PROSEDUR MEDIASI MEDIASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

2 penglihatan, memelihara diri dari perbuatan zina. Oleh karena itu, bagi mereka yang berkeinginan untuk menikah, sementara pembekalan untuk memasuki pernikahan belum siap, dianjurkan berpuasa. Dengan berpuasa diharapkan dapat membentengi diri dari perbuatan keji, yaitu perzinahan. Melakukan perkawinan bukan pula semata-mata untuk kesenangan lahiriah melainkan juga membentuk suatu lembaga yang denganya kaum pria dan wanita dapat memelihara diri dari kesesatan dan perbuatan yang tidak senonoh, melahirkan dan merawat anak untuk melanjutkan keturunan manusia serta memenuhi kebutuhan seksual yang wajar dan diperlukan untuk menciptakan kenyamanan dan kebahagiaan. Corak dan perkembangan Peradilan Islam sejalan dengan struktur, pola budaya, dan perkembangan masyarakat Islam di Negara-negara yang bersangkutan. Demikian halnya di Indonesia, peradilan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan umat Islam, komunitas terbesar dalam dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan atas aspek variasi dari berbagai unsure Peradilan Islam. Tetapi di balik itu, terdapat persamaan yang esensial yakni teralokasinya hukum Islam untuk ditegakkan dalam proses penerimaan sampai penyelesaian perkara di pengadilan. Khususnya di kalangan umat Islam terutama dalam bidang Ahwalus Syakhsiyyah. 1 Salah satu cara penyelesaian perkara perselisihan atau persengketaan dalam perkawinan adalah proses mediasi sebagai upaya perdamaian antara pihak yang berselisih agar mendapat kesepakatan bersama tanpa ada pihak yang merasa 1 Cik Hasan Bisri, Peradilan Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia, PT. RemajaRosdakarya, Bandung, 1997, hlm. 97. 3 “terkalahkan” win-win solution. Keuntungan ini tidak hanya diperoleh para pihak yang menyelesaikan sengketa melalui mediasi saja, namun juga bagi dunia peradilan yakni dapat mengatasi masalah penumpukan perkara yang ada guna meningkatkan mutu putusan. Hal ini bertujuan agar manusia selalu menghadapi permasalahan dengan kepala dingin dan bukan dengan kekerasan sehingga akan terciptanya ketentraman dalam kehidupan manusia, khususnya permasalahanyang terjadi dalam rumah tangga 2 . Pemerintah menyediakan lembaga khusus menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga, yakni dengan konseling BP4 dan Pengadilan Agama sebagai alternatif terakhir. Namun sayangnya, tidak seperti Negara-negara yang sukses menerapkan mediasi di pengadilan, seperti Hongkong 3 , USA, Thailand, Jepang, Singapura, dll. Upaya yang dikehendaki Perma di Indonesia tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas dan distribusi yang sangat minim. Seorang advokat yang juga aktif di pusat Mediasi Nasional, David Tobing menyatakan bahwa faktor penyebab ketidakefektifan mediasi di Indonesia juga disebabkan oleh minimnya tenaga mediator yang disediakan oleh Mahkamah Agung hingga berpengruh pada ketidakefektifan pelaksanaan mediasi, khususnya di dunia peradilan. Hal ini tidak hanya terjadi di Pengadilan Negeri saja, tetapi juga di Pengadilan Agama. Keberhasilan mediasi dalam menekan perkara yang masuk hanya 2 Q.S.An-Nissa 4:35 : “Artinya : “Dan jika kamu khwatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allahmemberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. 3 Peter d’Ambrumenil, Mediation And Arbitration, London: Cavendish Publishing,1988, hal.86