2.3.2. Non Small Cell Lung Cancer NSCLC a. Karsinoma Epidermoid Karsinoma Sel skuamos
Perubahan karsinoma sel skuamos biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa
sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa seringkali disertai batuk dan
hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses akibat obstuksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam
bermetastatis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.
23
b. Adenokarsinoma
23
Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan dari jenis tumor ini timbul di bagian
perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh
darah dan limfe pada stadium dini, dan sering bermetastatis jauh sebelum lesi primer.
c. Karsinoma Sel Besar
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-
sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
23
Universitas Sumatera Utara
2.4 Gejala Klinis kanker Paru
Beberapa gejala klinik ada hubungannya dengan jenis histologi kanker paru. Karsinoma epidermoid sering tumbuh sentral, memberikan gejala klinik yang sesuai
dengan pertumbuhan endobronkial. Meliputi batuk, sesak nafas akibat obstruksi, atelektasis, wheezing atau post obstuktif pneumonia. Berbeda dengan adeno
karsinoma dan large cell carcinoma, yang sering terletak pada bagian perifer memberikan gejala yang berhubungan dengan pertumbuhan tumor di perifer seperti
nyeri pleuritis, pleural effusi, atau nyeri dari dinding dada.
19
Gejala klinik kanker paru beraneka ragam, secara garis besar dapat dibagi atas :
19,6
2.4.1. Gejala Intrapulmonal
Gejala intrapulmonal disebabkan gejala lokal adanya tumor di paru, yaitu melalui gangguan pada pergerakan silia serta ulserasi bronkus yang memudahkan
terjadinya radang berulang, disamping dapat mengakibatkan obstuksi saluran napas atau atelektasis.
Gejala dapat berupa batuk lama atau berulang lebih dari 2 minggu yang terjadi pada 70-90 kasus. Batuk darah yang terjadi sebagai akibat ulserasi terjadi pada 6-
51 kasus. Nyeri dada terjadi pada 42-67 kasus, sesak nafas yang disebabkan oleh tumor atau obstruksi yang ditimbulkan tumor ataupun karena atelektasis. Keluhan
sesak napas terdapat pada 58 kasus.
2.4.2. Gejala Intratorakal Ekstrapulmonal
Gejala intratorakal ekstrapulmonal terjadi akibat penyebaran kanker paru melalui kelenjar limfe, atau akibat penyebaran langsung kanker paru ke mediastnum.
Universitas Sumatera Utara
Gejalanya berupa sindrom Horner, paralisis diafragma, sesak napas, atelektasis, disfagia, sindrom vena cava superior, efusi pleura dan lain-lain.
2.4.3. Gejala Estratorakal Non Metastatik
Gejala estratorakal non metastatik terbagi atas manifestasi neuromuskuler ditemukan pada 4-15 kasus, manifestasi endokrin metabolik terjadi pada 5-12,1
kasus, manifestasi jaringan ikat dan tulang sering terdapat pada jenis karsinoma epidermoid, manifestasi vaskuler dan hematologik jarang ditemukan dan bila
ditemukan biasanya berupa migratory thrombophlebitis, purpura dan anemia.
2.4.4 Gejala Ektratorakal Metastatik
Penyebaran kanker paru ekstratorakal dapat terjadi pada beberapa tempat baik secara hematogen maupun limfogen. Lebih dari 50 penderita kanker paru
mengalami metastase ekstra torakal, sering pada tempat yang berbeda dan sering ditemui kelainan neurologis fokal, nyeri tulang dan nyeri perut akibat metastase pada
hati atau metastase pada kelenjar adrenal.
2.5. Stadium Klinis
27
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan system TNM menurut International Union Againts Cancer IUAC The American Joint on Cancer Comitee
AJCC 1997 adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Klasifikasi Stadium Klinis Kanker Paru berdasarkan TNM Stadium
TNM
Karsinoma In Situ I
IA T1N0M0
IB T2N0M0
II IIA
T1N1M0 IIB
T2N1M0 III
IIIA T3N0M0
T3N1M0 T1N2M0
T2N2M0 T3N2M0
IIIB T4N0M0
T4N1M0 T4N2M0
T1N3M0 T2N3M0
T3N3M0 T4N3M0
IV Setiap T, Setiap N dengan M1
Keterangan : Tumor Primer T
Tis : Karsinoma in situ T1 : Tumor dengan ukuran
≤ 3 cm, dikelilingi oleh pleura paru atau viseral dan tidak ada invasi proksimal ke lobus bronkus pada bronskopkopi.
T2 : Tumor ukuran 3 cm, melibatkan bronkus utama, perluasan ke pleura viseral, perluasan ke hilus akibat atelektasis atau pneumonitis obstruktif.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama
Universitas Sumatera Utara
yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, atau adanya atelektasis pneumonitis obstruktif seluruh paru.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura perikardium yang
disertai efusi pleura perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.
Kelenjar Getah Bening Regional N
N0 : Tidak ada metastatis ke kelenjar getah bening regional N1 : Metastasis ke kelenjar getah bening hilus, dan atau peribronkial, serta kelenjar
getah bening pada paru karena perluasan langsung tumor primer. N2 : Metastasis ke kelenjar getah bening mediastinum atau kelenjar getah bening di
bawah karina. N3 : Metastasis ke kelenjar getah bening hilus kontra lateral, atau skelenus kontra
lateralipsi lateral, atau kelenjar getah bening supraklavikuler.
Metastasis Jauh M
M0 : Tidak ada metastasis jauh. M1 : Metastasis ke hepar, anak ginjal, tengkorak.
2.6. Status Performance Penderita Kanker Paru