Etos Kerja Guru KAJIAN TEORI

23 bekerja dalam pola-pola yang konsisten untuk melakukan dengan baik sesuai tuntutan dan kesanggupannya. 20 Etos kerja muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus. Didalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin pemegang amanah, termasuk para hakim, harus berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut, sebagaimana Dawud sewaktu ia diminta untuk memutuskan perkara yang andil dan harus didasarkan pada nilai- nilai kebenaran. ”Maka berilah keputusan hukumlah diantara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah pimpinlah kami kejalan yang lurus”.Shaad:22 Didalam melaksanakan suatu pekerjaan akan terlihat cara dan motivasi yang dimiliki seseorang, apakah ia bekerja dengan sungguh-sungguh atau pura- pura, bertanggung jawab atau tidak dan sebagainya. Cara seseorang menghayati dan melaksanakan pekerjaannya ditentukan oleh pandangan, harapan, dan kebiasaan didalam kelompok kerjanya. Oleh karena itu, etos kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh etos kerja kelompoknya. Etos adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia termasuk bidang kejiwaan mental berkaitan dengan sikap yang tersembunyi didalam batin. Sikap itu bersumber dari nilai-nilai yang dianut, yaitu sesuatu yang dianggap berharga dan berguna didalam hidup. Sedangkan pengertian kerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu jasmani dan rohani dan berupaya untuk mewujudkan tujuan tersebut serta melahirkan prestasi yang bermanfaat bagi lingkungannya. 21 Bekerja mempunyai tujuan mencapai sesuatu hasil baik berupa benda, karya atau pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai bukan hanya berkaitan dengan fisik raga saja tetapi juga berhubungan dengan mental jiwa seperti pengakuan diri, kepuasan, prestasi, dll. Makna ”bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh- sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan zikirnya untuk 20 Abdul Hasyim, Muhammad Surya, Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010 h. 87. 21 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami ,…h. 15 24 mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik khairu ummah atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahawa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. Bekerja untuk mencari fadhilah allah, menjebol kemiskinan taraf hidup dan martabat serta harga diri adalah merupakan nilai ibadah yang esensial, karena nabi besabda : ” Kemisikinan itu sesungguhnya lebih dekati kepada kekufuran.” Pengertian bekerja hendaknya jangan ditafsirkan sebagai penerima upah belaka atau jangan pula diartikan bahwa bekerja adalah setara atau ekuivalen dengan bekerja secara formal bagaikan seorang pegawai swasta yang kemudian merasa berbangga-bangga karena sudah mempunyai baju seragam, padahal tidak menunjukkan prestasi apa-apa. Bekerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu jasmani dan rohani dan didalam mencapai tujuan tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah swt. Secara umum sebuah aktifitas dapat disebut pekerjaan apabila mengandung tiga aspek, yaitu : a. Aktifitas tersebut dilakukan karena ada dorongan tanggung jawab motivasi. b. Aktifitas tersebut dilakukan dengan kesengajaan, direncanakan, direncanakan, karenanya terkandung didalamnya suatu gabungan antara rasa dan rasio. c. Aktifitas tersebut dilakukan karena adanya suatu arah dan tujuan yang luhur yang secara dinamis memberikan makna bagi dirinya. 22 Bekerja merupakan suatu kewajiban dan mungkin juga keinginan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya dimasa yang akan datang, selagi ia mampu ia akan berbuat sekuat tenaga, memuatar otak dan memeras keringat. 22 Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta : Dana Bakti wakaf, 1995 h. 10. 