adalah apa yang sudah diketahui pendengar dan informasi baru apa yang belum diketahui pendengar.
Ketiga persepsi Halliday, Chafe, Haviland dan Clark tentang Informasi Lama dan Informasi Baru di atas, diilustrasikan dalam suatu pertanyaan dalam suatu
percakapan “Bagaimana pendapatmu tentang SBY ?” Dalam hal ini, meskipun yang ditanya sudah sangat terbiasa dengan Presiden Indonesia, dia bisa saja tidak sedang
memikirkan SBY pada saat pertanyaan itu diberikan. Menurut Haviland dan Clark, SBY merepresentasikan informasi lama pengetahuan terpisah, tetapi Chafe dan
Halliday mengatakannya informasi baru. Meskipun pengetahuan itu tersimpan cukup lama dalam ingatan pendengar, pembicara tidak dapat mengasumsikan pengetahuan
pendengar tentang presiden tersebut bisa aktif dalam waktu yang singkat, apalagi dapat terprediksi.
2.1.8 Konsep Keteridentifikasian
Istilah definit sudah sering digunakan untuk referensi tertentu, seorang penulis mengasumsikan pembaca dapat mengidentifikasinya secara positif. Dalam bahasa
Inggeris bentuk-bentuk referensi ini ditandai dengan penggunaan definit artikel atau penentu-penentu lainnya yang selalu menunjukkan kedefinitan. Selanjutnya Chafe
1976 mengatakan alasan memberikan status definit pada referensi berdasarkan asumsi penutur, pendengar mengetahui referensi tersebut. Chafe memberikan contoh
satu referensi baru yang definit “ I talked to the carpenter yesterday “. The carpenter adalah definit karena dapat teridentifikasi, dan menjadi baru dalam wacana. Asumsi
Universitas Sumatera Utara
keteridentifikasian ini berhubungan erat dengan difinisi pengetahuan terbagi “shared knowledge” tentang informasi lama yang dikemukakan oleh Haviland dan Clark
1971. Tidak dapat disangkal lagi, kedefinitan atau keteridentifikasian cenderung sama dengan informasi lama.Chafe 1976, sedangkan tidak definit atau tidak
teridentikasi cenderung sama dengan informasi baru.
2.1.9 Konsep Tema-Rema
Halliday 1985 mengemukakan suatu model struktur tema yang berbasis pada teori LSF linguistics sistemic functional. Dalam komponen fungsi tekstual
terdapat tiga jenis tema, yaitu tekstual, interpersonal dan topikal. Klausa dapat memiliki salah satu atau semua unsur tema di atas. Tema tekstual terdiri atas kata
seru, seperti ya, tidak, baiklah, dan kata penghubung, seperti dan, atau, tetapi dan lainnya. Selain itu, kata penghubung juga menghubungkan antar klausa, seperti
dengan kata lain, contohnya, sebagai penutup, sebenarnya dan lain sebagainya. Tema interpersonal mempunyai tiga unsur, pertama unsur modalitas, seperti menurut
pendapat saya, biasanya, kemungkinan dan lainnya. Kedua, unsur kata tanya informasi, seperti, dimana, kapan, siapa dan lainnya. Ketiga, unsur kata tanya
pemarkah, seperti adakah, apakah dan lainnya. Tema ideasional atau topikal adalah unsur pembawa makna eksperensial dalam sebuah klausa, seperti proses kelompok
verba, partisipan kelompok nomina dan sirkumstan frase preposisi atau kelompok adverba yang terdapat dalam klausa. Selanjutnya Halliday 1994 mengatakan :
Universitas Sumatera Utara
The theme is the element which serves as the point of departure of messages, it is which the clause is concerned. The remains of the messages, the part in
which the theme is developed is called in Praque School terminology the rheme. As a messages structure, therefore, a clause of Theme accompanied
by a Rheme;The structured is expressed by order – whatever is chosen as the Theme is put first.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tema merupakan bahagian yang penting dalam sebuah klausa karena mengandung sejumlah pesan. Oleh karena itu,
posisi tema ditempatkan pada awal kalimat. Selanjutnya, tema dapat diperluas lagi dan perluasan tersebut disebut rema.
Syall 1975 menggunakan istilah topik-komentar atau topik-fokus untuk tema-rema. Dia mengatakan, faktor konteks tidak musti ko-tekstual saat
mengklasifikasi suatu konstituen sebagai pesan lama dalam kalimat karena konstituen tersebut dapat menjadi bahagian teks yang sebelumnya.
Sementara itu Kirkwood 1969, 1970 sependapat dengan Firbaus 1966 bahwa tema tidak harus menjadi titik awal sebuah klausa. Walaupun dalam bahasa
Inggeris dan padanannya dalam bahasa Jerman la disebut tema, secara sistemik memang menjadi titik awal klausa dan secara prosodi ditandai dengan tanda ’.
Lakoff 1971 menyatakan topik adalah sesuatu yang dibicarakan dalam kalimat. Predikat menghubungkan topik dengan hal yang dibicarakan tersebut.
Adanya hubungan topik-predikat yang mengonotasi sesuatu hal ‘concerning’, misalnya concerning this violion, sonates are easy to play on it.
Dalam Dijk 1980 diperkenalkan struktur makro sebagai struktur semantik, yang berhubungan dengan tema atau topik dalam wacana. Sebagai contoh the
Universitas Sumatera Utara
meeting went out forefer. Outside it was snowing. Kata meeting adalah tema atau topik sedangkan kalimat outside it was snowing tidak bermakna atau tidak relevan ....
2.2 Penelitian Terdahulu