menunjukkan topik sulit teridentifikasi sehingga kesinambungan rendah. Sebaliknya, nilai kecil untuk KT menunjukkan topik-topik yang sulit teridentifikasi sehingga
kesinambungan rendah dan nilai besar menunjukkan kesinambungan tinggi. Selain itu, jika jarak rujuk RD dan KG kecil misalnya 1, penulis akan menggunakan
bentuk topik yang paling sederhana, seperti nyo, inyo atau Ø saat merujuk pada suatu topik. Jika jarak rujuk RD dan KG besar, penulis cenderung menggunakan bentuk
topik yang lebih eksplisit, seperti frasa kata nama penuh Puti Gondoriah, Malin Cik Ameh dan lainnya saat merujuk suatu topik.
3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan topik
Pengukuran topik dalam wacana berasal dari asumsi-asumsi tertentu, terkait dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesulitan saat mengidentifikasi
suatu topik dalam wacana. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1. Lamanya ketidakmunculan topik
Apabila sebuah topik dalam bentuk pronomina tak takrif baru diperkenalkan pertama sekali, maka topik tersebut sulit diproses secara maksimal. Hal ini disebabkan, suatu
arsip file baru harus dibuka untuk topik itu. Apabila sebuah topik dalam bentuk pronomina takrif muncul kembali setelah jarak ketidakmunculan cukup panjang, hal
ini juga cukup sulit untuk diproses. Semakin pendek celah ketidakmunculan, semakin mudah topik diidentifikasi. Oleh karena itu, sebuah topik yang sudah muncul dalam
Universitas Sumatera Utara
klausa sebelumnya, menurut definisi, sangat mudah diidentikasi dan dapat diarsipkan dengan tepat.
2. Kemungkinan gangguan dari topik lain Apabila tidak ada topik-topik lain yang muncul sebelumnya dalam lingkungan
terdekat, maka pengidentifikasian topik sangat mudah. Semakin banyak topik- topik lain hadir dalam lingkungan terdekat, semakin sulit pengidentifikasian dan
pengarsipan topik tersebut. 3. Tersedianya informasi semantis
Apabila kemunculan topik-topik lain dalam lingkungan terdekat menimbulkan kemungkinan gangguan sehingga sulit mengidentikasi topik, maka dapat
dimanfaatkan informasi semantis yang terdapat dalam klausa tersebut. Informasi ini diperoleh dari predikat atau frasa verba klausa itu sendiri.
4. Tersedianya informasi tematis Informasi tematis yang terdapat dalam wacana sebelumnya dapat membantu
pengidentifikasian topik, terutama sekali jika kemunculan topik-topik lain menimbulkan kemungkinan gangguan. Informasi tematis ini membuat beberapa
kemungkinan-kemungkinan tertentu, misalnya dalam cerita ini, dalam bab ini, dalam bahagian ini, atau dalam paragraf tematis ini dan lain sebagainya, yang
bertujuan untuk pengidentifikasian topik dalam suatu klausa tertentu dan dalam suatu peran tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran topik yang dikembangkan dalam penelitian ini bertolak dari faktor 1 dan 2 di atas. Hal ini disebabkan, pengukuran yang lebih konkrit dan
mudah hanya dapat dilakukan pada kedua faktor tersebut. Pengukuran topik pada faktor 3 dan 4 tidak dapat dilakukuan dengan sempurna karena korelasi antara
perangkat-perangkat gramatikal yang digunakan dengan pengukuran tertentu menunjukkan ketidakpastian.
3.5 Fungsi topik utama dalam paragraf tematik