Praktek Mediasi Di Pengadilan Agama Depok
                                                                                56
Agama  Depok  mempunyai  impian  Pengadilan  Agama  Depok  memiliki  ruang  mediasi yang  nyaman,  bahkan  kalau  bisa  di  lengkapi  tape  yang  akan  mengiringi  acara  mediasi
dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an atau nasyid agar sejuk.
78
2. Durasi waktu mediasi, yakni 40 hari yang bisa di tambah 14 hari.
Kurang  adanya  inisiatif  dari  pegadilan  Agama  Depok  untuk  memaksimalkan waktu  dari  proses  mediasi.  Karena  dengan  pemaksimalan  waktu  maka  akan  semakin
menumpuk jumlah perkara yang tersisa dan akan memakan biaya yang lebih banyak. 3.
Biaya. Dalam  pasal  10  ayat  1  Perma  No.1  tahun  2008  tentang  prosdur  Mediasi  di
Pengadilan  mengenai  Honorarium  Mediator  disebutkan  bahwa  Penggunaan  jasa Mediator  sendiri  tidak  dipungut  biaya,  justru  bisa  menjadi  kendala  dan  penyebab
kurang  pedulinya  hakim  hakim  mediator,  sehinga  ia  kurang  memaksimalkan  upaya perdamaian.
4. Kurang keseragaman format  acara mediator
Tidak  adanya  keseragaman  dalam  format  acara  kadang  menjadi  tidak berimbang antara perkara  yang satu dengan  yang  lainnya,  bahkan kadang para pihak
yang berperkara tidak dipanggildiundang untuk acara mediasi. 5.
Hakim yang bersertifikat mediator. Kurangnya  jumlah  hakim  yang  bersertifikat  sedikit  banyak  mempengaruhi
hasil  dari  keberhasilan  mediasi,  Karena  bila  seorang  hakim  telah  memiliki  sertifikat tersebut,  maka  ia  dianggap  layak  serta  menguasai  trik  dan  strategi  dalam  proses
78
Sarnoto, Drs., MH., Hakim Mediator Pengadilan Agama Depok, Wawancara Pribadi, Depok,  tgl 7 Agustus 2010.
57
perdamaian. Dalam  hal  ini Pengadilan  Agama Depok baru  memiliki dua  hakim  yang
bersertifikat mediator. D.  Analisa Penulis
Secara  umum,  pihak  yang  bersengketa  menggunakan  jalur  mediasi  sebagai penyelesaian sengketa dapat menemukan beberapakeuntungan, diantaranya:
1. Proses cepat
Persengketaan  yang  banyak  ditangani  oleh  pusat  –pusat  mediasi  public  dapat dituntaskan  dengan  pemeriksaan  yang  hanya  berlangsungdua  hingga  tingga  minggu
dan  rata-rata  waktu  yang  digunakan  setiap  pemeriksaan  atau  setiap  kali  pertemuan hanya berkisar satu sampai satu setengah jam saja. Hal ini sangat berbeda jauh dengan
jangka waktu yang digunakan dalam proses arbitrase dan proses litigasi. 2.
Bersifat rahasia. Segala  sesuatu  yang  diucapkan  selama  pemeriksaan  mediasi  bersifat  sangat
rahasia. Hal ini dikarenakan dalam proses mediasi pemeriksaannya tidak dihadiri oleh publik.  Hal  tersebut  sangat  berbeda  dengan  pemeriksaan  lewat  proses  litigasi.  Untuk
perkara-perkara yang pemeriksaannya atau persidangannya terbuka untuk umum dapat dihadiri  oleh public atau diliputi oleh pers  sehingga sebelumpengambilan keputusan
dan dapat bermunculan  berbagai opini  public  yang ada gilirannya dapat berpengaruh pada sikap para pihak yang bersengketa dalam menyikapi putusan majlis hakim.
3. Murah.
Sebagian  besar  pusat-pusat  mediasi  publik  menyediakan  pelayanan  biaya sangat  murah  dan  juga  tidak  perlu  membayar  biaya  pengacara  karena  dalam  proses
mediasi kehadiran seorang pengacara kurang dibutuhkan.
58
4. Adil.
Solusi  bagi  suatu  persengketaan  dapat  diserasikan  dengan  kebutuhan- kebutuhan  atau  keinginan-keinginan  para  pihak  yang  bersengketa  dan  oleh  sebab  itu
pulalah  keputusan  yang  diambil  atau  dihasilkan  dapat  memenuhi  rasa  keadilan  para pihak.
5. Pemberdayaan individu.
Orang  yang  mengalokasikan  sendiri  masalah  sering  kali  merasa  mempunyai lebih banyak kuasa dari pada  mereka yang melakukan advokasi melalui wakil seperti
pengacara. Keuntungan-keuntungan  tersebut  tentu  saja  dapat  terjadi  jika  mediasi
dilaksanakan  sesuai  dengan  prosedur  aturan  yang  ada,  bukan  seperti  yang  acap  kali terjadi yang berakibat pada ketidak maksimalan bahkan kegagalan proses perdamaian
itu sendiri. Pengadilan
Agama Depok
sendiri sebagai
sebuah institusi
yang mengaplikasikan mediasi tersebut, meskipun secara prinsip mengacu pada Perma No.
1  Tahun  2008  tentang  Prosedur  Mediasi  di  Pengadilan,  acap  kali  kurang memaksimalkan  waktu  pelaksanaan  mediasi  sehingga  berakibat  juga  pada  kurang
maksimalnya hasil pencapaian dan kesuksesan dalam upaya perdamaian. Menilai  kekurang  efektifan  hasil  mediasi    setidaknya  tahun  2009-2010  dan
melihat  faktor-faktor  yang  selama  ini  kerap  menghambat  keberhasilan  mediasi, penyusun berasumsi bahwa perlu penegasan terhadap masalah penguasaan materi dan
strategi  dalam  mediasi,  dengan  mengikuti  pendidikan  bagi  para  mediator  khususnya hakim,  serta  dengan  benar-benar  memaksimalkan  waktu  mediasi,  karena  substansi