesuai dengan kaedah yurisprudensi Islam di atas, perlu membedakan antara tradisi dan 14 Abdurrahman Habanakah, Pokok-pokok Akidah Islam, Jakarta: Gema Insani, 1998, h. 575-576. tradisionalitas. Jelasnya ialah, suatu tradisi belum tentu semua unsurnya tidak baik maka harus dilihat dan diteliti mana yang baik untuk dipertahankan dan diikuti. Sedangkan tradisionalitas adalah pasti tidak baik, karena ia merupakan sikap tertutup akibat pemutlakan tradisi secara keseluruhan, tanpa sikap kritis untuk memisahkan mana yang baik dan mana yang buruk. 15 Ngumbai Lawok adalah tradisi ruwatan laut, yaitu upacara membersihkan laut. Hal tersebut lahir dari pemahaman nelayan bahwa laut adalah arena mengais rezeki. Karena itu wajib dirawat. Agar sumber penghidupan mereka itu tetap menjadi sahabat yang memberikan hasil tangkapan melimpah. Tradisi Ini digelar rutin, setahun sekali, sebagai bentuk syukur, persembahan, perawatan, dan pengorbanan. Yaitu dengan memberikan sesaji sedekahan berupa kepala kerbau, daging, buah-buahan, makanan-minuman, dan rokok, serta miniatur perahu. Sesaji itu diangkut ke kapal motor untuk dibawa dan dilarung di kawasan pesisir laut. Semangatnya mirip berkurban pada Idul Adha. Namun, keduanya beda konteks. Sama-sama tradisi ruhani. Tetapi yang satu sebagai simbol ketaatan kepada Sang Khalik sedang yang lain semata bentuk implementasi kekerabatan dengan alam. Bagi nelayan Teluk Lampung, Meruwat Laut punya dua tujuan. Yakni memohon keselamatan di laut sekaligus mensyukuri karunia yang telah diterima. Di dalam kitab tauhid karangan Muhammad Abdul Wahab diterangkan bahwa meminta pertolongan atau berdoa kepada selain Alloh SWT adalah 15 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2005, h.553. termasuk perbuatan syirik. Hal itu terjadi karena kurangnya rasa keimanan manusia terhadap kekuasaan Allah SWT, bahwa hanya kepadanyalah kita meminta pertolongan dan perlindungan dari segala bahaya. Oleh sebab itu, bagi setiap orang beriman harus menjaga dirinya sendiri, isterinya, anak-anaknya dan keluarganya, agar supaya jangan sampai terjatuh kelembah syirik. Paham syirik ini harus di hapus dan dikeluarkan dari dalam hati. Syirik merupakan salah satu dari tujuh hal yang membinasakan manusia. Karena syirik dapat menghancurkan iman seseorang dan menjerumuskannya kedalam jurang api neraka. Idealnya syirik harus mendapat perhatian serius dari setiap muslim. Hal ini juga wajar karena syirik adalah dosa besar yang tak bisa diampuni Allah SWT. 16 Mayoritas penduduk Masyarakat lampung adalah Islam, dan ajaran Islam di sana sangatlah kuat. Akan tetapi di dalam kenyataannya masih ada praktek- praktek tradisi yang menuju atau mencerminkan kepada kemusyrikan, yaitu melestarikan tradisi nenek moyang dahulu dan diturunkan kepada generasi ke generasi hingga saat ini. Hal ini terjadi di daerah Pesisir Teluk Lampung, yaitu tempat para nelayan mengais rejeki di laut dengan menangkap ikan. Maka dari itu penulis tertarik dan bermaksud melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul: “TRADISI RUWATAN LAUT NGUMBAI LAWOK DI KELURAHAN KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”. 16 Muhammad Abdul Wahab, Kitab Tauhid, Beirut: Dar-Al-arobiyah, 1388 H1969, h. 33.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembahasan Masalah Tradisi ruwatan laut adalah suatu aktivitas yang tidak pernah lepas dari pada adat kebiasaan di tiap-tiap suku atau daerahnya yang tetap terlestarikan dari nenek moyang dan diturunkan kepada para generasi berikutnya. Maka dari itu penulis telah menguraikan pelaksanaan ruwatan laut masyarakat muslim lampung ditinjau dari hukum Islam. Untuk mempermudah dan terfokus pada judul skripsi yang telah dipilih dalam penulisan karya tulis ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Pandangan Hukum Islam tentang tradisi ruwatan laut Ngumbai Lawok; 2. Tinjauan Hukum islam terhadap pemberian sesaji berupa kepala sapi atau kerbau ke laut dalam ruwatan laut muslim pesisir teluk Lampung; 3. Tinjauan hukum Islam terhadap kebolehan maupun pelarangan terhadap tradisi ruwatan laut Ngumbai Lawok masyarakat muslim pesisir lampung. 