Pendekatan penelitian Metodologi Penelitian
melainkan menciptakan rangkaian makna menjalani hidupnya; 3 ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, idiografis dan
tidak bebas nilai, serta 4 penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.
24
Selain itu, penelitian ini menggunakan tipe penilitian Studi kasus.
Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terbatas pada masalah khusus kasus tertentu. Studi kasus membuat peneliti dapat memperoleh
pemahan utuh dan terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan dimensi dari kasus khusus tersebut.
25
Studi kasus dapat dibedakan dalam beberapa tipe:
26
Studi kasus intrinsik: penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Penelitian dilakukan untuk
memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan
konsep-konsepteori ataupun
tanpa upaya
menggeneralisasi. Studi kasus instrumental: penelitian pada suatu kasus unik tertentu,
dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik, juga untuk mengembangkan, memperhalus teori.
24
S. Sarantoks, Social Research. Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd: 1993 dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia,
Depok, LPSP3 UI: 2005, edisi 3, h.25-26.
25
S. Sarantoks, Social Research. Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd: 1993 dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, h.
108.
26
S. Sarantoks, Social Research. Melbourne, MacMillan Education Australia Pty Ltd: 1993 dalam E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, h.
108.
Studi kasus kolektif: suatu studi kasus instrumental yang diperluas sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya adalah untuk
mempelajari fenomenapopulasikondisi
umum dengan
lebih mendalam. Karena menyangkut kasus majemuk dengan fokus baik di
dalam tiap kasus maupun antar kasus, studi kasus ini sering juga disebut studi kasus majemuk, atau studi kasus komparatif.
Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan studi kasus instrinsik karena dalam marketing politik Ledia terdapat beberapa keunikan.
Pertama, Ledia telah mengikuti tiga kali pemilihan umum. Pada tahun 2004 Ledia menjadi calon anggota DPRD Provinsi pada daerah pemilihan
Jabar VI Depok-Bekasi. Saat itu, pemilu di Indonesia masih menggunakan sistem proporsional tertutup berdasarkan nomor urut
sehingga Ledia yang saat itu tak mendapat nomor urut satu harus kandas meski perolehan suaranya besar. Tahun 2009 ia terpilih sebagai anggota
DPR RI dari Dapil Jabar I Bandung-Cimahi. Dan tahun 2014 kembali mencalonkan dari Dapil yang sama.
Kedua, Ledia merupakan salah satu politisi yang ditunjuk partainya PKS untuk menjadi wakil rakyat di Dapil Jabar I. Hal yang perlu kita
ketahui, bahwasannya, Ledia bukan berasal dari Dapil Jabar I. Ia lahir dan tinggal di Jakarta. Namun, pada pemilu 2009 lalu ia berhasil mendulang
kesuksesan sebagai wakil rakyat dari Jabar I. Ia berhasil meyakini para pemilih di Jabar I untuk memberikan dukungan dan suara mereka kepada
Ledia meskipun ia bukan berasal dari daerah yang diwakilinya.
Ketiga, dalam hal distribusi dan alokasi kader partai terjadi melalui tahapan yang panjang dalam proses kaderisasi. Setiap wakil rakyat yang
maju sebagai calon wakil rakyat bukan atas dasar keinginan pribadi, melainkan perintah dan penunjukan langsung dari Partai. Penunjukan yang
dilakukan partai terhadap Ledia, melalui proses pertimbangan dan musyawarah majelis syuro PKS. Sehingga wakil yang ditunjuk benar-
benar memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam politik, bukan sekedar pendongkrak suara.