BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat penting dan bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan sebuah negara. Karena
pendidikan ini pula, setiap negara dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi kompetitif di dunia. Pendidikan menjadi
perhatian khusus di setiap negara. Seperti halnya Jepang meski memiliki sumber daya alam yang terbatas, tetapi tercatat sebagai negara termaju di
bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena mutu sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu tinggi. Keberhasilan tersebut ada karena
pemerintahannya menaruh prioritas yang utama terhadap penyelenggaraan sistem persekolahan, mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai
pendidikan tinggi. Bangsa Indonesia pun telah menyadari akan pentingnya pendidikan sebagai
modal utama dalam mempersiapkan sumber daya manusia, yang kelak akan memiliki peran penting dalam pembangunan nasional. Sungguh ironis jika
sebuah bangsa besar seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang mampu mengolah
kesemua itu menjadi modal pembangunan dan memajukan bangsa yang telah merdeka 64 tahun yang lalu.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru menduduki peranan yang strategis sehingga diperlukan kelayakan mengajar pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu. Data tahun 20002001 menunjukkan bahwa terdapat 49,49 guru SD yang layak jika mengacu pada kualifikasi mengajar minimal
D-2, Sedangkan sebanyak 50, 31 dinilai tidak layak. Pada tingkat SMP yang dinilai layak dengan kualifikasi mengajar SMP minimal D-3 terdapat
33,67 yang dinilai tidak layak. Persentase ini bisa lebih besar lagi lantaran sekarang ditetapkan guru SMP harus memiliki kualifikasi S-1.
1
Menyadari pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang merupakan kesatuan dari peningkatan mutu pendidikan, maka pemerintah
beserta masyarakat terus berupaya mewujudkan peningkatan mutu pendidikan melalui berbagai usaha seperti pengembangan dan perbaikan kurikulum,
pembenahan sistem evaluasi, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan dan pengembangan materi pembelajaran, serta peningkatan
kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan. Dalam arti sederhana untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, maka
terlebih dahulu bangsa Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan potensi, kebutuhan
dan harapan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan sumber daya manusia
SDM pendidik yang memliki kualifikasi kompetensi profesional, agar dapat memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya
pendidikan. Proses belajar mengajar membutuhkan tenaga pengajar yang profesional untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Berkaitan dengan
keberhasilan proses belajar mengajar tentunya tidak lepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi, diantaranya sarana dan prasarana yang memadai,
bobot kurikulum, terutama sumber daya kepala sekolah, guru dan karyawan dalam mengelola, mendidik, membimbing serta mengarahkan siswa dalam
proses belajar mengajar.
1
Ahmad Rizali, Satria Dharma, Indra Djati Sidi, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional, Jakarta : Kompas Gramedia, 2009, Cet. Ke
– 1, h. 22
Sekolah sebagai wadah organisasi yang menyelenggarakan pelayanan kegiatan pendidikan kepada masyarakat tentunya harus ditangani oleh orang-
orang yang tepat dibidangnya. Di samping itu dengan melihat tujuan organisasi sekolah yang sangat penting, maka hendaknya kualitas SDM
sekolah perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini karena dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah itulah kualitas hidup bangsa dipertaruhkan.
Untuk kepentingan sekolah memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan proses belajar mengajar. Guru yang profesional
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2
Itu berarti bahwa guru bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga
harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan kependidikan.
Setiap sekolah perlu meningkatkan atau membina sumber daya pendidik dan kependidikan, yang bertujuan untuk mendayagunakan tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan
itu, fungsi personalia yang harus dilakukan oleh pimpinan adalah melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelatihan pengembangan,
kompensasi, penilaian, pemberhentian dan mengupayakan terwujudnya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional.
Guru merupakan jabatan profesi memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian tersebut.
Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan
.
3 2
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 dan Himpunan Peraturan Perundang- undangan, Bandung : Fokusmedia, 2006, cet. Ke-1, h.7
3
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, Cet. Ke-8 h. 5.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan mendidik siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan. Untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan
membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh ranah kejiwaannya. Dalam hal ini yang paling utama dalam memberi
bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar. Peran guru diharapakan dapat menciptakan pendidikan yang membebaskan masyarakat dari keterpurukan,
kemiskinan dan berbagai krisis yang tengah melanda seluruh elemen bangsa ini
.