25 Bekerja itu merupakan aktifitas sosial bagi manusia, dengan dua fungsi pokok, yaitu : a. Memprodusir barangbenda-benda dan jasa-jasa bagi diri sendiri dan orang lain. b. Mengikat individu pada pola interrelasi manusiawi dengan individu lain. Aspek Terpenting dalam bekerja ialah motivasi kerja yaitu untuk mendapatkan nilai-nilai ekonomis tertentu dalam wujud gaji, honor, bonus, rumah dinas, dan kendaraan. Nilai sosial berupa nilai immateriil berupa penghargaan, stasus sosial, dan martabatdiri. Bekerja itu merupakan aktifitas sosial yang memberikan isi dan makna pada manusia. Kerja juga merupakan aktifitas dasar yang paling penting bagi individu, karena memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan khususnya bagi orang-orang yang sehat jasmani-rohaninya. Kerja juga bisa memberikan status sosial kepada seseorang, sekaligus mengikat dirinya dengan pribadi lain, karena setiap individu harus bekerja sama dengan orang lain. 23 Situasi bekerja dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dimasa sekarang senantiasa membutuhkan kerjasama dan kooperatif untuk membangun karya-karya besar. Dalam situasi kerja sedemikian ini selalu dibutuhkan mi efektifitas dpemimpinan, depemimpin dan kean efisiensi kerja. Banyak faktor yang menghambat kelancaran pekerjaan, intern dan esktern. Intern berupa kondisi fisik dan mental pekerja itu sendiri, jika sewaktu-waktu labil atau tidak fit. Ekstern berupa gangguan dari luar dirinyaisalnya kemacetan peralatan. Upaya untuk mengatasi semua kendala itu perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 24 Etos kerja menyangkut watak dan nilai dari individu yang mengungkapkan kepekerjaan yang dilakukannya. Bekerja keras dan berdikasi dalam pekerjaan yang akan memberikan kedudukan social dalam memberi keuntungan materi bagi 23 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001 h. 10. 24 Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islami, Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya h. 75. 26 pelakunya. Etos kerja yang tinggi biasanya muncul karena berbagai tantangan- tantangan, harapan-harapan, dan kemungkinan menarik. Etos kerjasama atas dasar iman dan takwa yang melahirkan kerjasama yang jujur, adil, dan bertanggung jawab. Hal ini diperingatkan mengingat adanya kenyataan bahwa banyak orang yang melakukan kerjasama usaha melakukan kecurangan dan saling mengkhinati antara satu dan lainnya. Dari uraian di atas jelaslah bawa etos kerja adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap guru yang pada akhirnya berujung pada budaya kerja yang dimiliki guru. Apabila guru telah mempunyai budaya kerja yang baik maka tidak akan ada siswa yang terbengkalai karena guru-gurunya malas untuk mengajar. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etos adalah semangat kerja, pola fikir yang mewujudkan seseorang menjadi berperilaku yang berkualitas. Kerja adalah segala aktifitas dinamis yang mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani guna berupaya melahirkan prestasi yang bermanfaat bagi lingkungan. Sedangkan etos kerja adalah totalitas atau keseluruhan sikap individu dan kelompok serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan menggambarkan seseorang dalam melaksanakan tugas. 2 Ciri-ciri Etos Kerja Ciri-ciri orang orang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Secara metaforis, seseorang sangat kecanduan untuk beramal saleh. Jiwanya gelisah apabila dirinya hampa tidak segera berbuat kesalehan. Kecanduan beramal saleh dengan ciri-ciri etos kerja muslim yaitu : 25 a. Kecanduan terhadap waktu, yaitu salah satu esensinya dari hakikat etos kerja adalah cara seseporang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Waktu merupakan deposito paling berharga yang dianugrahkan Allah secara gratis dan merata kepada setiap orang. 25 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami ……h. 73. 27 b. Memiliki moralitas yang bersih ikhlas, salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang yang berbudaya kerja islami itu adalah nilai keikhlasan, karena ikhlas merupakan bentuk cinta, bentuk kasih sayang, dan pelayanan tanpa ikatan. c. Kecanduan kejujuran, didalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap moral yang terpuji. d. Memiliki komitmen aqidah, aqad, itiqad, yang dimaksud dengan commitment dari bahasa latin : committere, to connect, entrust-the satate of being obligated or emotionally impelled adalah keyakinan yang mengikat aqad sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya i’tiqad. e. Istiqamah, kuat pendirian seorang yang istiqamah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya, tetap pada niat semula. f. Kecanduan disiplin, pribadi yang disiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab dalam memenuhi kewajibannya, disiplin yang sejati merupakan bentuk kebiasaan sejak kita kecil, kemudian perilaku tersebut dipertahankan sampai dipetik hasilnya. g. Memiliki sikap percaya diri, melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap berani mengambil keputusan yang sulit walaupun harus membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan. Sedangkan dalam buku Bactiar Hasan, etos kerja memiliki ciri-ciri yaitu : a. Memiliki standar kemampuan mengerjakan dalam mbidang professional, yang diakui oleh kelompok atau organisasi profesi itu sendiri. b. Berdisiplin tinggi taat kepada aturan dan ukuran kerja yang berlaku dalam profesi yang bersangkutan . c. Selalu berusaha meningkatkan kualitas dirinya, melalui pengalaman kerja dan melalui media pembelajaran lainnya. 