Efektifitas pembinaan kompentensi profesional guru di SMP 227 Pejaten barat Jakarta Selatan

(1)

EFEKTIFITAS PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL

GURU DI SMP NEGERI 227 PEJATEN BARAT

JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

AHMAD HAWARY NIM :104018200690

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru

di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 1 Juni 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar S1 (S.Pd) dalam bidang Kependidikan Islam, program studi Manajemen Pendidikan.

Jakarta, Juni 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal TTD

Ketua Panitia

Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed M.Phil ………….………… ………..…… NIP. 195 60530 198503 1 002

Sekretaris

Fauzan, MA ……… ………... NIP. 19761107 200701 1 013

Penguji I

Drs. Mujahid, Ak M. SC ……… ……….. NIP. 194 70714 196510 1 001

Penguji II

Dr. Muhammad Arif, M.Pd ……… ……….. NIP. 197 00606 199702 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 198703 1 003


(3)

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Bismillahirrohmanirrohim

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Hawary

NIM : 104018200650

TTL : Jakarta, 02 Oktober 1986 Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan

Dosen Pembimbing : 1. Drs. Muarif SAM M.Pd 2. Dra. Manerah

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,10 Juni 2011 Penulis


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Tiada kata yang pantas penulis ungkapkan selain Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang diridhai oleh Allah .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi maupun dorongan materil. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Drs. Rusydy Zakaria M. Ed. M. Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam ,serta Fauzan MA Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Mu’arif SAM, M. Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 4. Dra. Manerah, Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan saran

produktif dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Drs. H. Nurochim, MM, Dosen Penasehat Akademik

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis kuliah.


(5)

7. Kepala SMP Negeri 227 Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan Drs. H. Abu Bakar Idris M. Pd, Bapak dan Ibu guru serta seluruh staff SMP Negeri 227, atas kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian.

8. Pengelola perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas buku-bukunya yang telah dipinjamkan kepada penulis sebagai pedoman dalam kajian teori yang penulis susun dalam skripsi ini.

9. Ayahanda tercinta H. Abdul Rahman HS dan Ibunda Hj. Muliah, yang telah berjuang tanpa mengenal lelah untuk mengasuh, mendidik, mendo’akan dan berkorban baik moril maupun materil. Terima kasih atas semua jasa-jasa beliau.

10.Abu Sufyan, Wahyudin, Fadilah, Badriah, Ayatullah, Ahmad Fauzan (Kakak) Ibnu Jauzi, Rika Azizah (Adik tercinta) yang senantiasa mendo’akan dan memberi semangat pada penulis, terima kasih atas semua do’a dan dukungannya.

11.Semua teman-teman seperjuangan Jurusan Kependidikan Islam angkatan 2004, khususnya Maria Ulfa, Muhammad Nurulah, Hari Saputra, Anggriawan Pranata, Lukman, Muhammad Irfan Arofah, Shandi Irawan, Abdul Rohim, Fadli Hasan, dan Muhammad Faisal yang selalu kompak dan semangat baik dalam suka maupun duka.

Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas amal baik mereka.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umunya bagi pembaca sekalian.

Alhamdulillahirobbilalamin Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 4 Mei 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Profesional Guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru ... 9

2. Syarat-syarat Profesi Guru ... 18

3. Urgensi Kompetensi Profesional Guru ... 23

B. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru 1. Pengertian Pembinaan Kompetensi Profesional guru ... 25

2. Tujuan Pembinaan Profesional Guru ... 26

3. Fungsi dan Prinsip Pembinaan Kompetensi ...27

Profesional Guru 4. Ruang Lingkup dan Metode Pembinaan Kompetensi Profesional Guru ... 29


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Responden ... 40

C. Metode Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Pengolahan Data ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Profil Sekolah ... 47

2. Visi dan Misi ... 49

B. Pembinaan Kompetensi Professional Guru Oleh Pihak Sekolah ... 52

1. Pembinaan Keterampilan Mengajar ... 52

2. Pembinaan Kemampuan Mengajar ... 53

3. Pembinaan Disiplin Kerja Guru ... 53

4. Pembinaan Terhadap Kepuasan Kerja Guru ... 54

C. Tingkat Keefektifan Pembinaan Kompetensi Profesional Guru ... 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 43

Tabel 2 : Klasifikasi Nilai Rentang Interval ... 47

Tabel 3 : Skor pernyataan no 1 ... 55

Tabel 4 : Skor pernyataan no 2 ... 55

Tabel 5 : Skor pernyataan no 3 ... 55

Tabel 6 : Skor pernyataan no 4 ... 55

Tabel 7 : Skor pernyataan no 5 ... 56

Tabel 8 : Skor pernyataan no 6 ... 56

Tabel 9 : Skor pernyataan no 7 ... 56

Tabel 10 : Skor pernyataan no 8 ... 56

Tabel 11 : Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Keterampilan Mengajar Guru 56 Tabel 12 : Skor pernyataan no 9 ... 57

Tabel 13 : Skor pernyataan no 10 ... 57

Tabel 14 : Skor pernyataan no 11 ... 57

Tabel 15 : Skor pernyataan no 12 ... 58

Tabel 16 : Skor pernyataan no 13 ... 58

Tabel 17 : Skor pernyataan no 14 ... 58

Tabel 18 : Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Kemampuan Mengajar Guru 58 Tabel 19 : Skor pernyataan no 15 ... 59

Tabel 20 : Skor pernyataan no 16 ... 59

Tabel 21 : Skor pernyataan no 17 ... 60

Tabel 22 : Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Disiplin Kerja Guru ... 60

Tabel 23 : Skor pernyataan no 18 ... 61

Tabel 24 : Skor pernyataan no 19 ... 61

Tabel 25 : Skor pernyataan no 20 ... 61

Tabel 26 : Skor pernyataan no 21 ... 61

Tabel 27 : Skor pernyataan no 22 ... 61


(9)

Tabel 29 : Skor pernyataan no 24 ... 62 Tabel 30 : Skor pernyataan no 25 ... 62 Tabel 31 : Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Kepuasan Kerja Guru ... 62 Tabel 32 : Rekapitulasi Persentase Pembinaan Kompetensi Profesional

Guru ... 63 di SMP Negeri 227 Pejaten Barat


(10)

ABSTRAK

Ahmad Hawary, 104018200650 Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan untuk mengetahui efektifitas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam membina kompetensi profesional guru yang meliputi dimensi-dimensi pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru, pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru, pembinaan terhadap disiplin kerja guru, dan pembinaan terhadap kepuasan kerja guru.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif analitis, yaitu penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab rumusan masalah, tetapi tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data utama dari penelitian ini dapat diketahui dengan jelas dari analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah telah melakukan pembinaan secara baik terhadap kompetensi professional guru yang meliputi keterampilan mengajar, kemampuan mengajar, disiplin kerja, dan kepuasan kerja. Dari ke-empat dimensi tersebut, hanya dimensi pembinaan kemampuan mengajar yang masih tergolong cukup, sedangkan dimensi lainnya berkatagori sangat efektif.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut direkomendasikan kiranya kepala sekolah perlu meningkatkan hubungan atau interaksi yang baik dengan guru, perlu meningkatkan pembinaan kemampuan mengajar guru. Selain itu hendaknya guru dapat melaksanakan dan merencanakan prosedur pembelajaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat penting dan bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan sebuah negara. Karena pendidikan ini pula, setiap negara dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi (kompetitif) di dunia. Pendidikan menjadi perhatian khusus di setiap negara. Seperti halnya Jepang meski memiliki sumber daya alam yang terbatas, tetapi tercatat sebagai negara termaju di bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena mutu sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu tinggi. Keberhasilan tersebut ada karena pemerintahannya menaruh prioritas yang utama terhadap penyelenggaraan sistem persekolahan, mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan tinggi.

