3. Saluran Komunikasi Politik
Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Sebuah pesan bisa disalurkan dan disampaikan dengan baik jika ada
saluran yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan. Menurut pendapat Kenneth Burke, saluran adalah ciptaan makhluk pemakai lambang untuk
melancarkan saling tukar pesan. Saluran komunikasi memang temuan. Akan tetapi, saluran mencakup lebih dari alat, sarana dan mekanisme seperti mesin
cetak, radio, telpon atau komputer. Yang harus lebih diutamakan dari semua saluran yang ditemukan ialah manusia itu sendiri, saluran yang paling asasi bagi
komunikasi manusia. Seperti yang dilakukan oleh Psikolog George Miller, kita harus “menganggap manusia sebagai saluran komunikasi, dengan masukan yang
disediakan oleh rangsangan yang kita berikan dan keluaran yang merupakan tanggapannya terhadap rangsangan itu
”.
27
Dengan mengingat bahwa manusia adalah dan juga sumber penerima dalam komunikasi, maka yang pertama-tama kita tekankan ialah saluran manusia bagi
komunikasi politik. Namun, kita tidak akan mengabaikan media mekanis, teknik dan sarana yang meningkatkan konstruksi citra manusia melalui saling tukar
lambing. Akan tetapi, justru itulah guna alat-alat tersebut, yakni untuk memudahkan, tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Sebaliknya, bila dipikirkan
bahwa pada dasarnya manusia, “maka saluran komunikasi itu lebih daripada
sekedar titik sambungan, tetapi terdiri atas pengertian bersama tentang siapa dapat
27
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h. 167.
berbicara kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan bagaimana, sejauh mana dapatnya dipercaya”.
28
Istilah struktur komunikasi oleh Almond dan Powell 1966, juga diartikan sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah:
a. Struktur wawanmuka face-to-face informal, merupakan saluran yang
efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Saluran wawanmuka memungkinkan komunikator politik dan komunikan politik berada dalam
kedekatan jarak dan emosional karena berhadapan secara langsung. Di samping struktur yang formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat
struktur informal yang “membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti tidak terikat oleh struktur formal, namun tidak semua orang dapat
akses ke saluran ini dalam kadar yang sama.
29
b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang
ditentukan oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi khalayak atau sumber. Artinya pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan,
bagaimana peranan dalam masyarakat dan tentunya akan menentukan pula akses disusunan sosial masyarakat tersebut.
30
c. Struktur masukan input politik, yaitu: struktur yang memungkinkan
terbentuknyadihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud. Yang
28
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media, h. 167.
29
Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan Mochtar Muhammad- Rahmat Efendi MuRah dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008-2013, Jakarta, FIDKOM
UIN:2010, h. 34.
30
Zulkariem Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, Jakarta, Ghalia Indonesia: 1990 h. 57. Dalam Misliyah, Komunikasi Politik Melalui Media Massa Pasangan
Mochtar Muhammad-Rahmat Efendi MuRah dalam Pilkada Walikota Bekasi Periode 2008- 2013, Jakarta, FIDKOM UIN:2010, h. 34.