28 Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang guru yang memiliki etos kerja guru dilihat dari cirri-ciri dasar yaitu, a Keinginan menjunjung tinggi mutu pekerjaan, b Menjaga diri dari melaksanakan pekerjaan, c Memberi layanan kepada masyarakat melalui pekerjaan profesionalnya. 3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja Guru merupakan bagian integral dari keberadaan sumber daya manusia yang mempunyai peranan strategis dalam kehidupan suatu sekolah. Oleh sebab itu, keapala sekolah sebagai seorang manajer harus mampu mengelola dan memamfaatkan segala sumber daya manusia yang ada. Guru yang mempunyai etos kerja yang tinggi akan sangat membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan. Sebab mereka adalah orang-orang yang mampu mempertahankan kelangsungan hidup sekolah dari kepunahan akibat tuntutan dan perubahan zaman. Disamping itu mereka pula yang mampu merealisasikan salah satu misi pendidikan yaitu sebagai aren pembaharuan terhadap lingkungannya. Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang etos kerja guru, yaitu : a. Adanya tingkat kehidupan yang layak bagi guru. b. Adanya kondisi terlindung dan tentram dalam bekerja. c. Adanya kondisi kerja yang menyenangkan. d. Suasana dan rasa kekeluargaan. e. Perlakuan yang adil dari atasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru diantaranya: a. Tingkat pendidikan guru yaitu sangat mempengaruhi baik tidaknya kinerja guru. Kemampuan seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola berfikir dan prilakunya. 29 b. Supervisi pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan, dan penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar mengajar. c. Kinerja guru yaitu dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya. Untuk memilki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemempuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. d. Kondisi fisik dan mental yang baik, agar guru sehat akan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula mental baik maka akan mengajar dengan baik pula. e. Tingkat pendapatan yaitu dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan lainnya seperti pemberian intensif. 26 Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru dalam proses pembelajaran: a Faktor personalindividual meliputi keterampilan skill, kemampuan, kepercayaan diri. b Faktor kepemimpinan meliputi kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. c Faktor sistem meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh rekan dalam satu tim. 27 26 Sabrina Fauza, Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, wodpress.com 05 April 2010 27 Pokjawas, Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, wodpress.com. 09 Juli 2010 30 4 Upaya-upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja guru. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannnya dengan etos kerja guruadalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan etos kerja guru di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam meningkatkan etos kerja guru dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut : a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu. c. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru di sekolah. d. Berhasil mewujudkan tujuan sekolahg secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Setiap sekolah tentunya akan selalu berusaha agar stafnya selalu mempunyai etos kerja atau semangat kerja tinggi. Sebab dengan etos kerja yang tinggi proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancer, dan kepala sekolah tentunya mempunyai berbagai cara untuk membangun etos kerja atau semangat kerja para guru antaranya dengan memberi teladan, membuat deskripsi tugas yang jelas, melaksanakan sangsi jabatan, dan meningkatkan kesejahteraan. Adapun strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas guru sebagai berikut :