Bangsa Indonesia pun telah menyadari akan pentingnya pendidikan sebagai modal utama dalam mempersiapkan sumber daya manusia, yang kelak akan memiliki peran penting dalam pembangunan nasional. Sungguh ironis jika sebuah bangsa besar seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang mampu mengolah kesemua itu menjadi modal pembangunan dan memajukan bangsa yang telah merdeka 64 tahun yang lalu.


(12)

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru menduduki peranan yang strategis sehingga diperlukan kelayakan mengajar pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Data tahun 2000/2001 menunjukkan bahwa terdapat 49,49 % guru SD yang layak jika mengacu pada kualifikasi mengajar minimal D-2, Sedangkan sebanyak 50, 31 % dinilai tidak layak. Pada tingkat SMP yang dinilai layak dengan kualifikasi mengajar SMP minimal D-3 terdapat 33,67 % yang dinilai tidak layak. Persentase ini bisa lebih besar lagi lantaran sekarang ditetapkan guru SMP harus memiliki kualifikasi S-1.1

Menyadari pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang merupakan kesatuan dari peningkatan mutu pendidikan, maka pemerintah beserta masyarakat terus berupaya mewujudkan peningkatan mutu pendidikan melalui berbagai usaha seperti pengembangan dan perbaikan kurikulum, pembenahan sistem evaluasi, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan dan pengembangan materi pembelajaran, serta peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan. Dalam arti sederhana untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, maka terlebih dahulu bangsa Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan potensi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan sumber daya manusia (SDM) pendidik yang memliki kualifikasi kompetensi profesional, agar dapat memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya pendidikan. Proses belajar mengajar membutuhkan tenaga pengajar yang profesional untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Berkaitan dengan keberhasilan proses belajar mengajar tentunya tidak lepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi, diantaranya sarana dan prasarana yang memadai, bobot kurikulum, terutama sumber daya kepala sekolah, guru dan karyawan dalam mengelola, mendidik, membimbing serta mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar.

1

Ahmad Rizali, Satria Dharma, Indra Djati Sidi, Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2009), Cet. Ke – 1, h. 22


(13)

Sekolah sebagai wadah (organisasi) yang menyelenggarakan pelayanan kegiatan pendidikan kepada masyarakat tentunya harus ditangani oleh orang-orang yang tepat dibidangnya. Di samping itu dengan melihat tujuan organisasi sekolah yang sangat penting, maka hendaknya kualitas SDM sekolah perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini karena dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah itulah kualitas hidup bangsa dipertaruhkan. Untuk kepentingan sekolah memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan proses belajar mengajar. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.2 Itu berarti bahwa guru bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan kependidikan.

Setiap sekolah perlu meningkatkan atau membina sumber daya pendidik dan kependidikan, yang bertujuan untuk mendayagunakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilakukan oleh pimpinan adalah melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelatihan pengembangan, kompensasi, penilaian, pemberhentian dan mengupayakan terwujudnya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional.

Guru merupakan jabatan profesi memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian tersebut. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan.3

2

Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 dan Himpunan Peraturan Perundang-undangan, (Bandung : Fokusmedia, 2006), cet. Ke-1, h.7

3

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. Ke-8 h. 5.


(14)

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan mendidik siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan. Untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru berkewajiban merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh ranah kejiwaannya. Dalam hal ini yang paling utama dalam memberi bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar. Peran guru diharapakan dapat menciptakan pendidikan yang membebaskan masyarakat dari keterpurukan, kemiskinan dan berbagai krisis yang tengah melanda seluruh elemen bangsa ini.

Mengingat guru sebagai tenaga profesional, maka dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi profesional. Kompetensi itu dapat dicapai dengan baik, jika guru yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat yang ditinjau dari kualifikasi pendidikan. Standar kompetensi profesional guru merupakan ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar layak menduduki salah satu jabatan fungsional guru sesuai dengan bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Kemampuan yang dimaksud adalah berkaitan dengan penguasaan proses pembelajaran, penguasaan pengetahuan, dan jabatan jabatan fungsional. Mengenai jabatan fungsional guru merujuk pada kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang guru yang dalam melasanakan tugas berdasarkan pada keahlian atau keterampilan tetentu yang bersifat mandiri. Berdasarkan paparan di atas dapat dinyatakan, bahwa kompetensi profesional seorang guru merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah (kurikulum), tuntutan masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Peran kompetensi profesional guru sangat penting, karena kompetensi seorang guru memiliki andil yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di sekolah. Jika seorang guru tidak memiliki kompetensi dalam segi keilmuan maupun kemampuan-kemampuan lainnya maka sekolah dalam hal ini kepala sekolah wajib memberikan pembinaan-pembinaan yang


(15)

sifatnya untuk melengkapi, menggali, dan mengevaluasi setiap kemampuan-kemampuan dasar yang diperlukan oleh sekolah tersebut.

Saat ini pemerintah telah memperbaiki tingkat kesejahteraan guru melalui perbaikan tunjangan profesi. Namun, upaya perbaikan kesejahteraan guru ini tidak dibarengi dengan perbaikan tiga kompetensi lain yang dibutuhkan oleh guru, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, dan kompetensi sosial. Akibatnya banyak guru yang kini memiliki perilaku tidak mencerminkan pribadi seorang guru.

Kompetensi profesi yang berimbas pada diberlakukannya tunjangan profesi seorang guru telah memberikan kontribusi besar pada peningkatan kesejahteraan guru. Namun peningkatan kesejahteraan ini cenderung tidak dibarengi dengan perbaikan kepribadian, kemampuan, dan hubungan sosial seorang guru. Akhirnya timbul kesan bahwa yang lebih diperbaiki dari seorang guru adalah materi, kekayaan, bukan kompetensi guru tersebut.

Saat ini terdapat fenomena-fenomena kasus guru yang tidak tepat waktu atau terlambat hadir di sekolah, guru yang tidak mampu menguasai kelas, serta akhir-akhir ini banyak guru yang terlibat perkelahian dan tindak kejahatan kriminal. Kasus ini terjadi akibat kurangnya kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian guru. Mereka merasa sudah berkompeten terhadap profesinya dan terkesan tidak memperdulikan aturan-aturan yang ada di sekolah. Selain itu mereka tidak bisa tampil lembut, sejuk, berwibawa, dan melindungi siswa. Jadi kompetensi kepribadian hanya menjadi aturan semu belaka.

Kompetensi kepribadian dan pedagogik serta sosial harus menjadi perhatian utama dalam hal rekruitman guru dan pembinaan-pembinaan yang sifatnya jangka panjang oleh sekolah. Pasalnya, tidak semua orang yang pintar dalam ilmu pengetahuan, lulusan S-2 dan S-3, selalu tepat menjadi guru. Inilah kesalahan yang terjadi dalam praktik rekruitmen maupun bentuk-bentuk pembinaan yang kurang konsisten oleh sekolah. Selain itu pula tingkat pengawasan ataupun supervisi yang rendah dapat mempengaruhi tingkat


(16)

kompetensi guru sehingga sangat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah tersebut.

Beberapa fenomena yang disebutkan di atas juga terjadi di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan. Berdasarkan pengamatan pendahuluan dan wawancara dengan salah seorang guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan, diperoleh gambaran bahwa masih terdapat guru yang tidak tepat waktu hadir di sekolah, belum menguasai komputer sebagai sarana pembelajaran maupun pendukung dalam proses belajar mengajar. Dalam pembinaan sumber daya yang telah ada di sekolah, ada indikasi para guru belum maksimal dalam menjalankan tugas profesinya.

