Kompetensi Absolut dan Relatif Pengadilan Agama Depok

54 hukum dan keadilan, tetapi sekarang pengadilan juga menampakan diri sebagai lembaga yang mencarikan solusi damai antara pihak-pihak yang bertikai. 75 Pemberlakuan Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan diharapkan menjadi tonggak awal keefektifan mediasi, bukan hanya dalam tataran teoritis melaikan juga praktis, karena Perma tersebut adalah hasil penyempurnaan dari pembacaan pengalaman dari Perma sebelumnya, yakni Perma No 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang dianggap kurang begitu efektif dalam penyelesaian perkara di pengadilan. Secara prinsipnya, hukum mediasi tercantum dalam pasal 2 ayat 2 Perma Nomor 01 Tahun 2008 yang mewajibkan setiap hakim, mediator dan para pihak untuk mengikuti prosedur mediasi menurut Perma ini merupakan pelanggaran terhadap Pasal 130 HIR dan atu pasal 154 Rbg. Yang mmengakibat kan putusan batal demi hukum. Artinya, semua perkara yang masuk ke Pengadilan tingkat pertama tidak mungkin melewatkan acara mediasi. Karena apabila hal ini terjadi resikonya akan fatal. 76 Pemberlakuan Perma mediasi yang terbilang masih baru ini juga di praktikan di Pengadilan Agam Depok sebagai salah satu institusi yang memperaktikan mediasi, karenanya Pengadilan Agama Depok butuh waktu penyesuaian untuk bisa memaksimalkan tingkat keefektifan Perma No 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. 77 75 Siddiki, Drs., Mediasi Di Pengadilan dan Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan, www.badilag.net , 2009, h.2 76 Siddiki, Drs., Mediasi Di Pengadilan dan Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan, www.badilag.net , 2009, h.2 77 Sarnoto, Drs., MH., Hakim Mediator Pengadilan Agama Depok, Wawancara Pribadi, Depok, tgl 7 Agustus 2010 55 Dalam pemberlakuannya Perma tersebut, Pengadilan Agama Depok yang berasakan sederhana, cepat dan biaya ringan mengambil langkahpola fleksibel, yakni setelah hakim menentukan mediator yang di tunjuk, maka para pihak dipanggil untuk menghadap mediator pada hari itu juga, menentukan waktu mediasi secara bersama dan hakimpun langsung menunda persidangan. Selain memudahkan para pihak yang berperkara, hal tersebut juga dimaksudkan agar meringankan biaya dan penghematan waktu. Meskipun demikian, Pengadilan Agama Depok tetap perpedoman pada Perma no. 1 tahun 2008.

C. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Proses Mediasi di Pengadilan Agama Depok

Hampir segala hal yang berkenaan dengan mediasi sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa alternative atau ADR alternative Dispute Resolution telah diatur dalam Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan sebagai revisi dari Perma sebelumnya. Hanya saja dalam prakteknya di pengadilan Agama Depok, kefektifan yang maksimal dari peraturan tersebut belumlah dapat dirasakan nyata bila dilihat dari tingkat keberhasilannya dalam mendamaikan pasangan suami istri yang ingin bercerai tidak mencapai angka di atas 10 setidaknya pada kurun waktu 2007-2008. Memang ada beberapa kendala teknis, dalam mengaplikasikan Perma 2008, diantaranya: 1. Fasilitas Ruangan mediasi yang kurang memadai, menjadi kendala utama dalam ketidakefektifan acara mediasi. Tentunya dengan ruangan yang nyaman akan tercipta suasana yang mendukung. Drs. Sarnoto, M.H. seorang hakim mediator di Pengadilan 56 Agama Depok mempunyai impian Pengadilan Agama Depok memiliki ruang mediasi yang nyaman, bahkan kalau bisa di lengkapi tape yang akan mengiringi acara mediasi dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an atau nasyid agar sejuk. 78 2. Durasi waktu mediasi, yakni 40 hari yang bisa di tambah 14 hari. Kurang adanya inisiatif dari pegadilan Agama Depok untuk memaksimalkan waktu dari proses mediasi. Karena dengan pemaksimalan waktu maka akan semakin menumpuk jumlah perkara yang tersisa dan akan memakan biaya yang lebih banyak. 3. Biaya. Dalam pasal 10 ayat 1 Perma No.1 tahun 2008 tentang prosdur Mediasi di Pengadilan mengenai Honorarium Mediator disebutkan bahwa Penggunaan jasa Mediator sendiri tidak dipungut biaya, justru bisa menjadi kendala dan penyebab kurang pedulinya hakim hakim mediator, sehinga ia kurang memaksimalkan upaya perdamaian. 4. Kurang keseragaman format acara mediator Tidak adanya keseragaman dalam format acara kadang menjadi tidak berimbang antara perkara yang satu dengan yang lainnya, bahkan kadang para pihak yang berperkara tidak dipanggildiundang untuk acara mediasi. 5. Hakim yang bersertifikat mediator. Kurangnya jumlah hakim yang bersertifikat sedikit banyak mempengaruhi hasil dari keberhasilan mediasi, Karena bila seorang hakim telah memiliki sertifikat tersebut, maka ia dianggap layak serta menguasai trik dan strategi dalam proses 78 Sarnoto, Drs., MH., Hakim Mediator Pengadilan Agama Depok, Wawancara Pribadi, Depok, tgl 7 Agustus 2010.