Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

11 c Sarwono Prawiroharjo, Laporan Seminar Efisiensi Kerja, Dalam Dinas Pemerintahan : Leadership adalah tingkah laku untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memeberkan kerjasamanya dalam mencapai tujuan menurut pertimbangan mereka adalah perlu dan bermanfaat. d Casson, Efisiensi Perusahaan, Terjemahan Kusnadi, Kepemimpinan adalah keahlian mendapatkan bantuan dan kesungguhan orang yang sebesar-besarnya demi pegawai-pegawai. e Ordway Tead, The Art of Leadership, Kepemimpinan adalah suatu seni menjuruskan, mengkoordinasikan dan menggerakkan orang- orang guna mencapai tujuan yang diinginkan. 4 Dari definisi tersebut terdapat beberapa unsur yang bersamaan yaitu : Keinginan untuk mempengaruhi orang lain, Mengharapkan bantuan orang lain dengan sungguh-sungguhdan tertib, dan Ada tujuan yang akan dicapai. Definisi tersebut belum tampak jelas situasi tempat berlangsungnya kepemimpinan dan harapan dari pemimpin tentang tanggung jawab personal melakukan tugas. Secara jelas dalam suatu definisi maka kepemimpinan dapat d idefinisikan sebagai berkut : ”Kepemimpinan adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungannya pada situasi tertentu agar orang lain melalui kerjasama mau bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.” Untuk menjabat sebagai seorang kepala di lingkungan suatu lembaga, biasanya ditetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan itu adalah ketentuan untuk menduduki suatu jabatan tertentu yang mengharuskan seseorang yang mendudukinya menjalankan fungsi kepemimpinan. Untuk itu seseorang dapat menjalankan fungsi kepemimpinan apabila memenuhi syarat sebagai berikut: a. Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup. b. Percaya diri sendiri 4 Kepemimpinan Pendidikan, Penerbit Yudistira: Jakarta 1985 h. 17. 12 c. Cakap bergaul dan ramah tamah d. Kreatif, penuh inisiatif dan memliki hasratkemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik. e. Suka menolong, memberi petunjuk. 5 Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain: a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan. b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan. c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisi situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif. d. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif. e. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi. Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Beberapa pengertian lain tentang kepemimpinan adalah sebagai berikut: 5 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1984 h. 84. 13 a Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain. b Kepemimpinan adalah tindakanperbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan, baik orang seorang maupun kelompok bergerak ke arah tujuan tertentu. 6 Kepemimpinan dapat dipelajari dengan pendidikan dan latihan yang terarah dan intensif, berbagai hal yang menyangkut efektifitas kepemimpinan, ciri-ciri kepemimpinan, fungsi-fungsi kepemimpinan dan peranan seorang pemimpin, akan tiba saatnya orang yang bersangkutan akan menemukan dirinya dan membentuk gaya kepemimpinan yang dipandang paling cocok dengan persepsi dan kepribadiannya. 7 Apabila kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staf, dan para siswa berprilaku dalam mencapai tujuan sekolah, oleh karena kepala sekolah harus, menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf dan para siswa. Menurut penulis kepala sekolah adalah orang yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan, mengelola, serta bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan di sekolah. Kepemimpinan pada hakikatnya, adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimipin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan juga seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Agar tujuan pendidikan disuatu sekolah terwujud dengan baik, hal ini sangat membutuhkan figure seorang pemimpin pendidikan yang memahami dengan baik apa fungsi Kepemimpinan dalam suatu sekolah, tugas, serta tanggung jawab, dari seorang pemimpin. 6 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta : PT Gunung Agung, 1984 h. 79 7 Sondang P. Siagian MPA, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta, 1989 h. 10. 14