Melihat pentingnya sekolah dalam membina kompetensi guru, maka penulis ingin mengangkat fenomena yang terjadi di sekolah tersebut melalui skripsi dengan judul “Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Masih terdapat guru yang belum maksimal untuk terpenuhinya standar kompetensi pendidik, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, kompetensi sosial maupun kompetensi profesional.

2. Kurangnya penguasaan dalam penggunaan sarana dan prasarana pembelajaran sehingga proses belajar mengajar berjalan kurang efektif. 3. Masih belum maksimalnya kesadaran akan penggunaan waktu yang efektif

dalam mengajar guru.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah-masalah yang teridentifikasi dan supaya pembahasan masalah dalam skripsi ini terfokus dan tersusun dengan baik, serta sesuai dengan keterbatasan penulis dalam hal waktu, tenaga dan biaya,


(17)

maka perlu ada pembatasan masalah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini dibatasi masalahnya pada pembinaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakan bentuk-bentuk pembinaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan

b. Bagaimanakah Efektifitas pembinaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembinaan kompetensi profesional guru yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan.

2. Untuk mengetahui efektifitas pembinaan kompetensi profesional guru oleh kepala sekolah di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai informasi baru yang berguna untuk meningkatkaan mutu dan profesionalisme dalam mengelola sistem pendidikan. Sehingga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang manajemen pendidikan.

2. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini dapat memberi ide atau gagasan dalam upaya melakukan inovasi pengembangan dalam pembinaan kompetensi profesional guru dalam peningkatan mutu pendidikan. Serta untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di


(18)

SMP 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan, umumnya lembaga pendidikan di Indonesia

3. Bagi para pembaca, yaitu sebagai bahan rujukan dalam mengelola pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pembinaan sumber daya manusia pendidikan yang profesional dan berkompetensi tinggi.


(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kompetensi Profesional Guru

1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru

Kata kompetensi berasal dari bahasa inggris competence sama dengan being competent dan competent sama dengan having ability, power, authority, skill, knowledge, attitude, etc. yang artinya mempunyai kemampuan, kekuatan, kewenangan, kemampuan, pengetahuan, dan sikap. 4

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.5 Menurut Barket and Stone seperti yang dikutip oleh Moh Uzer Usman, “kompetensi adalah descriptive of qualitative nature or teacher behavior appear to be entairly meaningfull. Kompetensi merupakan gambaran dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.6

Sedangkan menurut Charles E Johnson, competency as a rational performance with satisfactorily meet the objective for a desire condition. Yang berarti kompetensi merupakan perilaku yang rasional

4

Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.pd, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007) Cet. Ke-1 Hal. 62

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet Ke-2, h.453

6

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda 1997), Cet. Ke-8, h.14


(20)

untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.7

Pengertian kompetensi guru (teacher competency) adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.8

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi merupakan kualifikasi seseorang, baik yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif dalam melaksanakan profesi berdasarkan pendidikan yang dimiliki secara profesional dan bertanggung jawab.

Menurut para ahli, kata “profesional” memiliki beragam definisi, definisi yang pertama mengatakan “profesional” khusus dalam bidang olahraga dan seni, ada kata “pemain bayaran” dan ada pula “pemain” amatir. Jadi pemain bayaran dipergunakan untuk “profesional” orang -orang yang melakukan kegiatan ini mendapat upah atau bayaran. Di samping itu kita juga mengenal pemain “amatir”, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan ini hanya untuk kesenangan saja, bukan untuk mencari uang.9

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).10

Dalam buku “menjadi guru profesional” disebutkan bahwa istilah profesional berarti a vocation in which professed knowledge of some

7

, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda 1997), Cet. Ke-8, h.14

8

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007) h. 55

9

Drs. H. Martinis Yamin, M.Pd., Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta : Gaung Persada Press 2007) Cet. Ke-2 Hal. 13

10

, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007) h. 45


(21)

department of learning or science is use in it’s application to the affair of other in the practice of an art founded upon it. Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar kepentingan itu ternyata profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya.

Kata profesional dalam buku “menjadi guru profesional” disebutkan bahwa profesional adalah : (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.11

Dalam buku Bimbingan dan Konseling diterangkan bahwa profesional menunjuk atas dua hal, Pertama orang yang menyandang suatu profesi; misalnya sebutan dia seorang profesional, Kedua penampilan seseorang yang sesuai dengan profesinya.12

Kata profesional menurut Dr. Nana Sudjana seperti yg dikutip oleh Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa “Profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain”.13

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profesional yang dimiliki seseorang harus bertitik tolok atas pendidikan dan pelatihan dibidang tertentu sesuai pekerjaan yang

11

Syarifuddin Nurdin, Prof.Dr.H.,“Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum” (Jakarta, Ciputat Press, 2005) cet. Ke-3 h.13

12

Prayitno, M.Sc.Ed.Prof Dr., Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999) cet. Ke-1 h.339

13

, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda 1997), Cet. Ke-8, h.14


(22)

dimiliki secara terus menerus agar seseorang dapat mengembangkan diri baik kompetensi maupun sikap profesional sehingga dapat mencapai keberhasilan yang diharapkan.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.14

Seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk didalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektifitas pembelajaran. Dengan demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru. “A teacher is person charged with the responsibility of helping others to learn and behave in new different way” (James M. Cooper, 1990).15 Itulah sebabnya guru adalah pekerjaan yang professional, yang membutuhkan kemampuan khusus dari hasil pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan.

Adapun ciri-ciri pokok bahwa guru sebagai pekerjaan profesional:16

a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

14

Standar Nasional Pendidikan (Jakarta : CV Eko Jaya, 2006) Cet. Ke-1 Hal. 74

15

Wina Sanjaya, Kurikulum dan pembelajaran, teori dan praktek

pengembangan kurikulum tingkat satuan pedidikan, (Jakarta: kencana prenada media grup, 2008) cet.1, h.273-274

16

, Kurikulum dan pembelajaran, teori dan praktek pengembangan kurikulum tingkat satuan pedidikan, (Jakarta: kencana prenada media grup, 2008) cet.1, h.275


(23)

b. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.

c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang akademis sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya.

d. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.

Kompetensi profesional merupakan kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan aspek yang sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Dalam tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya :

a. Kemampuan untuk menerapkan landasan kependidikan baik filosofis, psikologis, sosiologis. Landasan-landasan kependidikan adalah sejumlah disiplin ilmu yang wajib dialami oleh para guru, yang mendasari asas-asas dan kebijakan pendidikan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Agar sekolah mampu berperan sebagai perintis, penggerak, dan pengaruh pembangunan masyarakatnya, agar siswa mampu menginvestasikan seluruh perolehan belajarnya untuk perkembangan lebih lanjut. Visi keilmuan dan aplikasinya member jaminan mutu kerja guru yang efektif dan efisien. Guru yang menguasai dasar keilmuan dengan mantap akan dapat member jaminan bahwa siswanya belajar sesuatu yang bermakna dari guru yang bersangkutan.

b. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, memahami strategi pembelajaran individual dan melaksanakan pembelajaran individu.


