Keadaan Kebahasaan Profil Masyarakat Minangkabau

1.7.1 Keadaan Kebahasaan

Bahasa Minangkabau, bila digabungkan dengan bahasa-bahasa Polinesia dan Melanesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Penutur bahasa Minangkabau menyebar diseluruh pelosok tanah air. Sebagaimana lazimnya, setiap bahasa memiliki ragam bahasa yang dapat ditinjau dari status, kedudukan dan situasi penggunaan bahasa. Dalam bahasa Minangkabau ragam bahasa dibedakan atas 1 ragam bahasa surau, digunakan dalam situasi yang bersifat keagamaan, seperti di Mesjid, Surau, dan Madrasah; kekhasan ragam ini ditandai dengan kosa kata yang telah dipengaruhi oleh bahasa Arab, 2 ragam bahasa Adat, digunakan pada pertemuan atau musyawarah para penghulu, baik pada situasi perkawinan, mendirikan penghulu, kematian, dan situasi adat yang bersifat formal lainnya. Kekhasan ragam bahasa ini ditandai dengan keteraturan pilihan kata yang mengandung nilai-nilai sastra yang tinggi, 3 ragam bahasa Parewa, digunakan pada saat bersenda gurau, seperti guyonan, ejekan dan biasanya ditemukan di warung- warung kopi, pos-pos ronda, di tempat mandi kaum wanita, dan gubuk-guibuk di sawah pada saat panen tiba. Kekhasan ragam bahasa ini ditandai dengan kosa kata yang berbau porno dan kasar, dan 4 ragam bahasa biasa, digunakan pada situasi percakapan sehari-hari. Seperti bahasa pada umumnya, bahasa Minangkabau memiliki variasi dialek yang cukup banyak. Berdasarkan pembagian wilayah, bahasa Minangkabau dikelompokkan menjadi empat kelompok utama, yaitu 1 dialek tanah datar, 2 dialek Agam, 3 Dialek Lima Puluh Kota, dan 4 Dialek Pesisir. Setiap daerah memiliki Universitas Sumatera Utara intonasi dan gaya bahasa tersendiri yang menjadi ciri khas daerahnya. Apabila dua orang penutur bahasa Minangkabau berbicara dan mereka berasal dari daerah yang berbeda biasanya mereka akan menggunakan dialek standar atau dialek umum. Dan dari sekian banyak dialek bahasa Minangkabau yang ada, dialek Padang yang dianggap paling umum.Dialek Padang, sebagai dialek yang digunakan di ibu kota provinsi bukan hanya digunakan di kota Padang saja tetapi di luar Sumatera Barat pun orang Minang sepakat menggunakan dialek ini. Dialek Padang, yang lazim disebut bahaso awak, muncul sebagai bahasa pemersatu masyarakat yang utama, berbeda dengan dialek-dialek lain yang lebih mengutamakan hubungan dalam kelompok tertentu daripada hubungan antarkelompok. Sejak seabad yang lalu, semua linguis terbentur pada variasi dialek ini karena tidak adanya model tunggal untuk memerikan bahasa tersebut terutama untuk masalah transkripsi bahasa Minangkabau, Hidayat 1998.

1.7.2 Letak Geografis dan Wilayah