pemahaman nawliyah Al-Qur’an dan Sunah dengan aqliyah serta hujjah para ulama’ sebagai rujukan pemahamannya. Paham keagamaan semacam ini sering
diidentikan dengan paham yang dilakukan oleh NU Nsahdhatul Ulama, terutama dalam amaliyah ibadahnya seperti Sholat Jum’at dengan adzan dua kali,
pembacaan do’a qunut pada waktu sholat shubuh serta ditandai dengan tumbuhnya jama’ah yasinan, jama’ah taklim dan tahlilan.
Kondisi semacam ini dijumpai bagi kehidupan beragama pada masyarakat nelayan, dimana lembaga Islam yang aktif seperti Nahdhatul Ulama mempunyai
pengikut yang banyak dengan segala aktifitas peribadatan seperti majlis taklim bapak-bapak yang dilaksanakan setiap malam jum’at yang tempatnya bergiliran
dari masjid ke mushola kemudian ke rumah warga, jema’ah majlis takli ibu-ibu yang dilaksanakan setiap hari kamis di Masjid Nurul Huda, masjlis taklim ini
dilaksanakan pada jam 14.00 – 15-30 WIB dan untuk anak-anak nelayan mereka mengaji di TPA Nurul Huda setiap hari jam 16.00 – 17.30 WIB.
16
Sedangkan hubungan sosial yang dilatar belakangi oleh keyakinan yang sama diantara nelayan baik antar etnis maupun satu etnis dapat terlihat pada
bentuk nyata seperti ta’awun gotong royong, tolong menolong antar nelayan pada waktu kena musibah, selametan perahu, perkawinan, khitanan, kelahiran dan
lain-lain.
16
Djamhari, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Tanggal 29 April 2011
E. Historis Pelaksanaan Tradisi Ruatan Laut
Ruatan laut adalah sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh para nelayan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan serta mendapatkan ikan
yang banyak, hal ini merupakan warisan budaya yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka, oleh karena itu ruatan laut telah menjadi tradisi tersendiri
dikalangan masyarakat nelayan termasuk nelayan muslim. Sebagai suatu kebiasaan atau tradisi yang biasa dilakukan oleh nelayan, maka tradisi ruatan laut
telah membentuk pola kepercayaan tersendiri mengenai mitos-mitos adanya penunggu laut.
Ruat laut adalah Bersih Laut, ungkapan terimakasih. Dalam artian laut itu di ruat agar bersih dari segala mara bahaya yang dapat menimpa nelayan saat
melaut mencari ikan. Ruat laut juga mempunyai maksud sebagai ungkapan terimakasih atau syukur kepada sang pencipta Alloh SWT karena telah
memberikan rezeki nya berupa tangkapan ikan yang melimpah selama setahun.
17
Dengan demikian, kepercayaan terhadap tradisi ruatan laut sudah merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat nelayan yang tidak boleh
ditinggalkan meskipun dalam bentuk upacara yang sangat sederhana. Dari sini akan muncul suatu pertanyaan yang sangat esensial yaitu mengapa tradisi ruatan
laut tersebut masih senantiasa dipercayai dan dilestarikan? Sementara keyakinan mereka adalah agama Islam.
17
Aang Tajrin, Pengurus Ruwatan lautSkretaris 1 KUD Mina Jaya, Wawancara, Tanggal 25 April 2011
Pertanyaan diatas penting dikemukakan disini karena di satu sisi masyarakat nelayan mempercayai suatu kebenaran agamanya, akan tetapi disisi
lain mereka mempercayai bahwa tradisi ruatan laut merupakan suatu keharusan dan kewajiban bagi masyarakat nelayan. Adapun sebab mengapa ruatan laut
masih dipercayai dan dilaksanakan oleh masyarakat nelayan Ujung Bom Gudang Lelang adalah karena masyarakat nelayan mempercayai bahwa apabila telah
melaksanakan ruatan laut maka hasil penangkapan ikan akan meningkat, keselamatan dilaut terjaga, perahu tidak akan dihantam badai terhindar dari mara
bahaya, namun jika tidak melaksanakan ruatan laut, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam mencari ikan dan perahu mereka akan dihantam badai
gelombang. Hal ini menandakan bahwasanya masyarakat nelayan Ujung Bom,
merupakan masyarakat yang memiliki kesadaran magis yakni suatu kesadaran, dimana masyarakat tidak mampu mengetahui kaitan antara suatu faktor dengan
faktor lainnya artinya ketika masyarakat tersebut tidak mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah mereka akan menyalahkan alam dan tidak berfikir
oleh mereka tentang sebab yang lainnya. Di samping itu juga ada alasan lain mengapa mereka tetap melaksanakan
ruatan laut adalah karena merupakan kebiasaan leluhur atau nenek moyang mereka yang tidak boleh ditinggalkan, karena apabila ditinggalkan, dikhawatirkan
akan ketulah kualat, pantangan.?
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa suatu kewajaran bila tradisi ruatan laut pada masyarakat Ujung Bom masih senantiasa dijaga dan dilestarikan.
Di samping alasan diatas, tradisi ruatan laut masih tetap dilaksanakan karena menurut masyarakat setempat akan mambawa penghasilan yang berlipat ganda
apabila diadakan ruatan laut bila dibandingkan sebelum laut itu diruat. Namun jika ditanya tentang sejauh mana kepercayaan yang sebenarnya,
bahwa berhasil tidaknya dan selamat tidaknya dalam mencari ikan dilaut itu tetap tergantung pada Allah. Mereka melaksanakan ruatan laut ini hanya sekedar tradisi
warisan nenek moyang dan hanya sebagaian kecil saja khususnya nelayan yang masih awam agamanya, mereka masih mempercayai hal-hal yang mistik tersebut.
Mengapa ruwatan laut selalu dilaksanakan pada waktu bulan Muharram Tanggal 10, dari hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat, beliau
menjawab : Karena di bulan Muharram tersebut banyak sudah telah terjadi peristiwa penting pada Nabi dan Rasul kita. Seperti kisah Nabi Nuh, Nabi
Muhammad Hijrah ke Madinah, Nabi Adam yang turun ke bumi pada bulan muharram tanggal 10 serta kisah Nabi Sulaiman AS yang akan di bunuh oleh
fir’aun pada 10 Muharram.
18
Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini menggunakan strategi pembangunan sosial melalui komunitas dan pengembangan lokal yakni dimana
masyarakat nelayan secara bersama-sama berupaya mengembangkan komunitas
18
Hidayat Abdurrahman, Tokoh Agama, Wawancara, Tanggal 27 April 2011