(24)

Guru sangat berperan dalam perkembangan peserta didiknya untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru harus memprhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu peserta didik dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

c. Kemampuan penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya. Sebelum guru tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar. Dengan modal menguasai bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran dengan sistematis.

d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran. Guru dituntut untuk mengorganisasikan berbagai jenis metodelogi dan strategi pembelajaran diantaranya : ceramah, diskusi, lisan dan sebagainya. Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran serta menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru professional. Dengan perancangan media yang dianggap cocok akan memudahkan proses pembelajaran sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Perkembangan teknologi menuntut setiap guru untuk mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Berbagai perkembangan teknologi informasi memungkinkan setiap guru dapat menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok.

f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. Sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai kebrhasilan siswa, evaluasi memegang peran yang sangat penting. Sebab melalui evaluasi guru


(25)

dapat menentukan apakah siswa yang diajarnnya sudah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan., sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran baru, atau malah sebaliknya siswa belum dapat mencapai standar minimal, sehingga perlu diberi penjelasan lagi dari guru. Disamping itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, evaluasi itu sebaiknya dilakukan bukan hanya terhadap hasil evaluasi proses belajar akan tetapi juga pada proses belajar. Hal ini sangat penting sebab evaluasi terhadap proses belajar pada dasarnya evaluasi terhadap keterampilan intelektual secara nyata.

g. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran. Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaraan (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen ini mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar, dan daya dukung lainnya. Disini guru harus biasa menyusun program pembelajaran seoptimal mungkin sehingga dapat melaksanakan program pembelajaran. h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang,

misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan penyuluhan. Secara operasional guru dituntut cakap atau mampu bekerja sama secara terorganisasi dalam pengelolaan sekolah, berperan standar dalam tugasnya, mematuhi aturan-aturan yang menunjang dalam pencapaian tujuan pendidikan sekolah. Dan guru berperan sebagai pembimbing adalah membantu siswa untuk mengenali serta untuk menerima diri beserta potensinya, membantu siswa untuk menentukan pilihan-pilihan tepat dalam hidupnya, membantu siswa agar berani menghadapi masalah hidupnya secara


(26)

bertanggung jawab. Guru harus memberi saran, jalan, solusi, pendapat, arahan untuk peserta didik. 17

Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dimiliki dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utama seorang guru yaitu mengajar. Seorang guru harus memahami jenis-jenis materi pembelajaran. Beberapa hal penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik, menurut Hasan sedikitnya mencakup validitas, keberartian, relevansi, kemenarikan dan kepuasan.18

a. Vadiditas atau tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan materi guru harus yakin bahwa materi yang diberika telah diuji kebenarannya. Artinya guru harus menghindari memberikan materi (data, dalil, teori, konsep, dan sebagainya) yang sebenarnya masih dipertanyakan atau diperdebatkan. Hal ini untuk menghindari salah konsep, salah tafsir, atau salah pemakaian.

b. Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikatikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi standar yang diberikan harus relevan dengan keadaan dan kebutuhan anak didik, sehingga bermanfaat bagi kehidupannya.

c. Relevansi (relevance) dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi lingkungan setempat dan kebutuhan dilapangan

17

, Kurikulum dan pembelajaran, teori dan praktek pengembangan kurikulum tingkat satuan pedidikan, (Jakarta: kencana prenada media grup, 2008) cet.1, h. 278

18

E. Mulyasa, standar kompetensi dan sertifikasi guru, (bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 1, h. 139


(27)

pekerjaan serta masyarakat pengguna saat ini dan yang akan datang.

d. Kemenarikan (interest) pengertian menarik disini bukan hanya sekedar menarik perhatian peserta didik pada saat mempelajari suatu materi pelajaran. Lebih dari itu materi yang diberikan hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang diberikan melalui proses belajar mengajar di sekolah.

e. Kepuasan (satisfaction), kepuasan yang dimaksud merupakan hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik bermanfaat bagi kehidupannya, dan peserta didik dapat bekerja dengan menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut.

Guru yang memiliki kompetensi harus mampu memilih serta dapat mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikannya kepada peserta didik sesuai dengan jenisnya. Tanpa kompetensi tersebut seorang guru dapat dipastikan akan menghadapi berbagai kesulitan dalam membentuk kompetensi peserta didik bahkan akan gagal dalam melaksanakan pembelajaran.

Dari berbagai penjelasan mengenai kompetensi dan profesional, maka pengertian kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.

2. Syarat-syarat Profesi Guru

Untuk mengetahui seseorang layak atau tidak dalam suatu profesinya, maka diketahui terlebih dahulu apa saja yang menjadi syarat-syarat sebagai profesional. Dengan syarat ini seorang guru dapat diprediksi kelayakan dan keprofesionalannya untuk


(28)

melaksanakan dan mengembangkan tugasnya secara optimal dan efektif.

Ngalim Purwanto, MP. menjelaskan persyaratan khusus tentang menjadi guru yang baik sebagai berikut:

a. Berijazah b. Sehat jasmani

c. Takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik d. Bertanggung jawab

e. Berjiwa Nasional19

Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” menjelaskan persyaratan khusus profesional, seperti yang dikutip oleh yaitu sebagai berikut:

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep teori ilmu pengetahuan yang mendalam

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan profesinya.

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari

pekerjaan yang dilaksanakannya

e. Memungkinkan perkembangan sejalan dinamika kehidupan20 N.A. Ametembun sebagaimana dikutip oleh Durati Waesani mengklasifikasikan syarat profesi kepada dua kategori, yaitu syarat primer dan syarat sekunder 21 masing-masing kategori tersebut memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

a. Syarat primer terbagi ke dalam dua kategori:

Pertama, syarat yang berhubungan dengan unsur mendidik sebagai transfer of values, yaitu:

1) Syarat Personality, yaitu syarat yang menyangkut kepribadian seseorang menjadi guru meliputi; kesehatan fisik (tubuh), kesehatan psikis, kesehatan jasmani-rohani dan integrasi pribadi.

2) Syarat Morality, yaitu syarat yang menyangkut masalah (moral).

19

M. Purwanto Ngalim, MP. Drs., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989) cet. Ke-5. H.171

20

, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda 1997), Cet. Ke-8, h.15

21

Durati Waesani, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2 Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005) hal. 15-16


(29)

3) Syarat Religiusitas, yaitu syarat yang berhubungan dengan norma-norma bagaimana yang dianut oleh seorang guru. Kedua, Syarat primer yang berhubungan dengan interaksi proses belajar mengajar sebagai transfer of knowledge dan skill, yaitu

1) Syarat profesional, yaitu syarat yang berhubungan dengan keahlian dibidang keguruan yang meliputi;

a) Pengetahuan (Knowledge) dibidang keguruan dan pendidikan baik yang bersifat umum (general education) maupun yang bersifat khusus (special education)

b) Keterampilan (skill) dibidang keguruan, termasuk pula kemampuan dalam manajemen pengelolaan kelas.

b. Syarat Sekunder, yaitu syarat formal, wewenang seseorang menjadi guru yang berupa surat keputusan (SK) ijazah dari instansi yang berwewenang.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat profesional seorang guru harus memiliki berbagai syarat-syarat kelengkapan dan kelayakan bagi guru, baik syarat primer yang mengandung unsur mendidik sebagai transfer of values dan unsur sebagai proses belajar mengajar sebagai transfer of knowledge dan skill dalam proses belajar mengajar maupun dalam lingkungan sekolah dan masyarakat yang dapat menjadi titik tolok seorang guru yang profesional dan cukup mampu menjadi contoh tauladan dalam menjalankan tugas belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Aminuddin Rasyad Sebagai mana dikutip oleh Durati Waesani menyatakan bahwa untuk mampu mengembangkan tugas profesional, sebagai guru tanpa memandang tingkat dan jenis sekolah yang dihadapinya, sangat dituntut menghayati kompetensi guru atau Competency Based Teacher Assessment (CBTA). Yaitu sebagai berikut :

a. Perangkat Kompetensi Profesi Akademik

1) Kemampuan menguasai materi pendidikan dan pengajaran yang akan disajikan (mastery of subject matters).

