Pengukuran topik yang dikembangkan dalam penelitian ini bertolak dari faktor 1 dan 2 di atas. Hal ini disebabkan, pengukuran yang lebih konkrit dan
mudah hanya dapat dilakukan pada kedua faktor tersebut. Pengukuran topik pada faktor 3 dan 4 tidak dapat dilakukuan dengan sempurna karena korelasi antara
perangkat-perangkat gramatikal yang digunakan dengan pengukuran tertentu menunjukkan ketidakpastian.
3.5 Fungsi topik utama dalam paragraf tematik
Paragraf tematik merupakan rangkaian klausa yang bertopik. Klausa-klausa yang memiliki topik utama, rangkaiannya tetap sama. Topik-topik utama
dikelompokkan dalam tiga fungsi utama berdasarkan posisinya dalam paragraf. Selanjutnya, secara sintaksis ketiga fungsi utama ini dikodekan dalam cara-cara
berikut : a. Topik pada posisi awal:
i Topik baru diperkenalkan, baru dirubah atau topik baru muncul kembali dalam teks
ii Topik tidak berkesinambungan karena tidak muncul dalam klausa sebelumnya iii Topik dianggap penting, sehingga terus muncul berturut-turut pada klausa
selanjutnya. b. Topik pada posisi tengah:
Universitas Sumatera Utara
i. Topik berkesinambungan sehubungan dengan konteks wacana sebelumnya; dan juga
ii. Keberterusan topik tidak begitu maksimal, sehubungan dengan konteks wacana berturut-turut, sekalipun topik penting
c. Topik pada posisi akhir: i Topik berkesinambungan sehubungan dengan konteks wacana sebelumnya;
tetapi ii Topik tidak berterusan bukan topik persisrten sehubungan dengan konteks
wacana berturut-turut, sekalipun topik penting .
3.6 Skala Kesinambungan Topik
Givon 1981 dalam artikelnya mengatakan ranah-ranah fungsional yang paling umum dalam sintaksis adalah clines. Sejumlah struktur yang berbeda dapat
diatur dalam suatu rangkaian yang berkesinambungan dalam clines ini. Salah satu ranah fungsional yang sesuai dengan pendeskripisian ini adalah kesinambungan atau
ketidaksinambungan topik. Bagaimana seorang komunikator berkomunikasi dengan pendengarnya, agar terhubung, koheren dan relevan dengan permasalahan yang
dibicarakan? Penghubung apa yang digunakannya agar pendengarnya dapat memahaminya? Celah-celah ‘gaps’ apa yang menyebabkan komunikator tersebut
menggunakan setiap penghubung yang berbeda pada akhir permasalahannya? Givon 1983 telah mengemukakan suatu ranah pengidentifikasian topik berdasarkan entitas
Universitas Sumatera Utara
yang paling mudah dipahami sampai pada yang paling sulit dipahami. Topik yang paling mudah diidentifikasi, diposisikan paling atas sedangkan topik yang paling sulit
diidentifikasi kesinambungan topik diposisikan paling bawah. Posisi paling atas menunjukkan derajat kesinambungan topik yang paling tinggi dan posisi selanjutnya
diurut berdasarkan tingkat kesulitannya sampai pada posisi yang paling bawah yang menunjukkan derajat kesinambungan topik rendah. Selanjutnya, Givon membuat
suatu clines kesinambungan topik sebagai berikut : Topik sangat mudah teridentifikasi Kesinambungan tertinggi.
Anafora kosong Pronomina tak bertekanan
Pronomina bertekanan Dislokasi kanan
Frasa nomina takrif Dislokasi kiri
Pergeseseran frasa nomina Konstruksi terpisah
Frasa nomina tak takrif Topik sangat sulit teridentifikasi Kesinambungan terendah.
Besar kemungkinan, penulis akan menggunakan struktur paling atas dari penghirarkian topik apabila celah-celah kesinambungannya kecil sehingga mudah bagi
pembaca untuk memahami. Sebaliknya, penulis akan menggunakan struktur paling bawah jika celah-celah kesinambungannya besar sehingga sulit bagi pembaca untuk memahami
dan melanjutkan wacana tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Perangkat Gramatikal yang Digunakan