Deskripsi Perbandingan Prefiks Bahasa Indonesia Dengan Prefiks Bahasa Batak Toba

(1)

DESKRIPSI PERBANDINGAN PREFIKS

BAHASA INDONESIA DENGAN PREFIKS

BAHASA BATAK TOBA

SKRIPSI

OLEH

MELFA ROSALINA SIAGIAN

NIM 040701006

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Deskripsi Perbandingan Prefiks

Bahasa Indonesia dengan Prefiks

Bahasa Batak Toba

Oleh

Melfa Rosalina Siagian NIM 040701006

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana dan telah disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Ida Basaria, M.Hum. Drs. Pribadi Bangun NIP. 131659303 NIP. 131571777

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. NIP. 131676481


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar keserjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juni 2009


(4)

DESKRIPSI PERBANDINGAN PREFIKS BAHASA

INDONESIA DENGAN PREFIKS BAHASA BATAK TOBA

Oleh

Melfa Rosalina Siagian

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan persamaan dan perbedaan prefiks bahasa Indonesia dengan prefiks bahasa Batak Toba yang bertujuan meneliti bagaimana perbedaan perilaku prefiks antara bahasa Indonesia dengan prefiks bahasa Batak Toba.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode cakap dan metode simak, yaitu menyimak percakapan pengguna bahasa. Untuk mengembangkan metode cakap digunakan teknik dasarnya teknik pancing, sedangkan teknik lanjutannya menggunakan teknik cakap semuka. Analisis data Selain itu, menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik catat untuk mencatat data yang diperoleh dari teknik-teknik sebelumnya. Pengambilan data menggunakan kuesioner.

Metode yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode padan dan metode agih. Adapun teori yang digunakan adalah teori struktural dengan buku acuan Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif (Ramlan) dan Pengajaran Morfologi (Tarigan).

Dari data yang diperoleh perilaku prefiks antara bahasa Indonesia dengan bahasa Batak Toba banyak memiliki persamaan dan perbedaan, seperti perilaku prefiks


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan materil seperti doa, dukungan, nasihat, dan petunjuk praktis, maupun bantuan materil. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Sastra Univeritas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mascahaya, M.Hum. sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Ida Basaria, M.Hum. sebagai pembimbing I, yang telah memberikan dorongan, perhatian, dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Pribadi Bangun sebagai pembimbing II, yang telah memberikan dorongan, perhatian, dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Parlaungan Ritonga, M.Hum sebagai dosen wali yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatiannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Sastra Universitas Sumatera


(6)

memberikan berbagai materi perkuliahan selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Juni Siagian dan Reni Pangaribuan dan adinda Yanti, Jisman, dan Fredy yang telah memberikan dorongan doa, materi, dan tenaga selama masa perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. Penulis persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua tercinta.

9. Seorang teman yang spesial yaitu Bang Karolus Ginting yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman stambuk ‘04 Friska, Rini, Retta, Cristin, Ratu, Ori, Julia, Hisyam, Ricky, Rama, Erny, Inre, Retna, Cory, Herwanto, terima kasih atas doa, dukungan, dan dorongannya.

11. Kakak-kakak stambuk ’02-‘03 dan adinda-adinda stambuk ‘05-’09 di Departemen Sastra Indonesia yang tidak disebutkan namanya satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai prefiks bahasa Indonesia dan prefiks bahasa Batak Toba.

Medan, Juni 2009 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PERNYATAAN

ABSTRAK

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 8

1.3Batasan Masalah ... 8

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1.Konsep dan Landasan Teori ... 10

2.1.1 Konsep ... 10

2.1.2 Landasan Teori ... 13

2.2 Tinjauan Pustaka ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Populasi dan Sampel ... 21

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 22


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26

4.1 Prefiks dalam Bahasa Indonesia ... 26

4.1.1 Prefiks /meN-/ ... 26

4.1.2 Prefiks /ber-/ ... 29

4.1.3 Prefiks /di-/ ... 32

4.1.4 Prefiks /ter-/ ... 34

4.1.5 Prefiks /peN-/ ... 36

4.1.6 Prefiks /pe-/ ... 40

4.1.7 Prefiks /per-/ ... 42

4.1.8 Prefiks /se-/ ... 44

4.1.9 Prefiks /ke-/ ... 46

4.1.10 Prefiks /maha-/ ... 47

4.1.11 Prefiks /para-/ ... 49

4.2 Prefiks dalam Bahasa Batak Toba ... 52

4.2.1 Prefiks /maN-/ ... 52

4.2.2 Prefiks /mar-/ ... 54

4.2.3 Prefiks /di-/ ... 58

4.2.4 Prefiks /tar-/ ... 59

4.2.5 Prefiks /paN-/ ... 61

4.2.6 Prefiks /pa-/ ... 64

4.2.7 Prefiks /par-/ ... 66

4.2.8 Prefiks /sa-/ ... 69

4.2.9 Prefiks /um-/ ... 71


(9)

4.3 Perbandingan Prefiks Bahasa Indonesia dengan Bahasa Batak Toba 75

4.3.1 Dari Segi Bentuk ... 75

4.3.2 Dari Segi Distribusi ... 85

4.3.3 Dari Segi Fungsi ... 91

4.3.4 Dari Segi Nosi ... 93

4.4 Persamaan Prefiks Bahasa Indonesia dengan Prefiks Bahasa Batak Toba Secara Umum ... 94

4.5 Perbedaan Prefiks Bahasa Indonesia dengan Prefiks Bahasa Batak Toba Secara Umum ... 95

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 Simpulan ... 101

5.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DESKRIPSI PERBANDINGAN PREFIKS BAHASA

INDONESIA DENGAN PREFIKS BAHASA BATAK TOBA

Oleh

Melfa Rosalina Siagian

ABSTRAK

Penelitian ini mendeskripsikan persamaan dan perbedaan prefiks bahasa Indonesia dengan prefiks bahasa Batak Toba yang bertujuan meneliti bagaimana perbedaan perilaku prefiks antara bahasa Indonesia dengan prefiks bahasa Batak Toba.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode cakap dan metode simak, yaitu menyimak percakapan pengguna bahasa. Untuk mengembangkan metode cakap digunakan teknik dasarnya teknik pancing, sedangkan teknik lanjutannya menggunakan teknik cakap semuka. Analisis data Selain itu, menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik catat untuk mencatat data yang diperoleh dari teknik-teknik sebelumnya. Pengambilan data menggunakan kuesioner.

Metode yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode padan dan metode agih. Adapun teori yang digunakan adalah teori struktural dengan buku acuan Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif (Ramlan) dan Pengajaran Morfologi (Tarigan).

Dari data yang diperoleh perilaku prefiks antara bahasa Indonesia dengan bahasa Batak Toba banyak memiliki persamaan dan perbedaan, seperti perilaku prefiks


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1970-an, politik bahasa nasional telah menetapkan suatu kebijakan tentang perlunya mengatur dan membina tiga bahasa yang hidup dan berkembang di Indonesia, yaitu (1) bahasa Indonesia, (2) bahasa daerah, dan (3) bahasa asing. Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara dan bahasa nasional yang harus digunakan dalam berbagai situasi resmi kenegaraan. Bahasa ini juga merupakan alat komunikasi antarsuku bangsa yang ada di Indonesia. Bahasa daerah digunakan dalam situasi-situasi tidak resmi atau upacara-upacara khusus yang terbatas untuk lingkungan penuturnya. Bahasa asing digunakan dalam rangka hubungan internasional dengan bangsa-bangsa lain, baik untuk tujuan diplomatik maupun untuk pengembangan ilmu, teknologi, dan kebudayaan. Dengan demikian, ketiga bahasa tersebut telah memiliki situasi batas dan aturan main masing-masing.

Namun, kenyataan menunjukkan bahwa sikap bahasa masyarakat cenderung tidak mengindahkan politik bahasa nasional yang berlaku. Mereka dengan sesuka hati menggunakan bahasa-bahasa tersebut secara serampangan tanpa memperhatikan situasi batas atau aturan main yang ada. Hal inilah yang kemudian memunculkan adanya bentuk-bentuk interferensi, integrasi, dan campur kode dalam berbahasa Indonesia. Munculnya gejala sosiolinguistik pemakaian bahasa semacam itu berkaitan erat dengan masalah sikap bahasa masyarakat


(12)

penuturnya, yaitu masyarakat pengguna bahasa Indonesia (Jamaluddin, 2003 : 54).

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang terdiri dari bunyi dan arti. Bunyi merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita, sedangkan arti atau makna adalah isi yang terkandung dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi terhadap hal yang kita dengar (Ritonga, 2005 : 1). Kalau seseorang menggunakan bahasa tidak jelas, atau kaku, maka akan terjadilah kesalahpahaman sehingga tidak terjadi komunikasi yang baik. Sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa harus mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya, serta mampu menimbulkan adanya saling mengerti antara penutur dengan pendengar atau antara penulis dengan pembacanya.

Bahasa merupakan serangkaian bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia secara sadar, sedangkan bunyi-bunyi yang tidak dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak dapat disebut bahasa walaupun dapat dipakai untuk berkomunikasi. Semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia tersebut dalam penampilannya sebagai bahasa diatur oleh suatu sistem tertentu yang berbeda satu bahasa dengan bahasa yang lain. Misalnya, sistem bahasa Indonesia dengan bahasa daerah. Disamping perbedaan tentu terdapat juga persamaan antara sistem bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.