2) Kemampuan mengelola kelas (Managing The Classroom). 3) Kemampuan mengelola proses belajar mengajar (Managing


(30)

4) Kemampuan mengelola dan melaksanakan dasar-dasar kependidikan (Managing The Base of Education).

5) Kemampuan memberikan bimbingan konseling (Managing The Guidance And Conseling).

6) Kemampuan mengelola dan melaksanakan administrasi (Managing The School Administration).

7) Kemampuan menggunakan berbagai media dan sumber belajar (Managing The Media And Teaching Learning Resources).

8) Kemampuan mengelola program belajar mengajar (Managing The Teaching Learning Program).

b. Perangkat kompetensi kepribadian, meliputi :

1) Mengembangkan dan mengaplikasikan sifat-sifat terpuji. 2) Mengembangkan dan mengaplikasikan iman taqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

3) Mengembangkan sikap jiwa altruistis.

4) Mengembangkan kemampuan bergaul dengan sesama secara kolegial.

5) Kemampuan mengembangkan sikap membedakan pelayanan kepada anak didik.

6) Kemampuan mengembangkan sikap cinta profesi. 22

Perangkat kompetensi di atas ditambahkan lagi oleh beliau, harus ditunjang dengan kemampuan mempergunakan berbagai metode mengajar sesuai dengan jenis pokok bahasan dan tujuan.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional akademik yang menjamin kemampuan seorang guru dalam berkomunikasi secara interaktif dengan siswa, serta masyarakat secara baik, serta mempunyai konsep dan teori ilmu pendidikan yang mendalam seperti pengetahuan tentang metode dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut seorang guru tidak terlepas dari kompetensi kepribadian yang mampu mengaplikasikan kepribadiannya kearah pertumbuhan dan pengembangan sehingga bisa beradaptasi dengan berbagai perkembangan dunia pendidikan dan tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.

22

, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2 Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005) hal 16-17


(31)

Dalam buku “Pengetahuan Didaktik Kurikulum Proses Manajemen” mengutarakan syarat-syarat profesinya, yaitu : persyaratan fisik, psikis mental, moral dan intelektual.23

a. Persyaratan Fisik

Seorang guru harus memiliki jasmani yang sehat dan tidak mempunyai penyakit menular yang dapat mengganggu terhadap tugas dan tanggung jawabnya, karena guru yang berpenyakit menular dikhwawatirkan sangat membahayakan kesehatan siswa, di samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar, dan yang perlu kita ingat bahwa kesehatan badan dapat mempengaruhi semangat kerja.

b. Persyaratan Psikis

Maksudnya yaitu sehat rohaninya dan tidak mengalami gangguan jiwa atau penyakit syaraf, yang tidak memungkinkan dapat menunaikan tugasnya dengan baik, selain itu juga diharapkan memiliki bakat dan minat keguruan

c. Persyaratan Mental

Seorang guru harus memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi keguruan, mencintai, mengabdi, berdedikasi pada tugas jabatannya, bermental pancasila, dan bersikap hidup demokratis sesuai dengan rumusan dasar dan tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum di dalam UUD 1945 dan Undang-undang pokok pendidikan.

d. Persyaratan Moral

Seorang guru harus memiliki sifat susila dan budi pekerti yang luhur. Maksudnya yaitu setiap calon guru dan pendidik adalah mereka yang sanggup berbuat kebajikan, serta bertingkah laku yang bias dijadikan suri teladan bagi orang-orang dan masyarakat sekitarnya.

e. Persyaratan Intelektual

23Team Didaktika Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, “Pengetahuan Didaktika Kurikulum Proses Belajar Mengajar” (Jakarta: Raja Grafindo, 1989) cet. Ke-4, h.9-10


(32)

Maksudnya yaitu seorang guru harus memiliki pengetahuan, keterampilan yang tinggi serta menguasai konsep dan materi serta memperdalam pengetahuan dan pengalamannya. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa salah satu syarat yang harus dimiliki oleh guru adalah berkelakuan baik, sifat-sifat yang baik diantaranya adalah:

1) Adil.

2) Percaya dan suka kepada murid-muridnya. 3) Sabar dan rela berkorban.

4) Memiliki wibawa terhadap anak-anak. 5) Penggembira

6) Bersikap baik terhadap guru-guru lain. 7) Bersikap baik kepada masyarakat.

8) Benar-benar menguasai mata pelajarannya. 9) Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya. 10)Berpengetahuan luas.24

Bertitik tolok pada keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memiliki syarat-syarat profesional yang meliputi syarat fisik, psikis, mental, moral dan intelektual. Sebagai seorang guru harus memiliki jasmani yang sehat mempunyai etika dan tingkah laku yang baik atau memiliki sikap susila. Seorang guru juga harus memiliki pengetahuan yang tinggi serta menguasai konsep serta materi tentang pelajaran. Sebagaimana hal tersebut guru juga harus memiliki sifat-sifat yang baik, dari berbagai syarat-syarat ini bisa menunjang kompetensi profesional guru sehingga dalam pelaksanaan tugas nanti guru mampu melaksanakan fungsinya secara maksimal.

3. Urgensi Kompetensi Profesional Guru

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan

24

, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989) cet. Ke-10. H.175


(33)

kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan menjadikan guru profesional, baik secara akademis maupun non akademis.

Masalah kompetensi guru merupakan hal urgen yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. Kompetensi guru sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum. Ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Tujuan, program pendidikan, sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya, hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin.25

Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kompetensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal. 26

25

Prof.Dr. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), Cet Ke-4, h-36

26

, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), Cet Ke-4, h-36


(34)

Menurut Nana Sudjana agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki meliputi:

a. Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan intelektual.

b. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap, menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.

c. Kompetensi perilaku atau performance, yaitu kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau berperilaku.27

B. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru

1. Pengertian Pembinaan Kompetensi Profesional guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka menjelaskan bahwa Pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.28

Pembinaan guru berarti sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta Pembina lainnya, untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.29

Secara lebih luas pembinaan dapat diartikan sebagai upaya, pengendalian secara profesional terhadap semua unsur (mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggara, staf dan pelaksana, bahan

27

, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007) Cet. Ke-1 Hal.67-68

28

, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 1989) cet.ke-2 h.117

29Ali Imron “

Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.12


(35)

dan alat atau material, biaya dan perangkat lainnya), agar unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya dan berhasil guna.30 Pembinaan juga dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa sesuatu keadaan sebagaimana aslinya.31

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan kompetensi profesional guru adalah serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional, dimana layanan tersebut diberikan oleh orang ahli (kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru dengan maksud agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai dengan baik.

2. Tujuan Pembinaan Profesional Guru

Program pembinaan profesionalisme guru yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan dan membina guru agar memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas profesinya, dedikasi yang tinggi, serta kemampuan berdisiplin yang baik.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari latihan atau pembinaan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau lembaga pendidikan, adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan (knowledge), kemampuan (abiliaty) dan keterampilan (skill) guru dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

b. Menanamkan pengetahuan yang sama mengenai suatu tugas dalam kaitannya dengan yang lain untuk mewujudkan tujuan sekolah yang hendak dicapai.

c. Mengusahakan kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

d. Menumbuhkan minat dan perhatian guru terhadap tugas masing-masing.