2. Perumusuan Masalah Penulis melihat bahwa pelaksanaan tradisi ruwatan laut Ngumbai Lawok yang telah terjadi di masyarakat muslim pesisir Lampung ini tetap dipertahankan, maka tidak akan sempurna keimanan bagi masyarakat muslim yang meyakini tradisi ruwatan laut sebagai upaya untuk memperoleh perlindungan dan keselamatan selain kepada Allah SWT. Karena hal tersebut sangat jelas sangat bertentangan sekali dengan ajaran ketauhidan kepada Allah SWT. Jika dilihat dari pengaruhnya, hal tersebut mempunyai daya tarik yang sangat kuat bagi para nelayan,karena masyarakat tersebut mempunyai keyakinan dengan melakukan ruwatan laut, mereka akan merasa aman dan nyaman dalam mengais rejeki memohon keselamatan di laut . S erta sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Pesisir Teluk Lampung, agar sumber penghidupan mereka Laut itu tetap menjadi sahabat yang memberikan hasil tangkapan melimpah . Karena telah di berikan hasil tangkapan ikan yang melimpah di setiap tahunnya. Tradisi ruwatan laut bagi masyarakat pesisir teluk Lampung sudah menjadi kebutuhan, terutama di saat gelombang laut tinggi kurang bersahabat dengan nelayan. Masyarakat akan merasa ada yang kurang sempurna di dalam dirinya jika tidak melaksanakan ruwatan tersebut. Dengan permasalahan tersebut, menurut penulis hal ini dianggap urgen dan perlu ditinjau, karena dengan penelitian ini bisa diketahui bagaimana posisi hukum tradisi ruwatan laut Ngumbai Lawok dalam pandangan Islam. Serta bagaimana solusi yang terbaik atas kebiasaan masyarakat pesisir Teluk Lampung agar tidak bertentangan dengan syariat Islam. Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis telah merumuskan permasalahan di antaranya sebagai berikut : 1. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang bersedekah kepala kerbausapi ke laut? 2. Mengapa tradisi ruwatan laut Ngumbai Lawok tetap dipraktekan oleh masyarakat muslim pesisir teluk Lampung, walaupun di dalamnya terdapat nilai-nilai kemusyrikan? 3. Bagaimana menstandarisasikan tradisi ruwatan laut Ngumbai Lawok ke dalam syari’at Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui tradisi ruwatan laut Ngumbai Lawok masyarakat muslim pesisir teluk Lampung secara umum; 2. Untuk mengetahui dan memahami implikasi hukum tradisi ruwatan laut Ngumbai Lawok masyarakat pesisir teluk Lampung, yang masih tetap mempertahankan tradisi sedekah laut ditinjau dari perspektif hukum Islam; 3. Untuk mengetahui status hukum tradisi ruwatan laut yang telah terjadi dalam masyarakat muslim pesisir teluk Lampung; Di antara manfaat dari penelitian karya ilmiah ini adalah: 1. Untuk penulis : menambah wawasan penulis dan ingin mengetahui lebih jauh tentang hukum tradisi ruwatan laut masyarakat muslim pesisir teluk Lampung agar dapat memahami adat istiadat yang berlaku ditinjau dari perspektif hukum Islam. Dengan demikian penulis mampu meningkatkan disiplin ilmu yang akan dikembangkan menjadi profesi penulis sebagai Sarjana Syariah S.Sy dan akan diperdalam lebih lanjut dengan disiplin ilmu yang telah ada.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

0 11 52

TRADISI UPACARA NADRAN PADA MASYARAKAT NELAYAN CIREBON DI KELURAHAN KANGKUNG BANDAR LAMPUNG

4 75 99

PENILAIAN POTENSI TAMAN WISATA WIRA GARDEN KELURAHAN BATU PUTUK KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

3 13 46

DAMPAK KETIDAKSESUAIAN LOKASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DI KELURAHAN TELUKBETUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

3 17 72

TRADISI RUWATAN BERSIH BUMI KEARIFAN LOK

0 4 18

PENGARUH PINJAMAN BERGULIR TERHADAP PENDAPATAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Program KOTAKU di Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 117

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM REVITALISASI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DAN MINAT BELI KONSUMEN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pasar Tradisional Kangkung, Kelurahan Teluk Betung, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung

0 5 141

EFEKTIFITAS PROGRAM INDONESIA PINTAR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Di Kelurahan Kupang Teba Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 139

ANALISIS KONTRIBUSI BUDIDAYA KERANG HIJAU TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi di Pulau Pasaran Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Kota Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 147

DAKWAH PERSUASIF PADA MASYARAKAT MARJINAL DI UJUNG BOM KELURAHAN KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 2 100