Di Indonesia terdapat berbagai bahasa daerah yang masing-masing dituturkan sebagai alat komunikasi antarwarga masyarakat bahasa itu. Bahasa daerah yang mereka pergunakan merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional dan dilindungi oleh negara sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 36 UUD 1945


(13)

Bab XV. Bahasa daerah merupakan lambang identitas daerah, lambang kebanggaan daerah, dan menjadi pembinaan serta pengembangan kebudayaan daerah. Salah satunya adalah bahasa Batak Toba.

Bahasa Batak Toba adalah bahasa ibu yang digunakan oleh penutur aslinya di daerah Tapanuli Utara. Bahasa Batak Toba berfungsi sebagai alat komunikasi antarkeluarga, adat-istiadat, bahasa budaya, dan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar (disamping bahasa Indonesia). Mengingat pentingnya fungsi bahasa daerah ini, maka bahasa Batak Toba perlu dibina dan dikembangkan.

Bahasa Indonesia dan bahasa daerah hidup berdampingan. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya kontak bahasa itu sangat besar, baik antara bahasa daerah dengan bahasa Indonesia. Bahasa Batak Toba merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang termasuk rumpun bahasa Melayu dari cabang

Protomalaya (Melayu kuno) yang secara gramatikal adalah khas, yaitu

mempunyai sistem tata bahasa sendiri dan arti kata sendiri.

Bahasa Batak Toba adalah species dari bahasa Protomalaya, maka dalam mempelajari bahasa Batak Toba, orang dapat tertolong dengan membuat bahasa Indonesia menjadi term of reference. Misalnya, awalan /maN-/ dalam bahasa Batak Toba dapat dianggap sebagai padanan awalan /meN-/ dalam bahasa Indonesia.

Bahasa Batak Toba mempunyai fonetiknya sendiri. Cara melafalkannya berbeda dengan menuliskannya. Misalnya, Adong hirang huboan [adok kirak kuboan], ada keranjang saya bawa. Selain itu, ucapan bahasa Batak Toba cukup


(14)

sederhana dan tegas (keras) sehingga tidak harus memakai bermacam huruf fonem (Anicetus, 2002 : vii).

Suku Batak terdiri atas lima subsuku yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak-Dairi, dan Batak Angkola-Mandailing. Secara administratif, tiap-tiap subsuku itu berada pada satu kabupaten. Subsuku Batak Toba berada di Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara (Sibarani, 1997 : 1). Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara secara geografis berada di bagian tengah wilayah provinsi Sumatera, yakni di punggung Bukit Barisan yang terletak 1020’ – 204’ LU dan 98010’ – 90035’ BT (Sibarani, 1997 : 3).

Setiap bahasa akan mengalami perubahan selama bahasa itu masih dipakai. Perubahan ini sering tidak kita sadari. Salah satu perubahan bahasa adalah karena pengaruh bahasa lain, misalnya pengaruh dari bahasa daerah yang kita temukan dalam bahasa Indonesia.

Kita sering mendengar seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia terpengaruh bahasa daerahnya, misalnya, bahasa daerah Batak Toba. Pengaruh ini ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Pengaruh positif maksudnya adalah pengaruh dari bahasa pertama seseorang ke dalam bahasa asing atau bahasa kedua yang sedang dipelajarinya, yang dapat membantu dan memberi kemudahan baginya dalam mempelajari bahasa keduanya. Sebaliknya, pengaruh negatif merupakan pengaruh yang menyebabkan penyimpangan/kesalahan bagi seseorang dalam menggunakan bahasa kedua yang sedang dipelajarinya. Penyimpangan itu disebut juga dengan istilah interferensi.

Menurut Chaer dan Agustina (1995), istilah “interferensi” pertama kali digunakan oleh Weinreich (1953) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu


(15)

bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur bilingual. Penutur bilingual (dwibahasawan) adalah mereka yang memiliki kemampuan yang relatif seimbang dalam menggunakan dua bahasa secara alih-alih atau bergantian. Adapun interferensi (pengacauan) itu bisa berwujud interferensi reseptif maupun interferensi produktif. Interferensi reseptif terjadi apabila bahasa kedua yang digunakan oleh seorang bilingualis telah dimasuki unsur-unsur bahasa pertama dalam proses interpretasi. Sebaliknya, interferensi produktif terjadi jika seorang bilingualis menggunakan bahasa pertama, tetapi dengan unsur dan struktur bahasa kedua dalam proses representasi.

Dalam situasi masyarakat Indonesia yang bilingual atau bahkan multilingual, disatu pihak pembelajaran bahasa Indonesia sering kali mengalami benturan sehubungan dengan kuatnya gejala interferensi (transfer negatif) dari unsur-unsur bahasa daerah. Dipihak lain, semakin derasnya arus informasi dan kian menguatnya proses globalisasi menyebabkan unsur-unsur bahasa asing ikut mempengaruhi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pengaruh bahasa Inggris. Interferensi bahasa daerah maupun bahasa asing juga bisa terjadi dalam semua tataran kebahasaan, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Pada tataran fonologi, transfer negatif itu tampak dalam cara pelafalan, intonasi kalimat, dan cara penulisannya; pada tataran morfologi terlihat dalam hal pembentukan kata dan peristilahan; pada tataran sintaksis menyangkut masalah kesalahan struktur kalimat; sedangkan pada tataran semantik bisa terjadi kekeliruan makna kata atau istilah akibat adanya kosakata atau istilah yang sama


(16)

dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia, tetapi dengan konsep dan pengertian yang berbeda (Jamaluddin, 2003 : 52).

Perbandingan prefiks bahasa Indonesia dengan prefiks bahasa Batak Toba ini mencari perbedaan dan persamaan pada dua bahasa yang serumpun, dinamakan linguistik komparatif. Objek penelitiannya adalah prefiks dalam bahasa Indonesia dan prefiks bahasa Batak Toba. Setelah mengetahui prefiks dari kedua bahasa tersebut barulah dilakukan perbandingan dari segi bentuk, distribusi, fungsi, dan nosinya.

Ada beberapa hal yang menarik minat untuk diteliti oleh penulis, yaitu : a. Prefiks /meN-/ dalam bahasa Indonesia dengan /maN-/ dalam bahasa

Batak Toba. Dalam bahasa Indonesia bentuk prefiks /meN-/ berubah menjadi ø (zero) atau hilang, sedangkan dalam bahasa Batak Toba prefiks /maN-/ berubah bentuknya menjadi /manga-/ apabila bertemu dengan kata-kata yang fonem awalnya /l, dan r/.

Contoh bahasa Indonesia :

/meN-/ + lihat → melihat Contoh bahasa Batak Toba :

/maN-/ + loppa ‘masak’ → mangaloppa ‘memasak’ Perbedaan lain dapat dilihat pada contoh berikut :

/maN-/ + siram → maniram ‘menyiram’

Dalam bahasa Batak Toba bentuk /many-/ tidak ditemukan sehingga kata-kata yang dimulai huruf /s/ menjadi luluh.

b. Prefiks /ber-/ dalam bahasa Indonesia dengan prefiks /mar-/ dalam bahasa Batak Toba. Prefiks /ber-/ mengalami perubahan bentuk menjadi /be-/,


(17)

/bel-/, dan /ber-/. Apabila bertemu dengan kata yang suku pertamanya berakhiran /ər/ berubah menjadi /be-/. Apabila bertemu dengan kata ajar berubah menjadi /bel-/. Apabila bertemu dengan fonem awal /r/, tidak berakhir dengan fonem /ər/, dan bukan kata dasar ajar tetap menjadi /ber-/.

Sedangkan prefiks /mar-/ dalam bahasa Batak Toba tidak mengalami perubahan bentuk.

Contoh bahasa Indonesia :

/ber-/ + rantai → berantai /ber-/ + ajar → belajar Contoh bahasa Batak Toba :

/mar-/ + tua ‘bahagia’ → martua ‘berbahagia’

c. Prefiks /peN-/ dalam bahasa Indonesia dengan prefiks /paN-/ dalam bahasa Batak Toba. Pada dasarnya kedua prefiks ini mengalami perubahan bentuk yang sama, akan tetapi perlu dipahami bahwa bentuk /paN-/ menjadi /pany-/ tidak ada dalam bahasa Batak Toba.

Contoh :

/paN-/ + sapu ‘sapu’ → panapu ‘penyapu’

Bentuk /paN-/ di atas seharusnya berubah menjadi /pany-/ apabila bertemu dengan kata-kata yang dimulai fonem /s/ sebagaimana ketentuan yang terdapat dalam bahasa Indonesia.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah bentuk, distribusi, fungsi, dan nosi prefiks dalam bahasa Indonesia dan prefiks dalam bahasa Batak Toba?

2. Apa sajakah persamaan dan perbedaan prefiks dalam bahasa Indonesia dengan prefiks dalam bahasa Batak Toba?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini membicarakan tentang morfologi yaitu proses afiksasi untuk mendapatkan gambaran tentang persamaan dan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba. Persamaan dan perbedaan tersebut diperoleh dengan menggambarkan prefiks kedua bahasa itu.

Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang terbatas, yaitu dibatasi pada prefiks, kemudian prefiks ini akan diuraikan melalui perbandingan bentuk, distribusi, fungsi, maupun nosinya.

Prefiks dalam bahasa Indonesia adalah : /meN-/, /ber-/, /di-/, /ter-/, /peN-/, /pe-/, /se-/, /per-/, /pra-/, /ke-/, /a-/, /maha-/, dan /para-/. Prefiks dalam bahasa Batak Toba adalah : /maN-/, /mar-/, /di-/, /tar-/, /paN-/, /pa-/, /sa-/, /par-/, /um-/, dan /ha-/. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan prefiks tersebut dengan prefiks bahasa Batak Toba, apakah terdapat persamaan dan perbedaannya.