30Djuju Sudjana “Manajemen Program Pendidikan”, (Bandung : Falah

Production, 2000) cet, ke-3 h.223

31

Djuju Sudjana Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung : Nusantara Press-Yayasan Islam Nusantara, 1992) cet. ke-1 h.157


(36)

e. Memupuk keberanian berfikir kreatif dan berpartisipasi dalam diskusi.

f. Mengembangkan karier guru.32

Secara umum pembinaan kompetensi profesional guru bertujuan mengembangkan situsi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan seorang guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka dalam melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki. Tujuan dari pembinaan kompetensi profesional adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang bercorak layanan profesional kepada guru.33

Dalam rumusan lebih rinci Djajadsastra mengemukakan tujuan pembinaan guru adalah : memperbaiki tujuan mengajar guru dan belajar siswa, memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar, memperbaiki metode dengan\cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar, memperbaiki penilaian atas media, ,memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya, memperbaiki pembimbingan seswa atau kesulitan belajarnya, dan memperbaiki sikap guru atas tugasnya.34

Dengan adanya pembinaan yang telah disebutkan diatas maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektifitas kerja seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Sehingga guru tersebut dapat menjadi seorang yang profesioal dalam melaksanakan tugasnya.

32

, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2 Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005) hal. 29-30

33

, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2 Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005) hal. 30

34

, “Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.10


(37)

3. Fungsi dan Prinsip Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Menunjuk pada tujuan pembinaan kompetensi profesional yang telah dipaparkan di atas dapat diidentifikasikan fungsi-fungsi pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi : memelihara program pengajaran sebaik-baiknya, menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar ,memperbaiki situasi belajar anak-anak .

Melalui supervisi atau pembinaan kompetensi profesional guru juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru ,mengkoordinasi semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian secara terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru. Oleh karena itu fungsi pembinaan kompetensi guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap kemampuan guru dalam mewujudkan layanan profesional.

Agar pembinaan kompetensi profesional guru tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dipedomani dengan prinsip-prinsip pembinaan guru. Yang dimaksud dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas.

Depdikbud (1986) mengemukakan prinsip-prinsip pembinaan guru sebagai berikut :

a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru.

b. Hubungan antara guru dengan pembina didasarkan atas kerabat kerja.

c. Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka. d. Dilakukan secara terus menerus.


(38)

f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan sinkronisasi horizontal dan vertical baik tingkat pusat maupun daerah.35

Oleh karena itu berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan kompetensi profesional guru berfungsi untuk menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing. Selain itu pula prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam pembinaan kompetensi guru tersebut harus berdasarkan prinsip ilmiah, demokratis, kooperatif, konstruktif, kreatif, tidak memaksa, dan tidak menakut-nakuti.

4. Ruang Lingkup dan Metode Pembinaan Kompetensi Profesional Guru

Berdasarkan undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bagian kelima dalam pasal 32 terdapat aspek-aspek pokok pembinaan dan pengembangan diantaranya :

a. Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi karier.

b. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

c. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional. d. Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.36

Dalam buku “Profesi Keguruan” dijelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu profesional maupun mutu layanan guru harus pula meningkatkan sikap keprofesionalannya melalui pengembangan sikap

35

,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.13-14

36

, Guru dan Dosen, (Bandung : Fokusmedia , 2006), cet. Ke-1, h.17


(39)

kompetensi profesional guru melalui pendidikan pra-jabatan maupun pendidikan dalam jabatan.37

Pendidikan pra-jabatan sangat perlu dilakukan untuk mencetak individu menjadi qualified baik dari segi keterampilan, teori, tingkah laku, sopan santun, moral, etika, dan sebagainya. Pendidikan selama dalam jabatan, pengembangan sikap seorang ketika menjadi guru apa yang didapat dala pendidikan pra-jabatan harus diimplementasikan dan diaplikasikan dalam wujud yang real sebagai keseharian yaitu sebagai seoarang guru yang profesional.

Untuk menjadi guru yang profesional perlu adanya pembinaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah yang bersangkutan. Karena kepala sekolah memiliki wewenang untuk mensupervisi dan melakukan pembinaan-pembinaan terhadap guru di sekolah yang dipimpinnya tersebut. Berikut diantaranya merupakan ruang lingkup dalam pembinaan kompetensi profesional guru meliputi :

a) Pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru38 b) Pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru39 c) Pembinaan terhadap disiplin kerja guru40

d) Pembinaan terhadap kepuasan kerja guru.41

Adapun dari keempat aspek pembinaan profesional guru di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru, merupakan pembinaan terhadap kecakapan dalam menyelesaikan tugas mengajar guru yang meliputi persiapan guru ketika mengajar di kelas, perlunya keterampilan dasar dalam menjelaskan bahan pengajaran, perlunya

37

Soetjipto Prof. dan Rafles Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta dan Depdikbud, 2007), cet.ke-3 ,h.54

38

,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.122

39

,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.166

40

,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.181

41

,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h.209


(40)

diadakan tanya jawab bagi guru dan siswa saat KBM, memberikan penguatan dalam penyampaian materi pelajaran di kelas, melakukan bimbingan kepada siswa, menjelaskan materi secara terperinci, dan perlunya keterampilan dalam mengelola kelas dengan baik.

Pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru, merupakan pembinaan terhadap kesanggupan, kecakapan, ataupun kekuatan diri sendiri dalam mengajar yang mencakup kemampuan merecanakan pengajaran, kemampuan melaksanakan prosedur pengajaran, dan kemampuan melaksanakan hubungan atau interaksi yang baik dengan siswa.

Pembinaan terhadap disiplin kerja guru, yaitu hadir tepat waktu dalam menjalankan tugas mengajar, bertingkah laku sesuai dengan kode etik keguruan, serta mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Pembinaan terhadap kepuasan kerja guru, antara lain menjalin kerjasama dengan semua pihak yang terkait, kesempatan untuk mengembangkan karier atau potensi, perasaan nyaman selama bekerja, pelayanan kesejakteraan bagi guru dan hak masing-masing individu, dan melibatkan guru dalam memutuskan suatu kebijakan.

Dalam pembinaan profesionalisme guru perlu adanya latihan dan pengembangan yang dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi, serta memperbaiki kepuasan kerja. Adapun metode pokok yang digunakan diantaranya yaitu :

a. Metode praktis (On The Job Training)

b. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi (Off The job training).42

Adapun penjelasan kedua metode di atas sebagai berikut : a. On-The-Job Training

Merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan. Menurut suhendra “ metode On-the-Job (pelatihan di tempat kerja) merupakan suatu bentuk pembekalan yang dapat mempercepat proses

42

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Ed. II, (Yogyakarta : BPFE, 2001), Cet. Ke-15, h. 110


(41)

pemindahan pengetahuan dan pengalaman kerja atau transfer of knowledge dari karyawan senior ke junior”.43

Para pegawai senior yang bertugas untuk membimbing para pegawai baru diharapkan memperlihatkan suatu contoh-contoh pekerjaan yang baik, dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan yang jelas dan konkret, yang akan dikerjakan oleh pegawai baru tersebut segera setelah pelatihan berakhir.

Bentuk lain dari metode on-the-job adalah “metode rotasi pekerjaan. Metode ini umumnya dilakukan pegawai-pegawai yang sudah lama. Kemudian akan dipindahkan tugasnya baik secara vertikal (dipromosikan) maupun secara horizontal (ke bagian atau tugas lain yang sederajat dengan pekerjaan sekarang).44

Metode rotasi pekerjaan dapat membantu para pegawai untuk mempertahankan tujuan-tujuan karier mereka sebelum menduduki suatu jabatan baru, dan juga memperluas cakrawala pandang bagi para pegawai.

