c. Pengaruh Genetik dan Status Imunologi
Kanker paru dapat di pengaruhi oleh keadaan genetik. Normalnya, pertumbuhan sel berjalan dalam beberapa tahapan dan di kontrol oleh gen pembawa
informasi yang sebagian bertindak sebagai pemicu, penghambat pertumbuhan dan gen pengontrol proses lain dalam sel agar berjalan baik. Gangguan pada gen atau
proses pertumbuhan itu dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada beberapa kondisi tidak semua gangguan itu berkembang cepat namun dapat berhenti
sebelum berubah menjadi ganas tumor jinak. Namun, ketika gangguan semakin berat dan bermetastasis ke organ lain maka hal inilah yang dikatakan sebagai
kanker.
33
Status imunologi penderita yang dipantau dari celular mediated menunjukkan adanya korelasi antara derajat differensiasi sel, stadium penyakit, tanggapan terhadap
pengobatan serta prognosis. Penderita yang alergi umumnya tidak memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.
6
d. Rokok
Insidens kanker paru berhubungan erat dengan kebiasaan merokok.
31
Merokok merupakan faktor risiko utama kanker paru. Pada rokok terdapat zat karsinogen dan zat pemicu timbulnya kanker.
32
Risiko relatif terjadinya kanker paru pada perokok adalah 20 kali dibandingkan dengan non perokok.
6,15
Dari data Susenas 2001 dapat dilihat prevalensi perokok di Indonesia pada penduduk umur di atas 10 tahun 27,7 . Prevalensi perokok cenderung meningkat
selama 5 tahun terakhir. Pola merokok bergeser pada kelompok umur yang lebih muda 15-19 tahun. Prevalensi merokok menurut jenis kelamin didapatkan pada
Universitas Sumatera Utara
penduduk laki-laki 54,5 dan perempuan 1,2. Dari mereka yang merokok sebanyak 92 menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama
anggota rumah tangga lainnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar dari anggota rumah tangga dapat dikategorikan sebagai perokok pasif.
44
Beberapa data epidemiologi yang dilaporkan meningkatkan risiko kanker paru adalah jumlah rokok yang dikonsumsi yaitu lebih dari 20 batang sehari, lama
merokok lebih dari 10 tahun, dan kebiasaan merokok dengan cara menghisap dalam- dalam.
Merokok dalam jangka panjang yaitu 10-20 tahun, dengan jumlah merokok 1- 10 batanghari meningkatkan risiko 15 kali, 20-30 batanghari meningkatkan risiko
40-50 kali serta 40-50 batanghari meningkatkan risiko 70-80 kali. Jika seorang perokok menghentikan kebiasaan merokok, maka baru akan menunjukkan risiko yang
sama dengan bukan perokok 10-13 tahun kemudian.
6,15
e. Paparan Industri
6
Pemaparan terhadap zat kimia tertentu di tempat kerja jelas berhubungan dengan perkembangan kanker paru. Angka Insiden paru pun meningkat pada pekerja
yang terpapar beberapa bentuk nikel dan asbestos. Asbestos adalah fibrosis paru yang berkembang secara perlahan akibat
menghirup debu asbestos berkonsentrasi tinggi atau akibat pemaparan yang lama. Asbestos tingkat lanjut sering dihubungkan dengan kanker paru terutama dikalangan
perokok. Asbestos dapat meningkatkan risiko kanker paru 6-10 kali. Para pekerja di industri bahan-bahan radioaktif seperti penambang uranium mempunyai risiko
menderita kanker paru 4 kali lebih besar dari pada populasi umum. Paparan industri ini biasanya baru terlihat pengaruhnya setelah 15-20 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan yang meningkatkan risiko kanker paru antara lain penambang nikel, industri ion exchange resins yang menggunakan chloromethyl ether dan bis
chloromethyl ether, penambang biji kromit, industri pemakai arsenikum, gas mostar, jelaga, tir dan hidrokarbon aromatik polisiklik.
World Health Organization WHO pada tahun 2004 mengeluarkan pedoman tentang karsinogen di tempat kerja dan perkiraan risiko relatif terhadap kejadian
kanker paru. Menurut Steenland et all 1996, Risiko relatif untuk kanker paru akibat pajanan karsinogen di tempat kerja tidak termasuk radon diperkirakan 1,6. Orang
yang terpapar arsenik dan asbestos dengan dosis rendah memiliki risiko 1,2 kali untuk menderita kanker paru RR 1,22-1,32; 95 Cl.
46
f. Penyakit lain