Mengingat guru sebagai tenaga profesional, maka dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi profesional. Kompetensi itu dapat dicapai dengan baik,
jika guru yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat yang ditinjau dari kualifikasi pendidikan. Standar kompetensi profesional guru merupakan
ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar layak menduduki salah satu jabatan fungsional guru sesuai
dengan bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Kemampuan yang dimaksud adalah berkaitan dengan penguasaan proses pembelajaran, penguasaan
pengetahuan, dan jabatan jabatan fungsional. Mengenai jabatan fungsional guru merujuk pada kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seorang guru yang dalam melasanakan tugas berdasarkan pada keahlian atau keterampilan tetentu yang bersifat mandiri. Berdasarkan
paparan di atas dapat dinyatakan, bahwa kompetensi profesional seorang guru merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru searah
dengan kebutuhan pendidikan di sekolah kurikulum, tuntutan masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peran kompetensi profesional guru sangat penting, karena kompetensi seorang guru memiliki andil yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas
mutu pendidikan di sekolah. Jika seorang guru tidak memiliki kompetensi dalam segi keilmuan maupun kemampuan-kemampuan lainnya maka sekolah
dalam hal ini kepala sekolah wajib memberikan pembinaan-pembinaan yang
sifatnya untuk melengkapi, menggali, dan mengevaluasi setiap kemampuan- kemampuan dasar yang diperlukan oleh sekolah tersebut.
Saat ini pemerintah telah memperbaiki tingkat kesejahteraan guru melalui perbaikan tunjangan profesi. Namun, upaya perbaikan kesejahteraan guru ini
tidak dibarengi dengan perbaikan tiga kompetensi lain yang dibutuhkan oleh guru, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, dan kompetensi sosial.
Akibatnya banyak guru yang kini memiliki perilaku tidak mencerminkan pribadi seorang guru.
Kompetensi profesi yang berimbas pada diberlakukannya tunjangan profesi seorang guru telah memberikan kontribusi besar pada peningkatan
kesejahteraan guru. Namun peningkatan kesejahteraan ini cenderung tidak dibarengi dengan perbaikan kepribadian, kemampuan, dan hubungan sosial
seorang guru. Akhirnya timbul kesan bahwa yang lebih diperbaiki dari seorang guru adalah materi, kekayaan, bukan kompetensi guru tersebut.
Saat ini terdapat fenomena-fenomena kasus guru yang tidak tepat waktu atau terlambat hadir di sekolah, guru yang tidak mampu menguasai kelas, serta
akhir-akhir ini banyak guru yang terlibat perkelahian dan tindak kejahatan kriminal. Kasus ini terjadi akibat kurangnya kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian guru. Mereka merasa sudah berkompeten terhadap profesinya dan terkesan tidak memperdulikan aturan-aturan yang ada di
sekolah. Selain itu mereka tidak bisa tampil lembut, sejuk, berwibawa, dan melindungi siswa. Jadi kompetensi kepribadian hanya menjadi aturan semu
belaka. Kompetensi kepribadian dan pedagogik serta sosial harus menjadi
perhatian utama dalam hal rekruitman guru dan pembinaan-pembinaan yang sifatnya jangka panjang oleh sekolah. Pasalnya, tidak semua orang yang pintar
dalam ilmu pengetahuan, lulusan S-2 dan S-3, selalu tepat menjadi guru. Inilah kesalahan yang terjadi dalam praktik rekruitmen maupun bentuk-bentuk
pembinaan yang kurang konsisten oleh sekolah. Selain itu pula tingkat pengawasan ataupun supervisi yang rendah dapat mempengaruhi tingkat
kompetensi guru sehingga sangat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah tersebut.
Beberapa fenomena yang disebutkan di atas juga terjadi di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan. Berdasarkan pengamatan pendahuluan dan
wawancara dengan salah seorang guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan, diperoleh gambaran bahwa masih terdapat guru yang tidak
tepat waktu hadir di sekolah, belum menguasai komputer sebagai sarana pembelajaran maupun pendukung dalam proses belajar mengajar. Dalam
pembinaan sumber daya yang telah ada di sekolah, ada indikasi para guru belum maksimal dalam menjalankan tugas profesinya.
Melihat pentingnya sekolah dalam membina kompetensi guru, maka penulis ingin mengangkat fenomena yang terjadi di sekolah tersebut melalui
skripsi dengan judul
“Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan
.
B. Identifikasi Masalah