(19)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pribadi dan kelompok pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tanpa tujuan yang jelas maka suatu penelitian akan berakhir dengan sia-sia dan tidak berarti.

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan bentuk, distribusi, fungsi, dan nosi prefiks dalam bahasa Indonesia dan prefiks dalam bahasa Batak Toba.

2. Menjelaskan perbandingan prefiks bahasa Indonesia dengan prefiks bahasa Batak Toba.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang persamaan dan perbedaan prefiks antara bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan pengetahuan bahasa, khususnya dalam ilmu linguistik Indonesia serta memberikan masukan bagi para ahli linguistik bahwasanya prefiks bahasa Indonesia memiliki persamaan dan perbedaan dengan prefiks bahasa Batak Toba.

3. Secara praktis model penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain untuk meneliti bahasa daerahnya, terutama untuk membandingkan prefiks antara dua bahasa secara komparatif.


(20)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987 : 21).

Dalam tuturan seseorang ada satuan yang mengandung arti yang disebut satuan gramatik yang mungkin berupa morfem, mungkin berupa kata, mungkin berupa frase, mungkin berupa klausa, dan mungkin berupa kalimat. Satuan-satuan gramatik tersebut ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak, melainkan selalu terikat pada satuan lain.

Contoh morfem : - /meN-/

- /ber-/

Contoh kata : - sepeda - rumah Contoh frase : - akan datang - ke rumah teman Contoh klausa :


(21)

- Usaha itu sangat baik. Contoh kalimat :

- Buku ini baru terbit semalam. - Ayahku pergi berlibur ke Bengkulu.

Dalam morfologi satuan terkecil namanya morfem sedangkan yang terbesar adalah kata. Menurut Hockett dalam Ramlan (1987 : 6) morfem adalah unsur yang terkecil yang secara individual mengandung pengertian dalam ujaran suatu bahasa. Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil.

Pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain disebut proses morfologis (Samsuri, 1994 : 190). Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan.

Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada suatu bentuk, baik bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata baru (Ramlan, 1987 : 54). Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Kata majemuk adalah gabungan dua kata yang menimbulkan kata baru.

Afiksasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata Affixation, kata tersebut adalah turunan dari kata Affix, yang artinya tambahan atau bubuhan. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Tarigan, 1993 : 105). Satuan yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan yang lebih besar disebut bentuk dasar.


(22)

Ditinjau dari segi posisisnya maka afiks-afiks bahasa Indonesia dapat dibagi atas : prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Ditinjau dari segi asalnya, maka afiks-afiks itu dapat dibedakan atas afiks asli dan afiks asing. Dan kalau ditinjau dari segi keproduktifannya, dapat dibedakan atas afiks produktif dan afiks improduktif.

Afiks yang produktif ialah afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem, seperti ternyata dari distribusinya, sedangkan afiks yang improduktif ialah afiks yang sudah usang, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata yang tidak lagi membentuk kata-kata baru (Ramlan, 1987 : 61).

Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar (Alwi dkk. 1998 : 31). Istilah ini berasal dari bahasa Latin praefixus yang berarti melekat (fixus, figere) sebelum sesuatu (prae). Infiks adalah morfem yang disisipkan di tengah kata, sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, dan simulfiks adalah gabungan awalan dan akhiran yang melekat bertahap. Konfiks adalah gabungan awalan dan akhiran yang membentuk suatu kesatuan secara serentak (Masnur, 1990 : 12).

Contoh :

/ke-an/ + indah → keindahan

Kata tersebut dibentuk dari kata indah dan konfiks ke-an dan bukan dari *

keindah dan -an atau ke- dan * indahan.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai prefiks harus diuraikan terlebih dahulu mengenai bentuk, distribusi, fungsi, dan nosinya. Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain


(23)

agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat.

2.1.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori struktural dengan buku acuan Morfologi

suatu Tinjauan Deskriptif (Ramlan,1985 dan 1987) dan Pengajaran Morfologi

(Tarigan, 1985) yang dianggap sangat relevan dengan penelitian ini. Sehingga penjelasan makna suatu prefiks secara eksplisit dapat dilakukan dengan cara mempertimbangkan arti gramatikal prefiks tersebut.

a. Morfologi

Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987 : 21).

Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi ialah morfem, sedangkan yang paling besar berupa kata. Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Kata ialah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satu satuan bebas merupakan kata. Menurut jenisnya morfem dapat dibedakan menjadi


(24)

morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas merupakan morfem asal, atau morfem dasar yang dapat digabungkan dengan morfem terikat, sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dasar. Contoh : /me-/ + baca → membaca, terdiri dari morfem bebas baca dan morfem terikat

/me-/.

b. Morfofonemik

Apabila dua morfem berhubungan atau diucapkan yang satu sesudah yang lain, ada kalanya terjadi perubahan pada fonem atau fonem-fonem yang bersinggungan. Studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-tandanya disebut morfofonemik (Samsuri, 1994 : 201).

Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1987 : 83 - 105).

Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfofonemik, yaitu : 1. Proses perubahan fonem

2. Proses penambahan fonem 3. Proses hilangnya fonem

Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan morfem /meN-/ dan /peN-/ dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /mem-/, /men-/, /meny-/, dan /meng-/ dan morfem /peN-/ berubah menjadi /pem-/, /pen-/, /peny-/, dan /peng-/. Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya.


(25)

/meN-/ + paksa → memaksa /meN-/ + dapat → mendapat /meN-/ + suap → menyuap /meN-/ + kutip → mengutip

Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat pertemuan morfem /meN-/ dengan bentuk dasarnya yang terjadi dari satu suku. Fonem tambahannya ialah /ə/, sehingga /meN-/ berubah menjadi /menge-/ dan /peN-/ menjadi /penge-/.

Contoh :

/meN-/ + bom → mengebom

/peN-/ + bom → pengebom

Akibat pertemuan morfem /-an/, /ke-an/, /peN-an/ dengan bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u, o, aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /i, ay/.

Contoh :

/-an/ + hari → harian /hariyan/

/ke-an/ + pulau → kepulauan /kepulawwan/ /per-an/ + sama → persamaan /persama?an/

Proses hilangnya fonem /N/ pada /meN-/ dan /peN-/ terjadi sebagai akibat pertemuan morfem /meN-/ dan /peN-/ dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/.

Contoh :


(26)

/peN-/ + waris → pewaris

Fonem /r/ pada morfem /ber-/, /per-/, dan /ter-/ hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /ər/.

Contoh :

/ber-/ + serta → beserta /ter-/ + rekam → terekam

Fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem /meN-/ dan /peN-/ dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem itu.

Contoh :

/meN-/ + sapu → menyapu /peN-/ + sapu → penyapu

c. Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Tarigan, 1993 : 105).

Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri, dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain (Ramlan, 1987 : 56).

Afiks ada empat macam, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan simulfiks. Prefiks adalah imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar, infiks adalah morfem yang disisipkan di tengah kata, sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, dan simulfiks


(27)

adalah gabungan awalan dan akhiran yang melekat bertahap. Yang termasuk prefiks yaitu /meN-/, /ber-/, /di-/, /ter-/, /peN-/, /pe-/, /se-/, /per-/, /pra-/, /ke-/, /a-/, /maha-/, dan /para-/ yang termasuk infiks yaitu /-el-/, /-er-/, dan /-em-/. Yang termasuk sufiks yaitu /-an/, /-kan/, /-i/, /-nya/, /-wan/, /-wati/, /-is/, /-man/, /-da/, dan /-wi/. Yang termasuk simulfiks yaitu /peN-an/, /pe-an/, /per-an/, /ber-an/, /ke-an/, dan /se-nya/. Yang tergolong afiks yang produktif yaitu :

1. Prefiks : /meN-/, /ber-/, /di-/, /ter-/, /peN-/, /pe-/, /se-/, /per-/, /ke-/, /maha-/ dan /para-/.

2. Sufiks : /-kan/, /-an/, /-i/, dan /-wan/.

3. Simulfiks : /ke-an/, /peN-an/, /per-an/, /ber-an/, dan /se-nya/.

Yang tergolong afiks yang improduktif ialah : /pra-/, /a-/, /-el-/, /-er-/, /-wati/, /-is/, /-man/, /-da/, dan /-wi/ (Ramlan, 1987 : 63).

(1) Prefiks

Prefiks adalah imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar (Alwi dkk. 1998 : 31). Istilah ini berasal dari bahasa Latin

praefixus yang berarti melekat (fixus, figere) sebelum sesuatu (prae).

Prefiks ini merupakan bagian dari proses perubahan fonem misalnya, terjadi sebagai akibat pertemuan morfem /meN-/ dan /peN-/ dengan bentuk dasarnya (M. Ramlan, 1985).

Contoh :

/meN-/ + catat → mencatat /peN-/ + catat → pencatat


(28)

/ber- / + tengger → bertengger /ke-/ + hendak → kehendak

Selain dari teori struktural penelitian ini menggunakan teori komparatif untuk melihat persamaan dan perbedaan dari kedua bahasa tersebut. Peneliti ingin mengetahui persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa yang dibandingkan yaitu bahasa Indonesia dengan bahasa Batak Toba khususnya bidang prefiks.

(2) Infiks

Infiks adalah morfem yang disisipkan di tengah kata. Infiks dalam bahasa Indonesia tidak produktif atau improduktif. Infiks yang ada antara lain /-el-/, /-er-/ dan /-em-/.

