Fungsi kontrol Fungsi badan legislatif

1 Pertanyaan parlementer Anggota badan legislatif berhak untuk mengajukan pertanyaan kepada pemerintah mengenai sesuatu masalah. Di Inggris, Australia, dan India kita melihat adanya jam bertanya question hour, di mana pertanyaan diajukan secara lisan dalam sidang umum dan menteri yang bersangkutan atau kadang- kadang perdana menteri sendiri yang menjawabnya secara lisan. Oleh karena segala kegiatannya banyak menarik perhatian media massa, maka badan legislatif dengan mengajukan pertanyaan parlementer dapat menarik perhatian umum terhadap sesuatu peristiwa dan menggorek informasi mengenai kebijakan pemerintah. 75 Di indonesia semua badan legislatif, kecuali badan legislatif gotong royong di zaman Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak bertanya. Pertanyaan biasanya diajukan secara tertulis dan dijawab pula secara tertulis oleh departemen yang bersangkutan; pertanyaan parlementer serta jawaban pemerintah tidak banyak efek politiknya. 76 2 Interpelasi Kebanyakan badan legislatif mempunyai hak interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan di sesuatu bidang. Badan eksekutif wajib memberi penjelasan dalam sidang pleno, yang mana dibahas oleh anggota-anggota dan diakhiri dengan pemungutan suara mengenai apakah keterangan pemerintah memuaskan atau tidak. Jika hasil pemungutan suara bersifat negatif, hal ini merupakan tanda peringatan bagi 75 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 76 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 pemerintah bahwa kebijakanya diragukan. Dalam hal terjadi perselisihan antara badan legislatif dan badan eksekutif, interpelasi dapat dijadikan batu loncatan untuk diajukan mosi tidak percaya. 77 Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong masa Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak interpelasi. Di masa orde baru, hak interpelasi tidak pernah digunakan. Hak ini kembali diguankan di era Reformasi ketika DPR 2004-2009 mengusung interpelasi masalah impor beras dan lumpur Lapindo. Usaha anggota dewan ini akhirnya gagal karena tidak memenuhi kebutuhan. 78 3 Angket Enquete Hak angket adalah hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan sendiri. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu panitia angket yang melaporkan hasil penyelidikannya kepada anggota badan legislatif lainnya, yang selanjutnya merumuskan pendapatnya mengenai soal ini dengan harapan agar diperhatikan oleh pemerintah. 79 Di Indonesia semua badan legislatif, kecuali Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong zaman Demokrasi Terpimpin, mempunyai hak angket. Namun, hak ini tidak pernah digunakan kecuali oleh anggota DPR masa Reformasi 2004-2009 untuk masalah impor beras. 4 Mosi Umumnya dianggap bahwa hak mosi merupakan hak kontrol yang paling ampuh. Jika badan legislatif menerima suatu mosi tidak percaya, maka dalam 77 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 78 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326 79 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326. sistem parementer kabinet harus mengundurkan diri dan terjadi suatu krisis kabinet. Republik Prancis III 1870-1940 dan IV 1946-1958 terkenal karena banyaknya mosi yang mengguncang kedudukan kabinet. Di Indonesia pada masa sistem parlementer badan legislatif mempunyai hak mosi, tetapi mulai zaman Demokrasi Terpimpin hak ini ditiadakan. Pada masa reformasi, anggota DPR 1999-2004 menggunakan hak mosi ketika melakukan pemakzulan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden tahun 2001. Hal ini memang tidak lazim karena umumnya hak ini digunakan dalam sistem parlementer dan bukan sistem presidensial. 80

c. Fungsi Edukatif dan Fungsi Rekrutmen

Dewasa ini lebih ditonjolkan peranan edukatifnya. Badan legislatif dianggap sebagai forum kerja sama antara berbagai golongan serta partai dengan pemerintah, di mana beraneka ragam pendapat dibicarakan di muka umum. 81 Melalui media massa terutama telivisi masyarakat ramai diajak mengikuti persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan menilainya menurut kemampuan masing-masing. Dengan demikian rakyat dididik ke arah kewarganegraaan yang sadar dan bertanggung jawab, dan partisipasi politik dapat dibina. 82 Suatu fungsi lain yang tidak kalah pentingnya ialah sebagai sarana rekrutmen politik. Ia merupakan training ground bagi generasi muda untuk mendapat pengalaman di bidang politik sampai ke tingkat nasional. 83 80 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.326. 81 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327 82 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327 83 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.327 62

BAB III Profil Ledia Hanifa Amaliah

A. Pendidikan

Ledia Hanifa Amaliah, putri dari pasangan Meolina Sekar Asih dan Moechsoen gemar melakukan aktivitas kemasyarakatan sejak SMP sekolah menengah pertama. Guna menyalurkan keinginannya untuk terjun langsung ke masyarakat, maka ia memutuskan untuk bergabung dengan gerakan Pramuka. 1 Kebulatan tekad untuk bergabung dengan gerakan Pramuka telah mendorong Ledia untuk memilih SMP yang memiliki ekstra kulikuler Pramuka bagus. Berbeda dengan anak-anak pada umumnya yang justru memilih SMP-SMP favorit. 2 Dan benar saja, keseriusan Ledia dalam Pramuka telah menghantarkannya meraih dua penghargaan. Penghargaan Penggalang Garuda Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Jakarta Pusat pada tahun 1984 dan Penghargaan Peserta Terbaik Latihan Pengembangan Kepemimpinan Penegak dan Pandega se Kwartir Cabang Jakarta Pusat tahun 1986. 3 Riwayat pendidikan dari kecil hingga S2, Ledia tempuh di Indonesia. Sekolah Dasar Taman Siswa Rawasari menjadi pilihannya untuk menempuh pendidikan SD dan ia tamatkan pada tahun 1981. Lanjut ketahapan berikutnya, Sekolah Menengah Pertama ia tempuh di SMP Negeri 47 dan lulus tahun 1984. SMA Islam Al Azhar menjadi pilihannya untuk menempuh pendidikan berikutnya, dan ia lulus tahun 1987. Jenjang pendidikan yang lebih tinggi ia tempuh di Universitas 1 Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014. 2 Wawancara pribadi dengan Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 29 Maret 2014. 3 Surat Terbuka Ledia Hanifa Amaliah, Bandung 9 Maret 2014.