Keuntungan dari metode ini adalah sangat ekonomis, karena tidak perlu membiayai trainers, tidak perlu menyediakan peralatan dan ruangan khusus, para karyawan baru belajar mengerjakan suatu pekerjaan dan segera dapat mengetahui apakah pekerjaannya itu benar atau salah.

Sebagai suatu jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan zaman, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan.

b. Off-the-Job Training

Pembinaan atau pelatihan dengan menggunakan metode ini berarti guru sebagai peserta pelatihan ke luar sementara dari kegiatan atau

43

Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : UIN Jakarta press, 2006), Cet. Ke-1, h.68

44

Soekidjo Notoatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3, h.40


(42)

pekerjaannya. Kemudian mengikuti pelatihan, dengan menggunakan teknik-teknik belajar mengajar seperti lazimnya. Pada umumnya metode ini mempunyai dua macam teknik, yakni :

1. Teknik presentasi informasi

Yang dimaksud dengan teknik ini adalah menyajikan informasi, yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan baru kepada setiap peserta pelatihan. Termasuk kedalam teknik ini, antara lain :

a) Ceramah biasa, di mana pengajar (pelatih) bertatap muka langsung dengan peserta. Peserta diklat pasif mendengarkan.

b) Teknik diskusi, di mana informasi yang akan disajikan disusun di dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas yang harus dibahas dan didiskusikan oleh peserta aktif.

c) Teknik pemodelan perilaku (behavior modeling), ialah salah satu cara mempelajari atau meniru tindakan (perilaku) dengan mengobservasi dan meniru model-model.45

2. Metode-metode simulasi

Simulasi adalah suatu penentuan karakteristik atau perilaku tertentu dari dunia riil sedemikian rupa sehingga, para peserta diklat dapat merealisasikan seperti keadaan sebenarnya.

Metode-metode simulasi ini mencakup :

a) Simulator alat-alat, seperti alat-alat peraga yang menunjang proses belajar mengajar (sesuai dengan materi pelajaran)

b) Studi kasus di mana para peserta diklat diberikan suatu kasus, kemudian dipelajari dan didiskusikan antar para peserta diklat.

45

, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3, h. 37


(43)

c) Permainan peranan (role playing). Dalam cara ini para peserta diminta untuk memainkan (berperan) bagian-bagian dari berbagai karakter.

d) Teknik di dalam keranjang (in basket). Metode ini dilakukan dengan memberikan kepada peserta latihan suatu keranjang yang penuh dengan bermacam-macam persoalan yang harus diatasi. Kemudian peserta latihan diminta untuk memecahkan masalah-masalah tersebut sesuai dengan teori dan pengalaan yang dimiliki, mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasinya.46

c. Diklat Sebagai Metode Pembinaan Kompetensi Guru

Pembinaan kompetensi guru tidak cukup dengan bekal yang didapat dari pendidikan terakhir guru, tetapi harus selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan keadaan, ilmu pengetahuan, kurikulum yang tentu saja akan berpengaruh pada pendidikan. Kualitas pendidikan di negara kita sebagai negara berkembang masih sangat rendah. Hal ini disebabkan antara lain oleh : ketersediaan guru yang belum memadai baik secara kualitas maupun kuantitas, kesejahteraan guru yang masih rendah, fasilitas belajar belum tersedia secara mencukupi, dan biaya operasional pendidikan yang belum disediakan secara memadai.

Guru merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan program pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan maka harus mengacu pada peningkatan kompetensi guru. Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan kompetensi guru. Karena pendidikan dan pelatihan dapat memberikan manfaat tidak saja member pengalaman baru dan memantapkan hasil belajar serta keterampilan para peserta diklat, tetapi juga berfungsi

46

, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3,h. 38-39


(44)

mengembangkan kemampuan berfikir guna memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam melakukan tugas yang dibebankan kepada peserta diklat.

Pendidikan dan pelatihan dapat membantu cara pembelajaran yang lebih efektif dna lebih mendorong serta memperluas motivasi dan wawasan peserta diklat dalam melakukan tugas sekarang dan masa yang akan dating. Artinya bahwa wahana yang tepat untuk memasyarakatkan dan menginformasikan segala perkembangan baru yang terjadi melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.

Adapun tempat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tergantung pada kebutuhan dan kemampuan suatu organisasi, dan pada dasarnya pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain :47

1. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan sendiri.

Yaitu pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh sekolah dengan instruktur dari orang dalam sendiri. Diklat ini dapat menggunakan ruang kelas yang dimiliki oleh sekolah tersebut atau menyewa tempat diluar lingkungan sekolah tetapi dalam hal penyelenggaraannya tetap menjadi tanggung jawab sekolah. 2. Pendidikan dan pelatihan dengan tenaga pengajar dari luar.

Pendidikan dan pelatihan ini sering disebut “in house training” yaitu pelatihan yang diadakan oleh sekolah dengan materi dan pengajar yang berasal dari lembaga diklat luar. Diklat ini dianggap penting oleh sekolah, tetapi disiplin ilmu dan tenaga pengajarnya tidak dimiliki oleh sekolah sehingga harus didatangkan dari luar sekolah. Oleh karena itu sekolah mengadakan kerja sama dengan lembaga diklat dari luar yang sudah berpengalaman.

47

Gauzali Saydam, Built in Training Jurus Jitu Mengembangkan Profesionalisme SDM, (Jakarta :Remaja Rosdakarya, 2006), h.73


(45)

d. Lesson study sebagai metode pembinaan kompetensi guru Guru memiliki kewajiban dan keharusan mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengajar. Banyak cara atau jalan yang dapat ditempuh guna guru memiliki keempat kompetensi utama (kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial). Berikut beberapa model dalam pembinaan profesi dalam menciptakan guru professional antara lain 48:

1. Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru minimal S-1/D-4

2. Program pendidikan lanjut melalui program penyetaraan dan sertifikasi

3. Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi (PTBK) 4. Program supervisi pendidikan

5. Program pemberdayaan MGMP (musyawarah guru mata pelajaran)

6. Forum symposium guru

7. Program pelatihan tradisional lainnya

8. Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah 9. Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah

10.Melakukan penelitian (khususnya PTK) 11.Program magang

12.Mengikuti berita aktual dari media

13.Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi 14.Menggalang kerjasama dengan teman seprofesi

Dari uraian keempat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional disertai point-point yang menunjukkan

48A. A. Agung Gede Agung, “Pengembangan Kompetensi Guru dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesionalismenya”, dari

http://arief-nugrohothebest.blogspot.com/2009/12/pengembangan-kompetensi-guru-dalam.html, 29 Maret 2011


(1)

2

Pembinaan terhadap

kemampuan mengajar

guru

864

642

0,743

74 %

Cukup

Efektif

3

Pembinaan terhadap

disiplin kerja guru

432

355

0,821

82 %

Sangat

Efektif

4

Pembinaan terhadap

kepuasan kerja guru

1152

966

0,838

84 %

Sangat

Efektif

TOTAL

3600

2958

3,265

326

Sangat

Efektif

RATA-RATA PERSENTASE

0,815

81,5

Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa efektifitas pembinaan

kompetensi profesional guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat termasuk

dalam kategori “Sangat Efektif”, karena dari hasil rekapitulasi persentasenya

mencapai rata-rata 81,5 %, dan rata-rata tersebut diperoleh dari penghitungan

menurut dimensinya masing-masing.


(2)

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebgaimana dijelaskan pada bab IV, dapat

dipaparkan beberapa temuan sebagai berikut: :

1.