Contoh :

/-el-/ + getar → gemetar /-er-/ + suling → seruling /-em-/ + tali → temali

(3) Sufiks

Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar. Sufiks bahasa Indonesia ada yang asli, seperti /-kan/, /-an/, /-i/, /-wan/, dan /-nya/; serta ada yang berasal dari bahasa asing, seperti /-wati/, /-is/, /-man/, /-da/, dan /-wi/. Dari segi keproduktifannya, afiks-afiks ini dapat dibagi atas : (a) yang produktif dan (b) yang tidak produktif.

Contoh :


(29)

/-an/ + ratus → ratusan /-i/ + sakit → sakiti

/-wan/ + sukarela → sukarelawan

(4) Simulfiks

Simulfiks adalah afiks terpisah yang sebagiannya terletak di muka bentuk dasar, dan sebagiannya terletak di belakang bentuk dasar. Simulfiks melekat bersama-sama atau serentak pada satu bentuk dasar. Simulfiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah /ke-an/, /peN-an/, /per-an/, /ber-an/, dan /se-nya/.

Contoh :

/ke-an/ + hujan → kehujanan /peN-an/ + asing → pengasingan /per-an/ + sendi → persendian /ber-an/ + balas → berbalasan /se-nya/ + enak → seenaknya

2.2 Tinjauan Pustaka

Penelitian bahasa Batak Toba pernah dilakukan oleh Marlina Sibuea (1979) Morfologi Bahasa Batak Toba Dialek Uluan. Penelitian ini memberi gambaran tentang proses morfologi yang menyangkut prefiks, infiks, sufiks, konfiks, afiks ganda, reduplikasi, dan proses persenyawaan dalam bahasa Batak Toba dialek Uluan. Darmawi juga meneliti tentang Perbandingan Afiksasi antara


(30)

gambaran tentang menjelaskan afiksasi dalam bahasa Batak Toba dan bahasa Melayu kemudian membandingkannya.

Peneliti lain ada juga yang mengkaji tentang perbandingan afiksasi dengan bahasa yang berbeda. Mereka adalah Rosianna Marselina Tarigan Tambun (1980)

Perbandingan Afiksasi antara Bahasa Alas dengan Bahasa Indonesia, Martha

Surbakti (1981) Perbandingan antara Afiks per- Bahasa Batak Karo dengan Afiks

per- Bahasa Indonesia, Aziar AZ (1981) Perbandingan Afiksasi antara Bahasa Mentawai Dialek Muara Sikabaluan dengan Bahasa Indonesia, Multi Tanjung

(1985) Perbandingan Afiksasi Bahasa Kurinci dengan Bahasa Indonesia, dan Yultinah Sinaga (1987) Analisis Komparatif antara Prefiksasi Bahasa Sunda


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) tepatnya di Kota Balige. Kabupaten Tobasa ini berada di titik 2006’- 2045’ LU dan 98010’- 99035’ BT. Motto Kota Balige ini adalah Tappakna do Rantosna, Rimni

Tahi do Gogona. Luas Kota Balige ini 3.124,40 km2 dengan jumlah penduduknya 168.596 orang (tahun 2005). Alasan peneliti memilih kota ini karena di kota ini peneliti mempunyai banyak kenalan untuk memperoleh data. Pencarian data dilakukan berdasarkan faktor keakraban hubungan antara peneliti dan informan.

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2009. Untuk memperoleh data-data yang menggambarkan penggunaan prefiks oleh masyarakat Balige adalah dengan cara menyimak pembicaraan mereka dan ikut serta dalam percakapannya.

Batas wilayah Kota Balige ini adalah sebagai berikut : Sebelah utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.

Sebelah selatan : Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humban Hasundutan. Sebelah barat : Kabupaten Samosir dan Danau Toba.

Sebelah timur : Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kumpulan sumber data yang akan diteliti. Dalam


(32)

benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat di Kota Balige yaitu 168.596 orang. Karena sumber datanya terlalu banyak, tidak mungkin dikaji atau dianalisis secara menyeluruh. Untuk itu peneliti harus mengambil beberapa sampel dari sekian populasi yang tersedia.

Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang dapat mewakili seluruh populasi (Ritonga, 2005 : 134). Dengan meneliti sebagian dari populasi, kita mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Jadi, sampel adalah bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar (KBBI, 2005 : 991).

Pengambilan sampel ini hanya sebagian dari jumlah populasi di atas yaitu sekitar sepuluh sampai lima belas orang. Pengambilan sampel ini berdasarkan kemampuan narasumber memberikan data yang diperlukan kepada peneliti.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data lisan dan data tulisan. Metode dan teknik pengumpulan data yang sesuai perlu diperhatikan. Di dalam penelitian ini metode yang penulis pakai adalah metode cakap dan metode simak.

Metode cakap adalah metode yang berupa percakapan dan terjadi kontak antara peneliti selaku peneliti dengan penutur selaku narasumber. Metode ini menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya yaitu dengan teknik pancing, sedangkan teknik lanjutannya dengan teknik cakap semuka. Teknik pancing merupakan percakapan yang dilakukan dengan cara pemancingan.


(33)

Teknik pancing ini harus memperhatikan faktor keakraban hubungan antara peneliti dan informan sebelum dilakukan kegiatan pemancingan data. Si peneliti harus cerdik agar dapat memancing kemauan seseorang untuk berbicara dengan menggunakan bahasa Batak Toba, untuk mempermudah mendapatkan informasi. Teknik cakap semuka dilakukan dengan percakapan langsung, tatap muka, atau bersemuka; jadi lisan. Percakapan langsung harus dikenali oleh si peneliti dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya, untuk memeperoleh data selengkap-lengkapnya (Sudaryanto, 1993 : 137).

Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak pengguna bahasa. Metode ini menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya yaitu dengan teknik sadap, sedangkan teknik lanjutannya dengan teknik simak libat cakap. Penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Peneliti harus cerdik menyimak apa yang diucapkan oleh si penutur satu orang maupun banyak orang. Teknik simak libat cakap dapat dilakukan pertama-tama dengan berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Jadi, si peneliti terlibat langsung dalam dialog.

Menurut Nazir (1988 : 111), untuk mendapatkan data tulisan digunakan studi pustaka yakni dengan mencari buku-buku yang menjadi sumber data yang berhubungan dengan objek kajian (dalam hal ini data-data yang berkaitan dengan prefiks). Untuk memperkuat kebenaran dari data yang diperoleh maka harus menggunakan metode kepustakaan.


(34)

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam penganalisisan data, metode yang digunakan memegang peranan penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun metode yang digunakan, yaitu metode padan dan metode agih.

Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993 : 13). Metode padan menggunakan daya pilah yang bersifat mental, yaitu kemampuan mental peneliti untuk menentukan data-data dan mengolahnya dengan menggunakan teknik pilah unsur penentu. Untuk mengetahui makna prefiks digunakan teknik referensial yang berfungsi untuk menentukan referen sebuah kata, yaitu dengan cara membandingkan referen sifat dengan hal pokok berdasarkan daya pilah yang dimiliki oleh peneliti dan daya pilah yang melekat pada referen tersebut. Misalnya bentuk /mar-/ pada marmotor ‘mengendarai’ dan

marobuk ‘berambut’ berasal dari bentuk dasar yang berkelas nomina motor

‘mobil’ dan obuk ‘rambut’. Untuk mengetahui kapan prefiks itu bermakna ‘mengendarai’ dan ‘mempunyai’ harus mengacu kepada bendanya, atau dengan melihat komponen arti bentuk dasar yang dilekati oleh prefiks tersebut. Dapat diketahui bahwa makna ‘mengendarai’ terjadi apabila bentuk dasar yang berkelas nomina itu mengacu kepada jenis kendaraan, dan makna mempunyai terjadi apabila bentuk dasar yang berkelas nomina itu mengacu kepada jenis anggota tubuh.

Metode agih adalah metode yang alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik yang digunakan adalah teknik ganti. Teknik ganti


(35)

digunakan untuk mengganti unsur tertentu yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud.

Untuk mengetahui morfofonemik dalam bahasa Indonesia digunakan teknik ganti.

Contoh :

/ber-/ + runding → berunding /ber-/ + diskusi → berdiskusi

Begitu juga dalam bahasa Batak Toba, untuk mengetahui morfofonemik dalam bahasa Batak Toba maka digunakan teknik ganti.

Contoh :

/par-/ + rimas ‘marah’ → parrimas ‘pemarah’ /par-/ + muruk ‘marah’ → parmuruk ‘pemarah’ /maN-/ + tanom ‘tanam’ → mananom ‘menanam’ /maN-/ + suan ‘tanam’ → manuan ‘menanam’


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Prefiks dalam Bahasa Indonesia 4.1.1 Prefiks /meN-/

4.1.1.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Proses pembentukan prefiks /meN-/ sesuai dengan fonem awalan yang dilekatinya, yaitu

a. Prefiks /meN-/ berubah menjadi /mem-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /b, f, p/, dalam hal ini fonem /p/ luluh.

Contoh :

/meN-/ + fitnah → memfitnah /meN-/ + pilih → memilih

b. Prefiks /meN-/ berubah menjadi /men-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /d, s, t/. Fonem /t/ luluh sedangkan fonem /s/ hanya berlaku pada bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing.

Contoh :

/meN-/ + darat → mendarat /meN-/ + suplai → mensuplai

c. Prefiks /meN-/ berubah menjadi /meny-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /s/, dalam hal ini fonem /s/ luluh.

Contoh :


(37)

/meN-/ + sita → menyita

d. Prefiks /meN-/ berubah menjadi /meng-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, k, x/ dan vokal, dalam hal ini fonem /k/ luluh. Contoh :

/meN-/ + gusur → menggusur /meN-/ + kirim → mengirim /meN-/ + ulang → mengulang

e. Prefiks /meN-/ berubah menjadi /me-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /l, r, w, y, N/.

