Keberterusan Topik KB Penghitungan Klausa

Salamo tuan Tongga di sanan │ buruang alah jinak bana │ Tongga 1 lah lengah di buruang nuri │ Tongga 2 lah gilo di buruang ameh │ Ø 3 Tongga tidak takana Tiku Pariamani │ Ø 4 Tongga lah lupo sajo Gondoriah. 4. Penghitungan klausa Tongga 1 : 2 [ ada gangguan topik lain buruang ← ] Tongga 2 : 2 [ ada gangguan topik lain burung ← ] Ø 3 Tongga : 2 [ ada gangguan topik lain burung ← ] Ø 4 Tongga : 1 [ tidak ada gangguan topik lain ] 5. Pencatatan token Tongga 1 : [ Definit Kemungkinan Gangguan 2 ] Tongga 2 : [ Definit Kemungkinan Gangguan 2 ] Ø 3 Tongga : [ Pronomina kosong Kemungkinan Gangguan 2 ] Ø 4 Tongga : [Pronomina kosong Kemungkinan Gangguan 1 ]

3.3.3.3 Keberterusan Topik KB

Ukuran ini digunakan untuk melihat kepentingan suatu topik dalam wacana. Diasumsikan bahwa suatu topik yang dianggap penting akan muncul lebih sering dalam teks tertentu. Cara menetapkan nilai untuk keberterusan berbeda dari kedua ukuran yang telah disebutkan diatas. Jika pada kedua ukuran sebelumnya jarak yang diukur mengarah kebelakang maka pada keberterusan ini jarak diukur mengarah kedepan, yaitu sepuluh klausa berikutnya. Nilai terendah 1, apabila topik tidak Universitas Sumatera Utara disebutkan kembali dalam sepuluh klausa kedepannya. Tidak ada nilai maksimum dalam pengukuran ini. Nilai diberikan berdasarkan kekeraban kemunculan topik dalam sepuluh klausa berikutnya secara berturut-turut. Misalnya, jika satu topik muncul, kemudian disebutkan kembali dalam 4 klausa secara berturut-turut kedepannya, maka diberi nilai 4. Langkah Analisis : 1. Menentukan batasan-batasan klausa sama seperti cara pengukuran jarak referensi. 2. Mengidentifikasi setiap token yang akan diukur. 3. Melihat arah rujukan ke arah kanan untuk menemukan token-token yang memiliki referensi yang sama dalam urutan klausa secara berturut-turut. 4. Menghitung jumlah klausa yang berurutan yang mengandung token dari referensi yang sama. 5. Mencatat hasil penjumlahan masing token untuk keberterusan topik. Contoh Analisis 1. Batasan-batasan klausa Mandanga anak 1 alah lahia │ sananglah hati Ameh Manah 2 │ sugiro diambiaknyo 3 rencong pusako 4 │ Ø 5 dibungkuih dangan kain palangi 6 │ turun ka bawah inyo 7 sakali │ Ø 8 sarato si Kambang nan Baduo │ Ø 9 babaliak ka Pariaman hanyo lai.13:2 ’mendengar anak sudah lahir, senanglah hati Ameh Manah, segera diambilnya rencong pusaka, Ameh Manah bungkus dengan kain pelangi, dia langsung turun ke bawah, Ameh Manah beserta si Kambang nan Baduo, Ameh Manah ke Pariaman lagi’. 2. Token yang diidentifikasi : Ameh Manah 3. Penentuan arah rujukan Universitas Sumatera Utara 4. Penghitungan klausa Ameh Manah 2 : 5 nyo 3 → Ø 5 → inyo 7 → Ø 8 → Ø 9 nyo 3 : 4 Ø 5 → inyo 7 → Ø 8 → Ø 9 Ø 5 : 3 inyo 7 → Ø 8 → Ø 9 inyo 7 : 2 Ø 8 → Ø 9 Ø 8 : 1 Ø 9 5. Penghitungan token Ameh Manah 2 [ Definit Keberterusan Topik 5] nyo 3 [ Orang ketiga Keberterusan Topik 4 ] Ø 5 [ Pronomina kosong Keberterusan Topik 3 ] inyo 7 [ Orang ketiga Keberterusan Topik 2 ] Ø 8 [Orang ketiga Keberterusan Topik 1 ] Tabel berikut ini meringkaskan ketiga ukuran yang digunakan, dengan memberikan jarak dan nilai yang signifikan. Tabel 3.1. Interpretasi Ukuran SKALA NILAI KECIL NILAI BESAR JR 1 – 20 Kesinambungan tinggi Kesinambungan rendah KG 1 – 2 Kesinambungan tinggi Kesinambungan rendah KT 0 + Kesinambungan rendah Kesinambungan rendah Pada tabel diatas, nilai kecil untuk JR dan KG, menunjukkan topik-topik yang mudah teridentifikasi sehingga kesinambungan tinggi. Nilai besar untuk JR dan KG Universitas Sumatera Utara menunjukkan topik sulit teridentifikasi sehingga kesinambungan rendah. Sebaliknya, nilai kecil untuk KT menunjukkan topik-topik yang sulit teridentifikasi sehingga kesinambungan rendah dan nilai besar menunjukkan kesinambungan tinggi. Selain itu, jika jarak rujuk RD dan KG kecil misalnya 1, penulis akan menggunakan bentuk topik yang paling sederhana, seperti nyo, inyo atau Ø saat merujuk pada suatu topik. Jika jarak rujuk RD dan KG besar, penulis cenderung menggunakan bentuk topik yang lebih eksplisit, seperti frasa kata nama penuh Puti Gondoriah, Malin Cik Ameh dan lainnya saat merujuk suatu topik.

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan topik

Pengukuran topik dalam wacana berasal dari asumsi-asumsi tertentu, terkait dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesulitan saat mengidentifikasi suatu topik dalam wacana. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1. Lamanya ketidakmunculan topik Apabila sebuah topik dalam bentuk pronomina tak takrif baru diperkenalkan pertama sekali, maka topik tersebut sulit diproses secara maksimal. Hal ini disebabkan, suatu arsip file baru harus dibuka untuk topik itu. Apabila sebuah topik dalam bentuk pronomina takrif muncul kembali setelah jarak ketidakmunculan cukup panjang, hal ini juga cukup sulit untuk diproses. Semakin pendek celah ketidakmunculan, semakin mudah topik diidentifikasi. Oleh karena itu, sebuah topik yang sudah muncul dalam Universitas Sumatera Utara