Pekerjaan yang meningkatkan risiko kanker paru antara lain penambang nikel, industri ion exchange resins yang menggunakan chloromethyl ether dan bis
chloromethyl ether, penambang biji kromit, industri pemakai arsenikum, gas mostar, jelaga, tir dan hidrokarbon aromatik polisiklik.
World Health Organization WHO pada tahun 2004 mengeluarkan pedoman tentang karsinogen di tempat kerja dan perkiraan risiko relatif terhadap kejadian
kanker paru. Menurut Steenland et all 1996, Risiko relatif untuk kanker paru akibat pajanan karsinogen di tempat kerja tidak termasuk radon diperkirakan 1,6. Orang
yang terpapar arsenik dan asbestos dengan dosis rendah memiliki risiko 1,2 kali untuk menderita kanker paru RR 1,22-1,32; 95 Cl.
46
f. Penyakit lain
15
Tuberkulosis paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi kanker paru. Melalui mekanisme hiperplasi, metaplasi, karsinoma in situ kanker paru sebagai
akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.
2.8. Pencegahan Kanker Paru 2.8.1 Pencegahan Primodial
Tujuan pencegahan primodial adalah untuk mencegah timbulnya pola hidup berisiko tinggi. Pencegahan primodial pada kanker paru adalah dengan mencegah
gaya hidup merokok untuk mencegah timbulnya peningkatan kejadian kanker paru.
34
Pencegahan atau pengurangan merokok dapat juga ditempuh melalui penerapan kebijaksanaan dan regulasi tentang rokok. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 114 menyebutkan bahwa setiap
Universitas Sumatera Utara
orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan dan pada pasal 115 menyebutkan kawasan tanpa
rokok antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum
serta tempat lain yang ditetapkan.
35
2.8.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan menghilangkan dan melindungi diri dari kontak dengan zat karsinogen dan faktor-
faktor yang dapat menimbulkan kanker.
36
Pencegahan primer terhadap kanker paru adalah dengan tidak merokok sejak usia dini, apabila sudah merokok hendaklah
segera berhenti merokok, menjauhi perokok
22
dan bila bekerja di tempat yang ada polusi udara seperti debu sebaiknya menggunakan alat pelindung diri masker.
36
2.8.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut. Pencegahan sekunder adalah dengan deteksi dini, diagnosis kanker paru
serta penatalaksanaan klinis dengan segera.
36
a. Deteksi Dini
Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal,
masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu. Deteksi dini kanker paru dapat dilakukan dengan X-
foto toraks dan Sitologi sputum.
36
Universitas Sumatera Utara
b. Diagnosa kanker Paru b.1 Anamnesis
Anamnesis dapat memberikan petunjuk adanya kanker paru. Keluhan dan gejala klinis permulaan yang merupakan petunjuk ke arah karsinoma paru terutama
pada golongan resiko tinggi. Batuk disertai dengan dahak yang banyak, purulenta dan kadang-kadang bercampur dengan darah. Sesak napas dengan suara pernapasan yang
nyaring wheezing mirip dengan serangan asma bronkial. Rasa nyeri di rongga dada. Pada umumnya keadaan lemah, berat badan menurun, anoreksia dan tidak ada
kemauan merokok yang sebelumnya adalah perokok.
20
b.2 Pemeriksaan fisik
Salah satu bentuk yang paling sering ditemukan pada kanker paru adalah terjadinya osteoatropati dari ujung-ujung jari yakni berupa clubbing fingers jari-jari
tabuh.
24
Selain itu, ada ditemukan beberapa kelainan yang dapat memperkuat kecurigaan adanya kanker paru seperti perubahan bentuk dinding toraks dan deviasi
trakea, tumor yang letaknya di perifer meluas pada jaringan bawah kulit berupa penonjolan, kelenjar getah bening teraba terutama di daerah supraklavikula dan
terjadi perluasan tumor ke permukaan pleura yang dapat menyebabkan efusi pleura.
20
Pada stadium lanjut kelainan yang terjadi dapat berupa paralisis dari pita suara serak, obstruksi vena cava, sindroma Horner, gangguan neurologik seperti paralisis
hemidiafragma dan metastase ke kulit dan lain-lainnya.
25
b.2.1 Laboratorium