Contoh :

/meN-/ + raih → meraih /meN-/ + wariskan → mewariskan /meN-/ + nyala → menyala

f. Prefiks /meN-/ berubah menjadi /menge-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku kata tunggal.

Contoh :

/meN-/ + tes → mengetes /meN-/ + pak → mengepak 4.1.1.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /meN-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :


(38)

/meN-/ + rokok → merokok b. Verba

Contoh :

/meN-/ + makan → memakan /meN-/ + tangkap → menangkap c. Adjektiva

Contoh :

/meN-/ + lebar → melebar /meN-/ + sempit → menyempit d. Numeralia

Contoh :

/meN-/ + dua → mendua /meN-/ + satu → menyatu 4.1.1.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /meN-/ berfungsi membentuk verba aktif.

Contoh :

/meN-/ + masak → memasak /meN-/ + gali → menggali 4.1.1.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /meN-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Menyatakan suatu tindakan yang aktif. Contoh :


(39)

/meN-/ + ambil → mengambil /meN-/ + cetak → mencetak

b. Menyatakan makna menjadi seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasar atau menyatakan makna proses.

Contoh :

/meN-/ + luas → meluas /meN-/ + sempit → menyempit c. Menyatakan makna dalam keadaan.

Contoh :

/meN-/ + kantuk → mengantuk /meN-/ + sendiri → menyendiri

d. Menyatakan makna melakukan tindakan berhubung dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/meN-/ + rokok → merokok /meN-/ + batu → membatu

4.1.2 Prefiks /ber-/

4.1.2.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Proses pembentukan prefiks /ber-/ sesuai dengan fonem awalan yang dilekatinya, yaitu :


(40)

a. Prefiks /ber-/ berubah menjadi /be-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /r/, dan beberapa bentuk dasar yang suku pertamanya berakhiran dengan /ər/.

Contoh :

/ber-/ + rakit → berakit /ber-/ + serta → beserta

b. Prefiks /ber-/ berubah menjadi /bel-/ bila diikuti kata dasar ajar. Contoh :

/ber-/ + ajar → belajar

c. Prefiks /ber-/ tidak mengalami perubahan bentuk kecuali melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /r/, tidak berakhir dengan fonem /ər/, dan bukan kata dasar ajar.

Contoh :

/ber-/ + syukur → bersyukur /ber-/ + zakat → berzakat 4.1.2.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /ber-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/ber-/ + topi → bertopi /ber-/ + sepeda → bersepeda b. Verba


(41)

/ber-/ + kerja → bekerja /ber-/ + dandan → berdandan c. Adjektiva

Contoh :

/ber-/ + gembira → bergembira /ber-/ + sedih → bersedih d. Numeralia

Contoh :

/ber-/ + tiga → bertiga /ber-/ + lima → berlima 4.1.2.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /ber-/ berfungsi membentuk verba.

Contoh :

/ber-/ + juang → berjuang /ber-/ + lari → lari 4.1.2.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /ber-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Menyatakan makna suatu perbuatan yang aktif. Contoh :

/ber-/ + main → bermain

/ber-/ + sembahyang → bersembahyang b. Menyatakan makna dalam keadaan.


(42)

Contoh :

/ber-/ + gembira → bergembira /ber-/ + sedih → bersedih

c. Menyatakan makna kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar, kecuali kata bersatu yang menyatakan makna menjadi satu. Contoh :

/ber-/ + dua → berdua /ber-/ + lima → berlima

d. Menyatakan makna mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

/ber-/ + ayah → berayah /ber-/ + rumah → berumah

e. Menyatakan makna melakukan perbuatan berhubung dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/ber-/ + canda → bercanda /ber-/ + suara → bersuara

4.1.3 Prefiks /di-/

4.1.3.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /di-/ tidak mengalami perubahan bentuk, bila melekat dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem vokal maupun konsonan.


(43)

Contoh :

/di-/ + ambil → diambil /di-/ + pandang → dipandang 4.1.3.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /di-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/di-/ + sapu → disapu /di-/ + cangkul → dicangkul b. Verba

Contoh :

/di-/ + cukur → dicukur /di-/ + pasang → dipasang 4.1.3.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /di-/ berfungsi untuk membentuk verba pasif.

Contoh :

/di-/ + pukul → dipukul /di-/ + bunuh → dibunuh 4.1.3.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /di-/ menyatakan suatu tindakan yang pasif atau dikenai pekerjaan.


(44)

/di-/ + cakar → dicakar /di-/ + lempar → dilempar

4.1.4 Prefiks /ter-/

4.1.4.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Proses pembentukan prefiks /ter-/ sesuai dengan fonem awalan yang dilekatinya, yaitu :

a. Prefiks /ter-/ berubah menjadi /te-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /r/, dan suku pertamanya berakhir dengan /ər/.

Contoh :

/ter-/ + rekam → terekam /ter-/ + percik → terpercik

b. Prefiks /ter-/ tetap menjadi /ter-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang tidak berfonem awal /r/, dan suku pertamanya tidak berakhir dengan /ər/.

Contoh :

/ter-/ + dapat → terdapat /ter-/ + lihat → terlihat 4.1.4.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /ter-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :


(45)

/ter-/ + sapu → tersapu b. Verba

Contoh :

/ter-/ + dorong → terdorong /ter-/ + susun → tersusun c. Adjektiva

Contoh :

/ter-/ + cantik → tercantik /ter-/ + pandai → terpandai 4.1.4.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /ter-/ berfungsi membentuk verba pasif.

Contoh :

/ter-/ + tulis → tertulis /ter-/ + minum → terminum 4.1.4.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /ter-/ menyatakan nosi sebagai berikut :

a. Menyatakan makna aspek perfektif, yaitu supaya makna tersebut jelas maksudnya.

Contoh :

/ter-/ + bagi → terbagi /ter-/ + cetak → tercetak b. Menyatakan makna ketidaksengajaan.


(46)

Contoh :

/ter-/ + pijak → terpijak /ter-/ + tusuk → tertusuk c. Menyatakan makna ketiba-tibaan.

Contoh :

/ter-/ + ingat → teringat /ter-/ + duduk → terduduk

d. Menyatakan suatu kemungkinan. Bila didahului oleh kata negatif tidak atau tak.

Contoh :

(tidak) /ter-/ + baca → (tidak) terbaca (tidak) /ter-/ + nilai → (tidak) ternilai e. Menyatakan makna paling.

Contoh :

/ter-/ + kaya → terkaya /ter-/ + jauh → terjauh

4.1.5 Prefiks /peN-/

4.1.5.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Proses pembentukan prefiks /peN-/ sesuai dengan fonem awalan yang dilekatinya, yaitu

a. Prefiks /peN-/ berubah menjadi /pem-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /b, f, p/, dalam hal ini fonem /p/ luluh.


(47)

Contoh :

/peN-/ + bantu → pembantu /peN-/ + fitnah → pemfitnah

b. Prefiks /peN-/ berubah menjadi /pen-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /d, s, t/. Fonem /t/ luluh sedangkan fonem /s/ hanya berlaku pada bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing.

Contoh :

/peN-/ + dengar → pendengar /peN-/ + tebus → penebus /peN-/ + suplai → pensuplai

c. Prefiks /peN-/ berubah menjadi /peny-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /s/, dalam hal ini fonem /s/ luluh.

Contoh :

/peN-/ + selam → penyelam /peN-/ + salin → penyalin

d. Prefiks /peN-/ berubah menjadi /peng-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, k, x/ dan vokal, dalam hal ini fonem /k/ luluh.

Contoh :

/peN-/ + gemar → penggemar /peN-/ + kuras → penguras /peN-/ + asuh → pengasuh

e. Prefiks /peN-/ berubah menjadi /pe-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /l, r, w, y, N/.


(48)

/peN-/ + loncat → peloncat /peN-/ + wawancara → pewawancara /peN-/ + ngiang → pengiang

f. Prefiks /peN-/ berubah menjadi /penge-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku kata tunggal.

Contoh :

/peN-/ + bom → pengebom /peN-/ + cat → pengecat 4.1.5.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /peN-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/peN-/ + cangkul → pencangkul /peN-/ + laut → pelaut b. Verba

Contoh :

/peN-/ + bawa → pembawa /peN-/ + potong → pemotong c. Adjektiva

Contoh :

/peN-/ + takut → penakut /peN-/ + malu → pemalu


(49)

4.1.5.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /peN-/ mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Prefiks /peN-/ berfungsi membentuk nomina. Contoh :

/peN-/ + laut → pelaut /peN-/ + karang → pengarang b. Prefiks /peN-/ berfungsi membentuk adjektiva.

Contoh :

/peN-/ + kasih → pengasih /peN-/ + malas → pemalas 4.1.5.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /peN-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Menyatakan orang yang (biasa) melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/peN-/ + tari → penari /peN-/ + lukis → pelukis

b. Menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/peN-/ + garis → penggaris /peN-/ + jahit → penjahit


(50)

c. Menyatakan makna yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

/peN-/ + riang → periang /peN-/ + ramah → peramah

d. Menyatakan makna yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar yang berupa kata sifat.

Contoh :

/peN-/ + kuat → penguat /peN-/ + halus → penghalus

e. Menyatakan makna yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan yang berhubungan dengan benda yang tersebut pada bentuk dasarnya.

Contoh :

/peN-/ + gergaji → penggergaji /peN-/ + usaha → pengusaha

4.1.6 Prefiks /pe-/

4.1.6.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /pe-/ tidak mengalami perubahan bentuk. Prefiks /pe-/ berkaitan dengan prefiks /ber-/.

