Sifat-Sifat dan Syarat Kepemimpinan
21
Etika yang juga mempunyai makna nilai kesusilaan, adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah mendaging.
Bukan pandangan yang bersifat sosiologis, tetapi bener-bener sebuah keyakinan yang mengakar sedalam-sedalamnya dalam jiwa kita.
Etos berasal dari bahasa Yunani ethos yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja
dimiliki oleh individu, tetapi juga kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nila yang diyakininya.
18
Secara khusus penulis membicarakan etos kerja para guru, yakni etos bagi semua orang yang memilih dan menekuni pekerjaan dalam rumpun keguruan:
profesor, dosen, pengajar, pendidik, pelatih, instruktur, penatar, penceramah. Semua orang yang memberi penjelasan, pencerdasan, dan pencerahan.
Dengan kata etos dan guru maka bisa membentuk makna etos keguruan sebagai berikut
19
: a Etos keguruan adalah semangat khas yang menjadi vitalitas kerja,
kegembiraan hati yang menjadi semangat kerja, dan gairah batin yang menjadi stamina kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
b Etos keguruan adalah sepenuh jiwa profesi keguruan, segenap kerohanian seorang guru, dan seluruh spiritualitas keguruan.
c Etos keguruan adalah segenap motivasi dan kecerdasan yang menjadi sehimpunan perilaku kerja yang positif, cara kerja profrsional, serta budi
pekerti luhur di dalam maupun di luar ruang kerja guru. Dari kata Etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada
pengertian akhlakatau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk moral, sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat
untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos tersebut, ada
semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu menghindari segala kerusakan fasad sehingga setiap pekerjaannya yang diarahkan untuk mengurangi
18
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami Jakarta : Gema Insani, 2002 h. 15
19
Jansen Sinamo, 8 Etos Kegurusn ……….h. 20
22
bahkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya no single defect. Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam
bentuknya yang paling sempurna fi ahsani taqwim. Senada dengan kata ihsan, didalam al-
qur’an kita temukan pula kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang sangat sungguh-sungguh, akurat, dan sempurna an-Naml: 88. Akibatnya,
seseorang muslim yang memilki kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukkan kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu sangat
bersungguh-sunguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati. Dengan etos kerja yang bersumber dari keyakinan qur’an semacam keterpanggilan yang
sangat kuat dari lubuk hatinya. Karena etos berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya setiap
pribadi muslim harus mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif dan ada semacam kerinduan untuk menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang
muslim dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan perilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil yang lebih sempurna.
Etos juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging. Karena etos bukan sekedar kepribadian atau
sikap, melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat, harga diri, dan jati diri seseorang.
Sebenarnya kata ”etos” bersumber dari pengertian yang sama dengan etika, yaitu sumber-sumber nilai yang dijadikan rujukan dalam pemilihan dan
keputusan perilaku. Etos kerja lebih merujuk kepada kualitas kepribadian pekerja yang tercermin melalui untuk kerja secara utuh dalam berbagai dimensi
kehidupannya. Dengan demikian, etos kerja lebih merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan perilaku pekerja kearah terwujud kualitas
kerja yang ideal. Kualitas untuk kerja dan hasil kerja banyak ditentukan oleh kualitas etos kerja ini. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung
beberapa unsur antara lain: 1 disiplin kerja, 2 sikap terhadap kerjaan, 3 kebiasaan-kebiasaan bekerja. Dengan disiplin kerja, seorang pekerja akan selalu
23
bekerja dalam pola-pola yang konsisten untuk melakukan dengan baik sesuai tuntutan dan kesanggupannya.
20
Etos kerja muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus. Didalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin pemegang amanah, termasuk para
hakim, harus berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut, sebagaimana Dawud sewaktu ia diminta untuk memutuskan perkara yang andil dan harus didasarkan
pada nilai- nilai kebenaran. ”Maka berilah keputusan hukumlah diantara kami
dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah pimpinlah kami kejalan yang lurus”.Shaad:22
Didalam melaksanakan suatu pekerjaan akan terlihat cara dan motivasi yang dimiliki seseorang, apakah ia bekerja dengan sungguh-sungguh atau pura-
pura, bertanggung jawab atau tidak dan sebagainya. Cara seseorang menghayati dan melaksanakan pekerjaannya ditentukan oleh pandangan, harapan, dan
kebiasaan didalam kelompok kerjanya. Oleh karena itu, etos kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh etos kerja kelompoknya.
Etos adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia termasuk bidang kejiwaan mental berkaitan dengan sikap yang tersembunyi didalam batin. Sikap itu
bersumber dari nilai-nilai yang dianut, yaitu sesuatu yang dianggap berharga dan berguna didalam hidup.
Sedangkan pengertian kerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu jasmani dan rohani dan
berupaya untuk mewujudkan tujuan tersebut serta melahirkan prestasi yang bermanfaat bagi lingkungannya.
21
Bekerja mempunyai tujuan mencapai sesuatu hasil baik berupa benda, karya atau pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang
hendak dicapai bukan hanya berkaitan dengan fisik raga saja tetapi juga berhubungan dengan mental jiwa seperti pengakuan diri, kepuasan, prestasi, dll.
Makna ”bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh- sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan zikirnya untuk
20
Abdul Hasyim, Muhammad Surya, Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010 h. 87.
21
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami ,…h. 15