Konsep Informasi Lama vs Baru

kronologis dan berorientasi pada tokoh. Wacana narasi dalam bahasa Minangkabau, memiliki ciri yang sama dengan wacana narasi dalam bahasa pada umumnya, Pertama, ciri wacana narasi dapat dilihat pada proposisi-proposisinya yang berorientasi pada tokoh. Kedua, ciri wacana narasi dapat dilihat pada proposisi- proposisinya yang memiliki hubungan kronologis atau hubungan rangkaian waktu. Ketiga, ciri wacana narasi dapat dilihat pada strukturnya yang disebut struktur stimulus-respon, yaitu ada proposisi yang mengungkapkan ’rangsangan’ terhadap tindakan tokoh dan ada proposisi yang mengungkapkan ’tanggapan’ terhadap rangsangan itu. Keempat, ciri wacana narasi dapat dilihat pada wujudnya yang bervariasi, seperti cerita pendek, novel, kisah, riwayat, dan dongeng Sumadi 1998.

2.1.7 Konsep Informasi Lama vs Baru

Pembahasan tentang informasi lama vs informasi baru sudah banyak dilakukan Halliday 1967, 1970; Chafe 1974; Haviland and Clark 1974, Prince 1981, 1992, Lambret 1994 dan lainnya, tetapi masing-masing menggunakan caranya sendiri untuk menginterpretasikan kedua istilah ini. Firbaus 1966 menyatakan adanya faktor perubahan linear dalam faktor konteks, dimana konstituen dalam, berfungsi sebagai pesan lama dan mempunyai kesinambungan yang rendah. Sedangkan dalam faktor semantik setiap konstituen diberikan ciri semantik yang menentukan tinggi rendahnya kesinambungan konstituen tersebut. Setiap bahasa memiliki sejumlah strategi yang halus untuk mengatur arus informasi. Informasi lama tidak diperlakukan sama dengan informasi baru, oleh karena itu, satu referensi Universitas Sumatera Utara atau ide tertentu tidak dimanifestasikan secara persis setiap kali dipergunakan. Kalaupun hal ini terjadi, jarak klausa pastilah terlalu panjang sehingga tidaklah praktis untuk mentransfer ide-ide secara efisien dan akurat. Bahasa-bahasa diorganisir agar penutur dapat merujuk pada informasi lama tanpa menghabiskan banyak waktu dan tenaga Halliday 1967 menggunakan istilah ketercakupan “recoverability“ untuk informasi lama dan keterprediksian “predictability” untuk informasi baru. Istilah ‘baru’ diinterpretasikan sebagai ‘kontrastif’. Menurutnya, informasi lama adalah apa yang diharapkan dalam konteks tertentu sedangkan informasi baru adalah apa yang tidak diharapkan, meskipun sudah disebutkan sebelumnya dalam wacana. Chafe 1974 mendefinikan istilah lama sebagai informasi yang dianggap pembicara sudah ada dalam pikiran pendengar pada saat informasi itu disebutkan. Informasi baru adalah informasi yang dianggap penutur baru diperkenalkannya pada pendengar saat dia berbicara. Selain itu dia menggunakan istilah sudah aktif already activated untuk informasi lama dan baru aktif “newly activated” untuk informasi baru. Selanjutnya dalam tulisannya terakhir, Chafe 1987 mengkategorikan status lama-baru dalam tiga istilah yaitu; 1 aktif, 2 semi- aktif, dan 3 tidak aktif. Konsep aktif lama mengacu pada sesuatu yang ada dalam pemikiran pendengar sedangkan konsep tidak aktif baru mengacu pada sesuatu yang tidak aktif dalam pemikiran pendengar. Konsep semi-aktif mengacu pada sesuatu yang dianggap kurang penting dalam pemikiran pendengar. Haviland dan Clark 1974 mendefinisikan informasi lama dan informasi baru sebagai pengetahuan terpisah “shared knowledge”. Menurutnya, informasi lama Universitas Sumatera Utara adalah apa yang sudah diketahui pendengar dan informasi baru apa yang belum diketahui pendengar. Ketiga persepsi Halliday, Chafe, Haviland dan Clark tentang Informasi Lama dan Informasi Baru di atas, diilustrasikan dalam suatu pertanyaan dalam suatu percakapan “Bagaimana pendapatmu tentang SBY ?” Dalam hal ini, meskipun yang ditanya sudah sangat terbiasa dengan Presiden Indonesia, dia bisa saja tidak sedang memikirkan SBY pada saat pertanyaan itu diberikan. Menurut Haviland dan Clark, SBY merepresentasikan informasi lama pengetahuan terpisah, tetapi Chafe dan Halliday mengatakannya informasi baru. Meskipun pengetahuan itu tersimpan cukup lama dalam ingatan pendengar, pembicara tidak dapat mengasumsikan pengetahuan pendengar tentang presiden tersebut bisa aktif dalam waktu yang singkat, apalagi dapat terprediksi.

2.1.8 Konsep Keteridentifikasian