Bahwa bentuk-bentuk pembinaan terhadap kompetensi profesional guru

yang meliputi :

a. Pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru sangatefektif yang terbukti dari data hasil penghitungan angket yang telah penulis lakukan bahwa sebesar 86 % kepala sekolah membina keterampilan mengajar guru. Hal ini pun senada dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa pembinaan keterampilan mengajar guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat sangat efektif, karena terlihat dari apa yang telah diikuti dalam Diklat atau workshop kemudian diaplikasikan atau dilaksanakan dalam proses pembelajaran di sekolah, namun disesuaikan dengan kondisi, waktu, serta sarana dan prasarana yang ada baik ditinjau dari segi kurikulum maupun media dan metodologi pembelajaran.

b. Pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru cukup efektif. Hal ini terbukti dari data hasil penghitungan angket yang telah penulis lakukan bahwa sebesar 74 % kepala sekolah membina kemampuan mengajar guru. Namun hal ini tidak senada dengan pendapat kepala sekolah yang menyatakan bahwa pelaksanaan pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru sangat efektif. Kepala sekolah menyatakan bahwa pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru dilakukan secara efektif oleh kepala sekolah dengan membimbing guru dalam proses pembelajaran dengan melakukan


(3)

supervisi selama satu kali dalam satu semester, serta memonitoring guru dalam penyusunan RPP, silabus, program semester dan program tahunan. c. Pembinaan terhadap disiplin kerja guru sangat efektif. Hal ini terbukti dari

data hasil penghitungan angket yang telah penulis lakukan bahwa sebesar 82% kepala sekolah membina disiplin mengajar guru. Senada dengan hasil tersebut bahwa hasil wawancara dengan kepala sekolah pun menyatakan bahwa pembinaan terhadap disiplin kerja guru sangat efektif. Ini terlihat dari cara kepala sekolah membina disiplin kerja guru dengan selalu memberikan contoh yang baik dengan hadir minimal 30 menit sebelum jam masuk sekolah.

d. Pembinaan terhadap kepuasan kerja guru sangatefektif. Hal ini terbukti dari data hasil penghitungan angket yang telah penulis lakukan bahwa sebesar 84% kepala sekolah membina kepuasan mengajar guru. Senada dengan hasil tersebut bahwa hasil wawancara dengan kepala sekolah dalam pembinaan terhadap kepuasan kerja guru sangat efektif. Hal ini terlihat dari kepedulian kepala sekolah dengan memfasilitasi para guru untuk mengembangkan kompetensinya melalui studi lanjut, pelatihan, penataran dan sebagainya.

2.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala

SMPN 227 Jakarta Selatan telah melakukan pembinaan kompetensi

profesional guru secara efektif sehingga guru-guru di sekolah tersebut

mampu meningkatkan kompetensi profesionalnya yang pada gilirannya

akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengelola pembelajaran.

B.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, terdapat dimensi pembinaan

yang belum efektif, yaitu pada pembinaan kemampuan mengajar guru. Oleh

karena itu, ada beberapa catatan yang dijadikan sebagai saran bagi pihak

sekolah maupun guru, sebagai berikut:

1.

Untuk Kepala Sekolah

a. Dalam upaya pembinaan terhadap kemampuan mengajar agar memberikan pengarahan tentang pembuatan RPP sesuai dengan KTSP, mewajibkan guru


(4)

untuk membuat RPP, mengoreksi RPP yang dibuat oleh sebelum proses pembelajaran, dan mengarahkan guru agar dapat mengorganisasi waktu, siswa dan fasilitas belajar dengan baik.

b. Lebih meningkatkan kegiatan pembinaan dan pengembangan terutama terhadap kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan terhadap para guru. Selain itu melalui pembinaan dan pengembangkan diharapkan dapat memberikan motivasi dan dukungan kepada guru agar memiliki antusias dan minat yang tinggi untuk lebih banyak membaca buku yang dapat mengembangkan pengetahuannya, serta harus lebih banyak menyediakan dan mengembangkan buku-buku penunjang pengetahuan guru yang selalu dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

c. Lebih banyak mengadakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan, mengundang narasumber yang berkompeten, serta jika guru merasa kesulitan dalam memilih metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran agar dapat membantu guru dalam menentukan metode pembelajaran yang menarik sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

2.

Kepada guru agar terus berusaha meningkatkan kemampuan dalam proses

pembelajaran, seperti selalu membaca buku yang dapat menunjang

pengetahuan, memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia, mengikuti

pelatihan-pelatihan yang diadakan, mengaplikasikan berbagai metode

pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan bidang studi yang diajarkan

dan kemajuan teknologi serta informasi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rizali, Satria Dharma, Indra Djati Sidi,

Dari Guru Konvensional Menuju

Guru Profesional

, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2009), Cet. Ke

1

B. Uno, Hamzah,

Profesi Keguruan

, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007) Cet. Ke-1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia

,


(5)

Hadeli,

Metode Penelitian Kependidikan

, (Jakarta : PT Ciputat Press, 2006) Cet.

Ke-1

Hamalik, Oemar,

Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi

,

(Jakarta: Bumi Aksara,2006), Cet Ke-4

Handoko, T. Hani,

Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia

, Ed. II,

(Yogyakarta : BPFE, 2001), Cet. Ke-15

Http://Arief-Nugrohothebest.Blogspot.Com/2009/12/Pengembangan-Kompetensi-Guru-Dalam.Html

Http://Pembelajaranguru.Wordpress.Com/2008/05/24/Lesson-Study-%E2%80%93-Sebuah-Model-Pembinaan-Guru/

Imron, Ali, “

Pembinaan Guru di Indonesia

”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995)

Kunandar,

Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru

, (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2007)

Mulyasa, E.,

Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru

, (bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2007), Cet. 1

Ngalim, M. Purwanto,

Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis

, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1989) cet. Ke-5

Notoatmojo, Soekidjo,

Pengembangan Sumber Daya Manusia

, (Jakarta : PT

Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3

Nurdin, Syarifuddin,

Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum

(Jakarta,

Ciputat Press, 2005) cet. Ke-3

Prayitno,

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1999) cet. Ke-1

Sanjaya, Wina,

Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2008) cet.1

Saydam, Gauzali,

Built in Training Jurus Jitu Mengembangkan Profesionalisme

SDM

, (Jakarta :Remaja Rosdakarya, 2006)

Soetjipto dan Rafles Kosasi,

Profesi Keguruan

, (Jakarta: Rineka Cipta dan

Depdikbud, 2007), cet.ke-3


(6)

Standar Nasional Pendidikan (Jakarta : CV Eko Jaya, 2006) Cet. Ke-1

Sudjana, Djuju,

Manajemen Program Pendidikan

, (Bandung : Falah Production,

2000) cet, ke-3

,

Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah

, (Bandung :

Nusantara Press-Yayasan Islam Nusantara, 1992) cet. ke-1

Sugiono

Metode Penelitian Administrasi

, (Bandung : PT Alfa Beta, 2008), Cet.

Ke-16

Suhendra dan Murdiyah Hayati,

Manajemen Sumber Daya Manusia

, (Jakarta :

UIN Jakarta press, 2006), Cet. Ke-1

Team Didaktika Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, “Pengetahuan Didaktika

Kurikulum

Proses Belajar Mengajar” (Jakarta: Raja Grafindo, 1989)

cet. Ke-4

Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 dan Himpunan Peraturan

Perundang-undangan, (Bandung : Fokusmedia, 2006), cet. Ke-1

Usman, Moh. Uzer,

Menjadi Guru Profesional

,(Bandung: PT Remaja Rosda

1997), Cet. Ke-8

Waesani, Durati,

Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2

Ciputat

, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Jakarta, 2005)

Yamin, Martinis,

Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP

, (Jakarta : Gaung

Persada Press 2007) Cet. Ke-2