2. Tipe-Tipe Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian sendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya Menurut J. Riberu gaya Kepemimpinan adalah cara pemimpin membawa diri sebagai pemimpin, cara ia berlagak tampil dalam menggunakan kekuasaannya. 8 Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Thoha 1995 Gaya kepemimipinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia liat. 9 Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak adalah dirinya sendiri, asumsi dan kepealam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya. Usaha-usaha pemimpin untuk mempengaruhi sifat orang lain, banyak berhubungan dengan persepsi maupun pengertian tentang pembawaan dan proses kepemimpinan. Dengan kata lain, pemimpin akan mengembangkan cara kepemimpinan sesuai dengan konsep peranan kepemimpinan. Oleh karena, yang dicapai oleh pemimpin adalah dirinya sendiri, asumsi dan kepercayaan mengenai kelakuan manusia, gaya kepemimpinan, dan hubungannya dengan penampilan bawahan, memang fakta menunjukkan bahwa setiap perubahan kepemimpinan dalam diri sendri. Akibatnya, jika pemimpin itu ingin menyempurnakan kemampuannya untuk mengubah sifat orang lain, pemimpin harus bisa mengubah sifatnya lebih dulu. 10 8 J. Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992 h. 7 9 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002 h. 108. 10 Kepemimpinan, Semarang : Dahara prize, 1992 h. 12. 15 Salah satu pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mengetahui kesuksesan pemimpin ialah mempelajari gayanya, yang akan melahirkan berbagai tipe kepemimpinan yang dikenal dengan tipe Demokratis, Laises faire, dan Otokratis. Dalam mempersoalkan gaya kepemimpinan kita boleh beranggapan bahwa individu pemimpin harus mempertahankan yang konsisten dalam semua aktifitasnya, tapi harus bersifat fleksibel menyesuaikan gaya tersebutdengan situasi yang spesifik dan orang-orang yang dipimpin. Dengan demikian berarti elemen yang harus diperhatikan adalah : 11 - Pemimpin - Orang yang dipimpin - Situasi Secara Teoritis telah banyak dikenal gaya kepemimpinan, namun gaya mana yang terbaik tidak mudah untuk ditentukan. Untuk memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji situasi dari tiga pendekatan utama, yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, pendekatan situasional. a. Pendekatan sifat yaitu menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Kepemimpinan dipandang sebagai sesuatu yang mengandung lebih banyak unsur individu, terutama pada sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil. Menurut Sutisna 1993, pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial, pada kepemimpinan yang efektif. b. Pendekatan prilaku yaitu pendekatan yang memfokuskan dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain pengikut . Pendekatan perilaku kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin. 11 Kepemimpinan pendidikan, penerbit : Yudistira cet ke2 1985 h. 35 16 c. Pendekatan situasional yaitu pendekatan yang hampir sama dengan pendekan perilaku. Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan menentukan gaya kepemimpinan yang paling cocok. Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. E. Mulyasa mengartikan gaya kepemimpinan sebagai suatu pola seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya. 12 Hal ini diperkuat oleh pendapat Miftah Toha, yang mengatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain yang ia lihat. Dalam hal ini menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. 13 Adapun gaya kepemimpinan menurut Ngalim Purwanto, dibagi menjadi 3 macam, yaitu: 14

a. Kepemimpinan yang Otokratis

Kepemimpinan otokratis yaitu seorang pemimpin yang menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi, dengan mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Pemimpin yang otokratis tidak menghendaki rapat-rapat atau musyawarah. Berkumpul atau rapat hanyalah berarti untuk menyampaikan instruksi-instruksi. Setiap perbedaan pendapat di antara anggota- 12 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasinya, Bandung: PT. Rosdakarya, 2005, cet. 9. h. 108 13 Miftah Toha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000, Cet. 5. h. 265 14 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1987 h. 48. 17 anggota kelompoknya diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya. Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat diganggu gugat. Kekuassan yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik, sikap ”asal bapak senang”, atau sikap sumuhun dawuh terhadap pemimpin, dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Dominasai yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi terhadap kepemimpinan, atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat agresif pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.

b. Kepemimpinan yang Laissez Faire

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang yang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotnya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari pimpinan. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur, berserakan di antra anggota-anggota kelompok tidak merata. Dengan demikian, mudah terjadi kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya. Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

c. Kepemimpinan yang Demokratis

Kepemimpinan demokratis yaitu pemimpinan menempatkan dirinya ditengah-tengah anggota kelompoknya, kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang kepentingan serta kemajuan organisasi.

Dokumen yang terkait

Hubungan pengawasan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di Madrasah aliyah Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor

0 2 82

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

0 6 137

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di Smk Yadika 5

1 8 150

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH NEGERI DAN SWASTA DI KELOMPOK KERJA Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Negeri Dan Swasta Di Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Tsanawiyah Negeri Sragen.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPENSASI NON-FINANSIAL DENGAN KOMITMEN KERJA GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA MEDAN.

0 2 33

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) DI PEMATANG BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 1 30

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DENGAN KINERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KOTA PADANGSIDEMPUAN.

0 1 17

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP ETOS KERJA GURU MENURUT PERSEPSI GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 BOYOLALI.

0 2 10

Hubungan kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan iklim organisasi dengan etos kerja guru Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Langkat - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 116

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dengan Etos Kerja Guru Di Madrasah Aliyah (MA) Nuhiyah Pambusuang Kec. Balanipa Kab. Polman - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 99