Contoh :

/pe-/ + tinju → petinju /pe-/ + gulat → pegulat


(51)

4.1.6.2 Distibusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /pe-/ hanya melekat pada verba.

Contoh :

/pe-/ + kerja → pekerja /pe-/ + juang → pejuang 4.1.6.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /pe-/ berfungsi untuk membentuk nomina.

Contoh :

/pe-/ + renang → perenang /pe-/ + musik → pemusik 4.1.6.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /pe-/ hanya mempunyai satu makna saja yaitu menyatakan makna yang biasa/pekerjaannya/gemar melakukan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/pe-/ + dagang → pedagang /pe-/ + suruh → pesuruh


(52)

4.1.7 Prefiks /per-/

4.1.7.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Proses pembentukan prefiks /per-/ sesuai dengan fonem awalan yang dilekatinya, yaitu : a. Prefiks /per-/ berubah menjadi /pe-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang

berfonem awal /r/. Contoh :

/per-/ + runcing → peruncing /per-/ + racun → peracun

b. Prefiks /per-/ berubah menjadi /pel-/ bila diikuti oleh kata dasar ajar. Contoh :

/per-/ + ajar → pelajar

c. Prefiks /per-/ tetap menjadi /per-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang tidak berfonem awal /r/ dan bukan kata dasar ajar.

Contoh :

/per-/ + kaya → perkaya /per-/ + nyaring → pernyaring 4.1.7.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /per-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :


(53)

/per-/ + istri → peristri b. Adjektiva

Contoh :

/per-/ + luas → perluas /per-/ + tinggi → pertinggi c. Numeralia

Contoh :

/per-/ + empat → perempat /per-/ + sepuluh → persepuluh 4.1.7.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /per-/ berfungsi untuk membentuk verba.

Contoh :

/per-/ + rapi → perapi /per-/ + panjang → perpanjang 4.1.7.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /per-/ menyatakan kausatif. Apabila kata dasarnya berupa adjektif, kausatif itu berarti membuat jadi lebih daripada apa yang tersebut pada bentuk dasar; apabila bentuk dasarnya berupa numeralia, kausatif itu berarti membuat jadi apa yang tersebut pada bentuk dasarnya; dan apabila bentuk dasarnya berupa nomina, kausatif itu berarti membuat jadi atau menganggap sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/per-/ + indah → perindah /per-/ + tiga → pertiga


(54)

4.1.8 Prefiks /se-/

4.1.8.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /se-/ tidak mengalami perubahan bentuk, bila melekat dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem vokal maupun konsonan.

Contoh :

/se-/ + genggam → segenggam /se-/ + umur → seumur 4.1.8.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /se-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/se-/ + rumah → serumah /se-/ + kelas → sekelas b. Verba

Contoh :

/se-/ + ikat → seikat /se-/ + potong → sepotong c. Adjektiva

Contoh :

/se-/ + indah → seindah /se-/ + baik → sebaik


(55)

4.1.8.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /se-/ berfungsi membentuk numeralia.

Contoh :

/se-/ + orang → seorang /se-/ + buah → sebuah 4.1.8.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /se-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Menyatakan makna satu. Contoh :

/se-/ + hari → sehari /se-/ + ikat → seikat b. Menyatakan makna seluruh.

Contoh :

/se-/ + Indonesia → se-Indonesia /se-/ + kampung → sekampung c. Menyatakan makna sama seperti.

Contoh :

/se-/ + pandai → sepandai /se-/ + gunung → segunung d. Menyatakan makna setelah atau sesudah.

Contoh :


(56)

/se-/ + sampainya → sesampainya

4.1.9 Prefiks /ke-/

4.1.9.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /ke-/ tidak mengalami perubahan bentuk, bila diikuti oleh vokal maupun konsonan. Umumnya prefiks /ke-/ melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan numeralia.

Contoh :

/ke-/ + enam → keenam /ke-/ + hendak → kehendak 4.1.9.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /ke-/ dapat melekat pada :

a. Numeralia Contoh :

/ke-/ + lima → kelima /ke-/ + sembilan → kesembilan

b. Dapat melekat pada bentuk dasar yang bukan numeralia, tetapi jumlahnya sangat terbatas.

Contoh :

/ke-/ + tua → ketua /ke-/ + hendak → kehendak


(57)

/ke-/ + kasih → kekasih 4.1.9.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /ke-/ berfungsi membentuk nomina.

Contoh :

/ke-/ + kasih → kekasih /ke-/ + tua → ketua 4.1.9.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /ke-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/ke-/ + tujuh → ketujuh /ke-/ + sepuluh → kesepuluh b. Menyatakan urutan.

Contoh :

(meja) /ke-/ + satu → kesatu (bagian) /ke-/ + tiga → ketiga

4.1.10 Prefiks /maha-/

4.1.10.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks


(58)

/maha-/ tidak mengalami perubahan bentuk bila melekat pada bentuk dasar. Prefiks /maha-/ ini sangat terbatas.

Contoh :

/maha-/ + dewi → mahadewi /maha-/ + siswa → mahasiswa 4.1.10.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /maha-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/maha-/ + guru → mahaguru /maha-/ + raja → maharaja b. Adjektiva

Contoh :

/maha-/ + agung → mahaagung /maha-/ + kuasa → mahakuasa 4.1.10.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /maha-/ tidak berfungsi mengubah kelas kata.

Contoh :

/maha-/ + dewa → mahadewa /maha-/ + tinggi → mahatinggi


(59)

4.1.10.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /maha-/ mempunyai nosi menyatakan besar dan tinggi.

Contoh :

/maha-/ + kuasa → mahakuasa /maha-/ + siswa → mahasiswa

4.1.11 Prefiks /para-/

4.1.11.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /para-/ tidak mengalami perubahan bentuk apabila melekat pada bentuk dasar, prefiks /para-/ ini sangat terbatas.

Contoh :

/para-/ + pemuda → parapemuda /para-/ + karyawan → parakaryawan 4.1.11.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /para-/ hanya dapat melekat pada nomina.

Contoh :

/para-/ + mahasiswa → paramahasiswa /para-/ + alumni → paraalumni


(60)

4.1.11.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /para-/ tidak berfungsi mengubah kelas kata.

Contoh :

/para-/ + pejabat → parapejabat /para-/ + buruh → paraburuh 4.1.11.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /para-/ mempunyai nosi menyatakan makna banyak.

Contoh :

/para-/ + dosen → paradosen /para-/ + warga → parawarga

Dari uraian di atas diperoleh kaidah prefiks dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :

1. nomina

Prefiks /meN-/ + verba → verba adjektiva

numeralia

2. nomina

Prefiks /ber-/ + verba → verba

adjektiva numeralia


(61)

3. Prefiks /di-/ + nomina → verba verba

4. nomina

Prefiks /ter-/ + verba → verba

adjektiva

5. Prefiks /peN-/ + nomina → nomina verba

Prefiks /peN-/ + adjektiva → adjektiva

6. Prefiks /pe-/ + verba → nomina

7. nomina

Prefiks /per-/ + adjektiva → verba numeralia

8. nomina

Prefiks /se-/ + verba → numeralia adjektiva

9. Prefiks /ke-/ + nomina → nomina

numeralia

10. Prefiks /maha-/ + nomina → nomina

Prefiks /maha-/ + adjektiva → adjektiva


(62)

4.2 Prefiks dalam Bahasa Batak Toba 4.2.1 Prefiks /maN-/

4.2.1.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Proses pembentukan prefiks /maN-/ sesuai dengan fonem awalan yang dilekatinya, yaitu

a. Prefiks /maN-/ berubah menjadi /mam-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /b, p/, dalam hal ini fonem /p/ luluh.

Contoh :

/maN-/ + bege ‘dengar’ → mambege ‘mendengar’ /maN-/ + peop ‘simpan’ → mameop ‘menyimpan’

b. Prefiks /maN-/ berubah menjadi /man-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /d, j, s, t/. Fonem /s, t/ luluh.

Contoh :

/maN-/ + dao ‘jauh’ → mandao ‘menjauh’ /maN-/ + jama ‘pegang’ → manjama ‘memegang’ /maN-/ + sipak ‘sepak’ → manipak ‘menyepak’ /maN-/ + tait ‘tarik’ → manait ‘menarik’

c. Prefiks /maN-/ berubah menjadi /mang-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, dan vokal/.

Contoh :

/maN-/ + ondam ‘ancam’ → mangondam ‘mengancam’ /maN-/ + garar ‘bayar’ → manggarar ‘membayar’ /maN-/ + hali ‘gali’ → manghali ‘menggali’


(63)

d. Prefiks /maN-/ berubah menjadi /manga-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /l, r/.

Contoh :

/maN-/ + lehon ‘beri’ → mangalehon ‘memberi’ /maN-/ + rambas ‘babat’ → mangarambas ‘membabat’ 4.2.1.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /maN-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/maN-/ + sapu ‘sapu’ → manapu ‘menyapu’ /maN-/ + jala ‘jala’ → manjala ‘menjala’ b. Verba

Contoh :

/maN-/ + alap ‘jemput’ → mangalap ‘menjemput’ /maN-/ + lului ‘cari’ → mangalului ‘mencari’ c. Adjektiva

Contoh :

/maN-/ + biar ‘takut’ → mabiar ‘takut’ /maN-/ + sihol ‘rindu’ → masihol ‘rindu’ 4.2.1.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /maN-/ berfungsi membentuk verba aktif.


