Latar Belakang Masalah Efektifitas pembinaan kompentensi profesional guru di SMP 227 Pejaten barat Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat penting dan bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan sebuah negara. Karena pendidikan ini pula, setiap negara dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi kompetitif di dunia. Pendidikan menjadi perhatian khusus di setiap negara. Seperti halnya Jepang meski memiliki sumber daya alam yang terbatas, tetapi tercatat sebagai negara termaju di bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena mutu sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu tinggi. Keberhasilan tersebut ada karena pemerintahannya menaruh prioritas yang utama terhadap penyelenggaraan sistem persekolahan, mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Bangsa Indonesia pun telah menyadari akan pentingnya pendidikan sebagai modal utama dalam mempersiapkan sumber daya manusia, yang kelak akan memiliki peran penting dalam pembangunan nasional. Sungguh ironis jika sebuah bangsa besar seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang mampu mengolah kesemua itu menjadi modal pembangunan dan memajukan bangsa yang telah merdeka 64 tahun yang lalu. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru menduduki peranan yang strategis sehingga diperlukan kelayakan mengajar pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Data tahun 20002001 menunjukkan bahwa terdapat 49,49 guru SD yang layak jika mengacu pada kualifikasi mengajar minimal D-2, Sedangkan sebanyak 50, 31 dinilai tidak layak. Pada tingkat SMP yang dinilai layak dengan kualifikasi mengajar SMP minimal D-3 terdapat 33,67 yang dinilai tidak layak. Persentase ini bisa lebih besar lagi lantaran sekarang ditetapkan guru SMP harus memiliki kualifikasi S-1. 1 Menyadari pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang merupakan kesatuan dari peningkatan mutu pendidikan, maka pemerintah beserta masyarakat terus berupaya mewujudkan peningkatan mutu pendidikan melalui berbagai usaha seperti pengembangan dan perbaikan kurikulum, pembenahan sistem evaluasi, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan dan pengembangan materi pembelajaran, serta peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan. Dalam arti sederhana untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, maka terlebih dahulu bangsa Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan potensi, kebutuhan dan harapan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan sumber daya manusia SDM pendidik yang memliki kualifikasi kompetensi profesional, agar dapat memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya pendidikan. Proses belajar mengajar membutuhkan tenaga pengajar yang profesional untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Berkaitan dengan keberhasilan proses belajar mengajar tentunya tidak lepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi, diantaranya sarana dan prasarana yang memadai, bobot kurikulum, terutama sumber daya kepala sekolah, guru dan karyawan dalam mengelola, mendidik, membimbing serta mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar. 1 Ahmad Rizali, Satria Dharma, Indra Djati Sidi, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional, Jakarta : Kompas Gramedia, 2009, Cet. Ke – 1, h. 22 Sekolah sebagai wadah organisasi yang menyelenggarakan pelayanan kegiatan pendidikan kepada masyarakat tentunya harus ditangani oleh orang- orang yang tepat dibidangnya. Di samping itu dengan melihat tujuan organisasi sekolah yang sangat penting, maka hendaknya kualitas SDM sekolah perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini karena dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah itulah kualitas hidup bangsa dipertaruhkan. Untuk kepentingan sekolah memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan proses belajar mengajar. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2 Itu berarti bahwa guru bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan kependidikan. Setiap sekolah perlu meningkatkan atau membina sumber daya pendidik dan kependidikan, yang bertujuan untuk mendayagunakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilakukan oleh pimpinan adalah melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelatihan pengembangan, kompensasi, penilaian, pemberhentian dan mengupayakan terwujudnya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional. Guru merupakan jabatan profesi memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian tersebut. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan . 3 2 Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 dan Himpunan Peraturan Perundang- undangan, Bandung : Fokusmedia, 2006, cet. Ke-1, h.7 3 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, Cet. Ke-8 h. 5. Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan mendidik siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan. Untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh ranah kejiwaannya. Dalam hal ini yang paling utama dalam memberi bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar. Peran guru diharapakan dapat menciptakan pendidikan yang membebaskan masyarakat dari keterpurukan, kemiskinan dan berbagai krisis yang tengah melanda seluruh elemen bangsa ini . Mengingat guru sebagai tenaga profesional, maka dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi profesional. Kompetensi itu dapat dicapai dengan baik, jika guru yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat yang ditinjau dari kualifikasi pendidikan. Standar kompetensi profesional guru merupakan ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar layak menduduki salah satu jabatan fungsional guru sesuai dengan bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Kemampuan yang dimaksud adalah berkaitan dengan penguasaan proses pembelajaran, penguasaan pengetahuan, dan jabatan jabatan fungsional. Mengenai jabatan fungsional guru merujuk pada kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang guru yang dalam melasanakan tugas berdasarkan pada keahlian atau keterampilan tetentu yang bersifat mandiri. Berdasarkan paparan di atas dapat dinyatakan, bahwa kompetensi profesional seorang guru merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah kurikulum, tuntutan masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran kompetensi profesional guru sangat penting, karena kompetensi seorang guru memiliki andil yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di sekolah. Jika seorang guru tidak memiliki kompetensi dalam segi keilmuan maupun kemampuan-kemampuan lainnya maka sekolah dalam hal ini kepala sekolah wajib memberikan pembinaan-pembinaan yang sifatnya untuk melengkapi, menggali, dan mengevaluasi setiap kemampuan- kemampuan dasar yang diperlukan oleh sekolah tersebut. Saat ini pemerintah telah memperbaiki tingkat kesejahteraan guru melalui perbaikan tunjangan profesi. Namun, upaya perbaikan kesejahteraan guru ini tidak dibarengi dengan perbaikan tiga kompetensi lain yang dibutuhkan oleh guru, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, dan kompetensi sosial. Akibatnya banyak guru yang kini memiliki perilaku tidak mencerminkan pribadi seorang guru. Kompetensi profesi yang berimbas pada diberlakukannya tunjangan profesi seorang guru telah memberikan kontribusi besar pada peningkatan kesejahteraan guru. Namun peningkatan kesejahteraan ini cenderung tidak dibarengi dengan perbaikan kepribadian, kemampuan, dan hubungan sosial seorang guru. Akhirnya timbul kesan bahwa yang lebih diperbaiki dari seorang guru adalah materi, kekayaan, bukan kompetensi guru tersebut. Saat ini terdapat fenomena-fenomena kasus guru yang tidak tepat waktu atau terlambat hadir di sekolah, guru yang tidak mampu menguasai kelas, serta akhir-akhir ini banyak guru yang terlibat perkelahian dan tindak kejahatan kriminal. Kasus ini terjadi akibat kurangnya kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian guru. Mereka merasa sudah berkompeten terhadap profesinya dan terkesan tidak memperdulikan aturan-aturan yang ada di sekolah. Selain itu mereka tidak bisa tampil lembut, sejuk, berwibawa, dan melindungi siswa. Jadi kompetensi kepribadian hanya menjadi aturan semu belaka. Kompetensi kepribadian dan pedagogik serta sosial harus menjadi perhatian utama dalam hal rekruitman guru dan pembinaan-pembinaan yang sifatnya jangka panjang oleh sekolah. Pasalnya, tidak semua orang yang pintar dalam ilmu pengetahuan, lulusan S-2 dan S-3, selalu tepat menjadi guru. Inilah kesalahan yang terjadi dalam praktik rekruitmen maupun bentuk-bentuk pembinaan yang kurang konsisten oleh sekolah. Selain itu pula tingkat pengawasan ataupun supervisi yang rendah dapat mempengaruhi tingkat kompetensi guru sehingga sangat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah tersebut. Beberapa fenomena yang disebutkan di atas juga terjadi di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan. Berdasarkan pengamatan pendahuluan dan wawancara dengan salah seorang guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan, diperoleh gambaran bahwa masih terdapat guru yang tidak tepat waktu hadir di sekolah, belum menguasai komputer sebagai sarana pembelajaran maupun pendukung dalam proses belajar mengajar. Dalam pembinaan sumber daya yang telah ada di sekolah, ada indikasi para guru belum maksimal dalam menjalankan tugas profesinya. Melihat pentingnya sekolah dalam membina kompetensi guru, maka penulis ingin mengangkat fenomena yang terjadi di sekolah tersebut melalui skripsi dengan judul “Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan .

B. Identifikasi Masalah