a. Aktif dan kreatif

Guru yang aktif adalah guru yang giat dalam bekerja dan berusaha untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Sedangkan guru yang kreatif 31 adalah guru yang memiliki kemampuan mencari ide-ide baru yang sesuai dengan tujuan. Guru yang aktif dan kreatif adalah guru yang dalam melaksanakan tugasnyanya selalu memiliki ide atau gagasan baru yang sebelumnya tidak ada, dan mampu mengelola dan merealisasikan idenya kedalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan mutu pendidikan. Adapun faktor-faktor yang mendukung terjadinya aktifitas dan kreatifitas guru adalah : a Tersedianya waktu yang longgar waktu luang . b Adanya dorongan guru yang aktif dan kreatif memiliki dorongan tertentu. c Adanya sarana penunjang. d Lingkungan yang merangsang atau mendukung.

b. Produktifitas

Guru mempunyai yang posisi yang strategis dalam suatu pekerjaan, oleh karena itu para guru harus bekerja secara efektif sehingga mempunyai hasil guna yang tinggi, artinya hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan bahkan menghasilkan sesuatu yang baik. Adapun ciri-ciri yang produktif yaitu : Menyusun kerangka atau rencana kerja sebelum melaksanakan tugas dan pekerjaan, dan mampu bekerja secara efektif dan efisien. Pada dasarnya bangsa Indonesia yang mempunyai filsafat dan pandangan hidup pancasila menganjurkan kepada kita untuk menghargai setiap upaya kegiatan yang akan meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia. Bekerja bagi bangsa Indonesia merupakan suatu kegiatan yang sangat mulia, merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Tuhan, yang akan memanusiakan dan memuliakan dirinya. Demikian pula sebagai seorang guru, mengajar merupakan pengabdian bahkan tugas suci yang teramat mulia, yang tidak mengharapkan pujian di kala anak didiknya berhasil menggapai kehidupan, tidak pula menginginkan pemberian 32 dari muridnya apabila telah menjadi kaya, yang ia sesali dan bahkan bersedih atau berduka manakala ada muridnya yang durhaka dan menjadi sampah masyarakat. Jadi, baginya bekerja adalah mengabdi dan pengabdian adalah suatu yang luhur yang tak dapat dihargai dengan materi sehingga ia memilih menjadi pahlawan yang tanpa tanda jasa, yang bebas dari atribut. Yang diinginkannya adalah mengajar dan mengajar sampai ajal tiba saatnya kelak, itulah kerja guru dan itu etos kerja. Membangun etos keguruan sesungguhnya juga memperkuat karakter para guru karena ibarat otot, karakter akan memadat dengan semakin kokohnya sebuah perilaku karena terus menerus digunakan secara tekun dan bertujuan. Karakter yaitu kualitas-kualitas mental dan moral yang khusus dan khas pada idividu, kelompok, atau institusi. Kompetensi yaitu keterampilan atau pengetahuan yang diperlukan agar berhasil melakukan sesuatu pekerjaan. Konfidensi yaitu percaya diri, yang berarti percaya sepenuhnya.Karisma adalah cahaya pribadi, aura, pengaruh, dan wibawa yang kita rambatkan juga semakin kuat. Sebab dengan kepribadian dan perilaku kerja yang berakar teguh pada moralitas luhur dalam etos keguruan itu akan terpancar dengan bertenaga seperti kekuatan sebuah magnet. Dengan membaiknya etos keguruan melalui keempat pondasi sukses diatas karakter-kompetensi-konfidensi-karisma maka dampak utamanya adalah meningkatnya kinerja keguruan kita. Berbuah sebagai kualitas budi pekerti, pengetahuan, dan keterampilan semua peserta didik kita. Demikianlah membaiknya karakter-kompetensi-konfidensi-karisma yang dihasilkan oleh etos keguruan akan membuahkan efektifitas kualitas produktifitas keguruan semakin baik pula. Etos keguruan tidak hanya membuahkan sukses keguruan keluar, tetapi sekaligus memperbaiki kualitas keguruan itu kedalam yakni bertumbuhnya sang guru menjadi insan profesional yang semakin baik, dalam hal menjadi guru yang semakin berkarakter, berkompetensi, berkonfidensi, dan berkarisma. 33