(64)

/maN-/ + bereng ‘lihat’ → mambereng ‘melihat’ /maN-/ + haol ‘peluk’ → manghaol ‘memeluk’ 4.2.1.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /maN-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Melakukan pekerjaan seperti yang disebutkan pada bentuk dasar. Contoh :

/maN-/ + tiop ‘pegang’ → maniop ‘memegang’ /maN-/ + sipak ‘sepak’ → manipak ‘menyepak’ b. Membuat jadi seperti yang disebutkan pada bentuk dasar.

Contoh :

/maN-/ + koras ‘keras’ → mangoras ‘mengeras’ /maN-/ + horing ‘kering’ → mangoring ‘mengering’

c. Menggunakan / bekerja dengan alat yang disebutkan pada bentuk dasar. Contoh :

/maN-/ + suri ‘sisir’ → manuri ‘menyisir’ /maN-/ + hujur ‘tombak’ → manghujur ‘menombak’

4.2.2 Prefiks /mar-/

4.2.2.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /mar-/ tidak mengalami perubahan bentuk, bila melekat dengan kata dasar yang dimulai dengan fonem vokal maupun konsonan.


(65)

Contoh :

/mar-/ + utang ‘utang’ → marutang ‘berutang’ /mar-/ + mandar ‘sarung’ → marmandar ‘bersarung’ 4.2.5.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /mar-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/mar-/ + ubat ‘obat’ → marubat ‘berobat’ /mar-/ + pira ‘telur’ → marpira ‘bertelur’ b. Verba

Contoh :

/mar-/ + tangiang ‘doa’ → martangiang ‘berdoa’ /mar-/ + ende ‘nyanyi’ → marende ‘bernyanyi’ c. Adjektiva

Contoh :

/mar-/ + benget ‘sabar’ → marbenget ‘bersabar’ /mar-/ + tondi ‘jiwa’ → martondi ‘berjiwa’ d. Numeralia

Contoh :

/mar-/ + opat ‘empat’ → maropat ‘berempat’ /mar-/ + sada ‘satu’ → marsada ‘bersatu’ 4.2.2.3 Fungsi


(66)

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /mar-/ berfungsi membentuk verba.

Contoh :

/mar-/ + dalan ‘jalan’ → mardalan ‘berjalan’ /mar-/ + hata ‘kata’ → marhata ‘berkata’ 4.2.2.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /mar-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Memiliki sesuatu yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

/mar-/ + arta ‘harta’ → mararta ‘berharta’ /mar-/ + horbo ‘kerbau’ → marhorbo ‘berkerbau’

b. Menggunakan / memanfaatkan sesuatu yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

/mar-/ + mobil ‘mobil’ → marmobil ‘bermotor’ /mar-/ + mandar ‘sarung’ → marmandar ‘bersarung’

c. Membuat atau melakukan sesuatu seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

/mar-/ + lojong ‘lari’ → marlojong ‘berlari’ /mar-/ + tonun ‘tenun’ → martonun ‘bertenun’ d. Mendapat apa yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/mar-/ + anak ‘anak’ → maranak ‘beranak’ /mar-/ + pira ‘telur’ → marpira ‘bertelur’


(67)

e. Mengusahakan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

/mar-/ + hauma ‘ladang’ → marhauma ‘berladang’ /mar-/ + saba ‘sawah’ → marsaba ‘bersawah’ f. Mencari apa yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/mar-/ + soban ‘kayu’ → marsoban ‘mencari kayu’ /mar-/ + datu ‘dukun’ → mardatu ‘berdukun’

g. Menyatakan menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh :

/mar-/ + birong ‘hitam’ → marbirong ‘menjadi hitam’ /mar-/ + rara ‘merah’ → marrara ‘menjadi merah’

h. Menyatakan makna dalam keadaan seperti yang tersebut pada bentuk dasar Contoh :

/mar-/ + dangol ‘sedih’ → mardangol ‘bersedih’

/mar-/ + holong ‘sayang’ → marholong ‘berkasih-sayang’ i. Menyatakan menjadi sejumlah yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/mar-/ + tolu ‘tiga’ → martolu ‘bertiga’ /mar-/ + sada ‘satu’ → marsada ‘bersatu’ j. Menyatakan hubungan kekerabatan atau memanggil.

Contoh :

/mar-/ + tulang ‘paman’ → martulang ‘memanggil sebutan paman’ /mar-/ + anggi ‘adik’ → maranggi ‘memanggil sebutan adik’


(68)

4.2.3 Prefiks /di-/

4.2.3.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /di-/ tidak mengalami perubahan bentuk, bila melekat dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem vokal maupun konsonan.

Contoh :

/di-/ + ula ‘kerja’ → diula ‘dikerjakan’ /di-/ + tiop ‘pegang’ → ditiop ‘dipegang’ 4.2.3.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /di-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/di-/ + gusting ‘gunting’ → digusting ‘digunting’ /di-/ + labang ‘paku’ → dilabang ‘dipaku’ b. Verba

Contoh :

/di-/ + harat ‘gigit’ → diharat ‘digigit’ /di-/ + robus ‘rebus’ → dirobus ‘direbus’ 4.2.3.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /di-/ berfungsi membentuk verba pasif.


(69)

/di-/ + dai ‘rasa’ → didai ‘dirasa’ /di-/ + pilit ‘pilih’ → dipilit ‘dipilih’ 4.2.3.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /di-/ menyatakan suatu tindakan yang pasif atau dikenai pekerjaan.

Contoh :

/di-/ + dege ‘pijak’ → didege ‘dipijak’ /di-/ + jaha ‘baca’ → dijaha ‘dibaca’

4.2.4 Prefiks /tar-/

4.2.4.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /tar-/ tidak mengalami perubahan bentuk, bila melekat dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem vokal maupun konsonan.

Contoh :

/tar-/ + alo ‘lawan’ → taralo ‘terlawan’ /tar-/ + bagak ‘cantik’ → tarbagak ‘tercantik’ 4.2.4.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /tar-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :


(70)

/tar-/ + ombak ‘cangkul’ → tarombak ‘tercangkul’ b. Verba

Contoh :

/tar-/ + garar ‘bayar’ → targarar ‘terbayar’ /tar-/ + dabu ‘jatuh’ → tardabu ‘terjatuh’ c. Adjektiva

Contoh :

/tar-/ + malo ‘pandai’ → tarmalo ‘terpandai’ /tar-/ + gogo ‘kuat’ → targogo ‘terkuat’ 4.2.4.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /tar-/ berfungsi membentuk verba pasif.

Contoh :

/tar-/ + podom ‘tidur’ → tarpodom ‘tertidur’ /tar-/ + danggur ‘lempar’ → tardanggur ‘terlempar’ 4.2.4.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /tar-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Menyatakan suatu kemungkinan. Bila didahului oleh kata negatif ndang atau daong.

Contoh :

(ndang) /tar-/ + jaha ‘baca’ → tarjaha ‘tidak terbaca’ (ndang) /tar-/ + surat ‘tulis’ → tarsurat ‘tidak tertulis’ b. Menyatakan perbuatan yang tidak disengaja.


(71)

Contoh :

/tar-/ + dege ‘pijak’ → tardege ‘tidak sengaja dipijak’ /tar-/ + songgot ‘kejut’ → tarsonggot ‘terkejut’

c. Menyatakan kesanggupan. Contoh :

/tar-/ + alo ‘lawan’ → taralo ‘dapat dilawan’ /tar-/ + tuhuk ‘pikul’ → tartuhuk ‘dapat dipikul’ d. Menyatakan tingkat paling.

Contoh

/tar-/ + bagak ‘cantik’ → tarbagak ‘paling cantik’ /tar-/ + gelleng ‘kecil’ → targelleng ‘paling kecil’

4.2.5 Prefiks /paN-/

4.2.5.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Proses pembentukan prefiks /paN-/ sesuai dengan fonem awalan yang dilekatinya, yaitu a. Prefiks /paN-/ berubah menjadi /pam-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang

berfonem awal /b, p/. Dalam hal ini fonem /p/ luluh. Contoh :

/paN-/ + bola ‘belah’ → pambola ‘pembelah’ /paN-/ + poro ‘peras’ → pamoro ‘pemeras’

b. Prefiks /paN-/ berubah menjadi /pan-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /d, j, s, t/. Fonem /s, t/ luluh.


(72)

Contoh :

/paN-/ + dilat ‘jilat’ → pandilat ‘penjilat’ /paN-/ + jait ‘jahit’ → panjait ‘penjahit’ /paN-/ + surat ‘tulis’ → panurat ‘penulis’ /paN-/ + tangko ‘curi’ → panangko ‘pencuri’

c. Prefiks /paN-/ berubah menjadi /pang-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /g, h/ dan vokal.

Contoh :

/paN-/ + anju ‘bujuk’ → panganju ‘pembujuk’ /paN-/ + gaor ‘rusuh’ → panggaor ‘perusuh’ /paN-/ + hapit ‘jepit’ → panghapit ‘penjepit’

d. Prefiks /paN-/ berubah menjadi /panga-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal /l, r/.

Contoh :

/paN-/ + loppa ‘masak’ → pangaloppa ‘pemasak’ /paN-/ + rambas ‘babat’ → pangarambas ‘pembabat’

e. Prefiks /paN-/ berubah menjadi /pa-/ bila diikuti oleh bentuk dasar yang berfonem awal sengau atau nasal seperti /m, n, ng/. Fonem /N/ luluh. Contoh :

/paN-/ + mate ‘mati’ → pamate ‘matikan’ /paN-/ + nenget ‘kecil’ → panenget ‘kecilkan’ /paN-/ + ngolu ‘hidup’ → pangolu ‘hidupkan’


(73)

4.2.5.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /paN-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/paN-/ + pahat ‘pahat’ → pamahat ‘pemahat’ /paN-/ + ombak ‘cangkul’ → pangombak ‘pencangkul’ b. Verba

Contoh :

/paN-/ + tuhor ‘beli’ → panuhor ‘pembeli’ /paN-/ + allang ‘makan’ → pangallang ‘pemakan’ c. Adjektiva

Contoh :

/paN-/ + ngali ‘dingin’ → pangali ‘dinginkan’ /paN-/ + menek ‘kecil’ → pamenek ‘kecilkan’ 4.2.5.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /paN-/ mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Prefiks /paN-/ berfungsi membentuk nomina. Contoh :

/paN-/ + jalang ‘salam’ → panjalang ‘penyalam’ /paN-/ + seat ‘potong’ → paneat ‘pemotong’ b. Prefiks /paN-/ berfungsi membentuk verba.


