25
BAB II LANDASAN PEMIKIRAN
A. Konseptualisasi Komunikasi Politik
1. Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi politik sebagai salah satu bidang kajian komunikasi, selalu menjadi fenomena yang senantiasa aktual untuk didiskusikan, terlebih ditahun-
tahun politik seperti sekarang ini. Dewasa ini, politik menjadi hal yang ramai dibicarakan. Tak hanya oleh para politisi, akademisi maupun pengamat saja. Kini
politik telah merambah ke masyarakat umum yang awam politik. Itulah sebabnya mengapa komunikasi politik begitu penting untuk dikaji.
Komunikasi politik telah dikenal sejak Cicero dan Aristoteles. Kemudian berkembang sekitar Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Sebagai suatu bidang
kajian ilmiah, komunikasi politik melintasi berbagai disiplin dan dibesarkan secara lintas disiplin. Karena komunikasi politik terlahir dari disiplin ilmu
komunikasi dan ilmu politik.
1
Keberadaan komunikasi politik sudah ada sejak manusia berpolitik dan berkomunikasi, tetapi sebagai telaah ilmu, apakah sebagai bagian ilmu politik
maupun sebagai bagian ilmu komunikasi, usianya belum begitu lama. Perkembangannya sebagai sebuah subdisiplin berakar dalam revolusi ilmu sosial
tujuh puluh tahun yang lalu. Alwi Dahlan menulis bahwa komunikasi politik mulai berkembang dalam bentuk awal dalam kandungan ilmu politik sesudah
Perang Dunia I, meskipun belum memakai penamaan tersebut. Hal itu terlihat dari
1
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu: 2011, edisi II, cet I, h. 11.
studi mengenai pendapat umum, propaganda, dan perang urat saraf, serta berkembangnya teori media kritis sebagai bagian dari ilmu politik.
2
Sebelum kita membahas pengertian komunikasi politik, sebaiknya kita uraikan terminolgy yang melekat dalam konteks komunikasi politik, yakni komunikasi
dan politik. Komunikasi berasal dari bahasa Latin „communis‟ atau „common‟
dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna,
“commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan
atau sikap kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas
di mana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat, demikian
pengertian komunikasi yang diberikan Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal Commmunication, Where Minds Meet 1987.
3
Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi 385-322SM dalam bukunya Rethoric
membuat definisi komunikasi dengan menekankan “siapa mengatakan apa kepada siapa.” Definisi yang dibuat Aristoteles ini sangat
sederhana, tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik bernama Harold D. Lasswell pada 1948, dengan coba membuat definisi komunikasi yang lebih
sempurna dengan menanyakan “SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa, KEPADA siapa, dan apa AKIBATNYA.”
2
Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, h. 11.
3
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta: 2009, cet 1, h. 108.