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan teori diatas, dapat dilihat dari identifikasi masalah yaitu belum efektifnya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis sehingga gaya kepemimpinan yang diterapkan belum berhasil. Karena masih kurangnya etos kerja guru dalam mewujudkan keberhasilan. Sebagian guru masih ada yang kurang disiplin, karena datang terlambat pada saat masuk kelas. Masih rendahnya motivasi siswa yang kurang bersemangat belajar. Namun belum berhasilnya pemimpin dalam membangkitkan etos kerja guru yang tinggi. Karena adanya persepsi atau pandangan yang kurang tepat dalam penerapan gaya kepemimpinan. Maka kepala sekolah dalam memimpin sekolah tersebut dituntut harus bisa melibatkan para guru agar mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu termotivasi dalam mengajar, mempunyai etos kerja yang bagus, dan sadar untuk memenuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara atau gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah tersebut. Agar penerapan gaya kepemimpinan demokratis itu bisa efektif dan dapat terwujud maka pemimpin dalam penerapan gaya kepemimpinannya tersebut harus dapat disesuaikan dengan kondisi dilingkungan sekolah itu sendiri. Umumnya kepala sekolah sangat tegas dalam bertindak memang berakibat positif dan berpengaruh terhadap aktifitas-aktifitas guru disekolah. Oleh karena itu guru disekolah harus dapat melaksanakan tugas dan kewajiban disekolah dengan baik. Sebagai kepala sekolah harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis dan efektif, sehingga dapat terwujudnya tujuan pendidikan di MAN Cibinong. Dengan demikian strategi yang dipakai pemimpin yaitu dengan pengembangan komunikasi, job description, dan pertemuan rapat-rapat berskala. Untuk itu kepala sekolah harus bisa memimpin secara efektif guna meningkatkan etos kerja guru dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut : a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. 34 b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu. c. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru di sekolah. d. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Hipotesis Alternatif Ha : Gaya kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan etos kerja guru. 2. Hipotesis nol Ho : Etos kerja guru tidak berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara empiris hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di MAN Cibinong Bogor. Berdasarkan rumus-rumusan diatas tujuan penelitian yaitu: - Untuk memperoleh data tentang Gaya Kepemimpinan Demokratis yang diterapkan di MAN Cibinong. - Untuk memperoleh data tentang etos kerja guru MAN Cibinong. - Untuk mengetahui Bagaimana kolerasi Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah dengan Etos kerja Guru di MAN Cibinong.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Hubungan Gaya Kepemimpinan Sekolah dengan Etos Kerja Guru ini dilaksanakan di MAN Cibinong, yang berlokasi Jalan Raya Kayumanis No.30, Cirimekar Cibinong Bogor. Adapun waktu penelitian yang digunakan peneliti yaitu: Januari-Februari 2011.

C. Metode Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif kuantitatif . Yaitu Penelitian yang mengumpulkan data secara empiris, kemudian diolah menggunakan statistik untuk mengetahui permasalahan ada atau tidaknya kedua variabel yang diteliti. Dan metode yang digunakan adalah metode 36 korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independent bebas disimbolkan huruf X, Gaya Kepemimpinan. 2. Variabel dependent terikat disimbolkan dengan huruf Y yaitu Etos kerja

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari jumlah yang diteliti, keseluruhan jumlah guru, tenaga dan kependidikan di MAN Cibinong Bogor berjumlah 58 orang, namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, maka penelitian ini hanya dibatasi pada populasi terjangkau yaitu 35 orang guru, berdasarkan uji validitas sebagian dari jumlah populasinya terdapat jawaban yang cacat. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi yang ada. Dengan pertimbangan kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, dan dana maka besarnya sampel dalam penelitian adalah 35 guru dari jumlah total guru yang ada. Diambil sampel 35 karena sebagian dari jumlah total populasi guru, terdapat yang cacat karena ada pertanyaan yang tidak dijawab dan jawabannya banyak yang sama sehingga data tidak akurat dan ada yang dibatalkan.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 35 orang guru yang ada di MAN Cibinong Bogor.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sesuai dengan permasalan yang sedang diteliti.

Dokumen yang terkait

Hubungan pengawasan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di Madrasah aliyah Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor

0 2 82

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

0 6 137

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di Smk Yadika 5

1 8 150

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH NEGERI DAN SWASTA DI KELOMPOK KERJA Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Negeri Dan Swasta Di Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Tsanawiyah Negeri Sragen.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPENSASI NON-FINANSIAL DENGAN KOMITMEN KERJA GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA MEDAN.

0 2 33

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) DI PEMATANG BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 1 30

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DENGAN KINERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KOTA PADANGSIDEMPUAN.

0 1 17

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP ETOS KERJA GURU MENURUT PERSEPSI GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 BOYOLALI.

0 2 10

Hubungan kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan iklim organisasi dengan etos kerja guru Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Langkat - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 116

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dengan Etos Kerja Guru Di Madrasah Aliyah (MA) Nuhiyah Pambusuang Kec. Balanipa Kab. Polman - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 99