(74)

/paN-/ + mate ‘mati’ → pamate ‘matikan’ /paN-/ + menek ‘kecil’ → pamenek ‘kecilkan’ 4.2.5.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /paN-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Menyatakan alat yang dipakai. Contoh :

/paN-/ + ombak ‘cangkul’ → pangombak ‘pencangkul’ /paN-/ + sapu ‘sapu’ → panapu ‘penyapu’

b. Menyatakan orang yang melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/paN-/ + gais ‘jual’ → panggais ‘penjual’ /paN-/ + tangko ‘curi’ → panangko ‘pencuri’

c. Menyatakan makna yang menyebabkan adanya sifat seperti yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/paN-/ + nenget ‘kecil’ → panenget ‘kecilkan’ /paN-/ + dauk ‘lembut’ → padauk ‘pelembut’

4.2.6 Prefiks /pa-/

4.2.6.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks


(75)

/pa-/ tidak mengalami perubahan bentuk, bila melekat dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem vokal maupun konsonan.

Contoh :

/pa-/ + bolon ‘besar’ → pabolon ‘perbesar’ /pa-/ + ias ‘bersih’ → paias ‘bersihan’ 4.2.6.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /pa-/ dapat melekat pada :

a. Verba Contoh :

/pa-/ + jongjong ‘diri’ → pajongjong ‘dirikan’ /pa-/ + hehe ‘bangkit’ → pahehe ‘bangkitkan’ b. Adjektiva

Contoh :

/pa-/ + ias ‘bersih’ → paias ‘bersihan’ /pa-/ + losok ‘malas’ → palosok ‘pemalas’ 4.2.6.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /pa-/ mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Prefiks /pa-/ berfungsi membentuk nomina. Contoh :

/pa-/ + lojong ‘lari’ → palojong ‘pelari’ /pa-/ + losok ‘malas’ → palosok ‘pemalas’ b. Prefiks /pa-/ berfungsi membentuk verba.


(76)

Contoh :

/pa-/ + unsat ‘pindah’ → paunsat ‘pindahkan’ /pa-/ + tait ‘tarik’ → patait ‘tarikan’ 4.2.6.4 Nosi

Nosi adalah maksud yang terkandung dalam suatu kalimat. Prefiks /pa-/ mempunyai nosi sebagai berikut :

a. Membuat menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar. /pa-/ + tigor ‘lurus’ → patigor ‘luruskan’

/pa-/ + sae ‘selesai’ → pasae ‘selesaikan’

b. Menyatakan orang yang biasa (pekerjaannya) gemar melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh :

/pa-/ + losok ‘malas’ → palosok ‘pemalas’ /pa-/ + lukis ‘lukis’ → palukis ‘pelukis’

4.2.7 Prefiks /par-/

4.2.7.1 Bentuk

Bentuk disini adalah bentuk terikat, maksudnya bentuk bahasa yang perlu bergabung dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. Prefiks /par-/ tidak mengalami perubahan bentuk, bila melekat dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem vokal maupun konsonan.

Contoh :

/par-/ + onan ‘pasar’ → paronan ‘orang pasar’ /par-/ + juji ‘judi’ → parjuji ‘penjudi’


(77)

4.2.7.2 Distribusi

Distribusi adalah kemampuan suatu morfem melekat pada jenis kata. Prefiks /par-/ dapat melekat pada :

a. Nomina Contoh :

/par-/ + motor ‘motor’ → parmotor ‘pemilik motor’ /par-/ + jabu ‘rumah’ → parjabu ‘pemilik rumah’ b. Verba

Contoh :

/par-/ + lojong ‘lari’ → parlojong ‘pelari’ /par-/ + meam ‘main’ → parmean ‘pemain’ c. Adjektiva

Contoh :

/par-/ + dosa ‘dosa’ → pardosa ‘pendosa’ /par-/ + burju ‘baik’ → parburju ‘orang baik’ d. Numeralia

Contoh :

/par-/ + tolu ‘tiga’ → partolu ‘pertiga’ /par-/ + walu ‘delapan’ → parwalu ‘perdelapan’ 4.2.7.3 Fungsi

Fungsi adalah peran suatu bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Prefiks /par-/ berfungsi untuk membentuk nomina.

Contoh :


(1)

51. horbo ‘kerbau’ 52. hauma ‘ladang’ 53. holong ‘sayang’ 54. harat ‘gigit’ 55. hapit ‘jepit’ 56. hehe ‘bangkit’ 57. halak ‘orang’ 58. huta ‘kampung’ 59. hepeng ‘uang’

I

60. ias ‘bersih’ 61. inang ‘ibu’

J

62. jama ‘pegang’ 63. jala ‘jala’ 64. jaha ‘baca’ 65. jait ‘jahit’ 66. jalang ‘salam’ 67. jongjong ‘diri’ 68. juji ‘judi’ 69. jabu ‘rumah’ 70. jongos ‘budak’ 71. jempek ‘pendek’ 72. jonok ‘dekat’

K

73. koras ‘keras’

L


(2)

75. lului ‘cari’ 76. lojong ‘lari’ 77. labang ‘paku’ 78. loppa ‘masak’ 79. losok ‘malas’ 80. lukis ‘lukis’ 81. lange ‘renang’ 82. lapo ‘kedai’ 83. leleng ‘lama’

84. lao ‘pergi’

M

85. mandar ‘sarung’ 86. mobil ‘mobil’ 87. malo ‘pandai’ 88. mate ‘mati’ 89. menek ‘kecil’ 90. motor ‘motor’

91. meam ‘main’

92. modom ‘tidur’ 93. muruk ‘marah’ 94. marga ‘marga’ 95. mulak ‘pulang’ 96. mokmok ‘gemuk’ 97. mago ‘hilang’ 98. marsak ‘susah’

N

99. nenget ‘kecil’ 100. ngolu ‘hidup’ 101. ngali ‘dingin’


(3)

O

102. opat ‘empat’

103. ondam ‘ancam’ 104. ombak ‘cangkul’

105. onan ‘pasar’

106. oto ‘bodoh’

P

107. peop ‘simpan’

108. pira ‘telur’ 109. pilit ‘pilih’

110. poro ‘peras’

111. pahat ‘pahat’ 112. pitu ‘tujuh’ 113. portibi ‘dunia’ 114. poso ‘muda’ 115. pogos ‘miskin’

R

116. rambas ‘babat’

117. rara ‘merah’

118. robus ‘rebus’ 119. rambas ‘babat’

120. ro ‘datang’

S

121. sipak ‘sepak’

122. sapu ‘sapu’

123. sihol ‘rindu’ 124. suri ‘sisir’

125. sada ‘satu’


(4)

127. soban ‘kayu’ 128. surat ‘tulis’ 129. songgot ‘kejut’

130. seat ‘potong’

131. sae ‘selesai’ 132. siram ‘siram’

T

133. tait ‘tarik’ 134. tiop ‘pegang’ 135. tangiang ‘doa’ 136. tondi ‘jiwa’ 137. tonun ‘tenun’ 138. tolu ‘tiga’ 139. tulang ‘paman’ 140. tuhuk ‘pikul’ 141. tangko ‘curi’ 142. tuhor ‘beli’ 143. tigor ‘lurus’ 144. timbo ‘tinggi’ 145. tubu ‘lahir’ 146. tutung ‘bakar’

U

147. utang ‘utang’ 148. ubat ‘obat’

149. ula ‘kerja’

150. unsat ‘pindah’

151. ulu ‘kepala’

W


(5)

Lampiran II

DAFTAR INFORMAN

1. N a m a : M.T. Panjaitan

U m u r : 53 tahun Pekerjaan : Pegawai

Alamat : Jl. D.I. Panjaitan No.11 Balige

2. N a m a : Uli br Silalahi U m u r : 34 tahun Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. D.I. Panjaitan No.7 Balige

3. N a m a : Marusaha Sibuea U m u r : 22 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. D.I. Panjaitan No.19 Balige

4. N a m a : Darusman Manurung U m u r : 32 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Jl. D.I. Panjaitan No.15 Balige

5. N a m a : Delfi br Napitupulu U m u r : 40 tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl. D.I. Panjaitan No.8 Balige

6. N a m a : Siti br Siahaan U m u r : 34 tahun Pekerjaan : Petani


(6)

7. N a m a : Mega br Pardede U m u r : 25 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Pardede Pasir No.27 Balige

8. N a m a : Naomi br Pardede U m u r : 22 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Pardede Pasir No.27 Balige

9. N a m a : Rusmina br Siagian U m u r : 56 tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl. Pardede Pasir No.27 Balige

10. N a m a : Mawar br Pangaribuan U m u r : 31 tahun

Pekerjaan : Pegawai

Alamat : Jl. Pardede Pasir No.23 Balige

11. N a m a : Pahala Sinaga U m u r : 38 tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl. Pardede Pasir No.26 Balige

12. N a m a : Fredy Sianipar U m u r : 27 tahun Pekerjaan : Pegawai