45
dalam hukum Islam didasarkan pada Firman Allah, yakni: “wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad perjanjian-perjajian.” Q.S. Al-Ma’idah 5:1
61
1. Asas konsensualisme Mabda’ ar-Radha’iyyah
Asas ini menghendaki terciptanya suatu perjanjian yang dicukupkan dengan hanya kata sepakat antara kedua belah pihak tanpa harus dipenuhinya formalitas-
formalitas tertentu. Misalnya terjadi pada transaksi tukar-menukar barang. Pada transaksi jenis ini para pihak cukup menggunakan kata sepakat saja. Dalil dari asas ini
adalah sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya jual beli itu berdasarkan kata sepakat”.
62
2. Asas Janji itu Mengikat
Dari kesepakatan akan melahirkan janji. Janji tersebut punya kekuatan untuk mengikat dalam hubungan hukum yang sudah terjalin dari adnya kesepakatan. Dalam
Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang memerintahkan manusia agar memenuhi janji, diantaranya ”…dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu akan dimintakan
pertanggung jawabannya”. Q.S. Al-Isra’ 17:34. Dalam ayat ini jelas dikatakan bahwa Allah memerintahkan umat manusia untuk memenuhi janji terhadap siapapun
orang yang kita janjikan. Karena janji yang kamu janjikan akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah kelak di hari kemudian.
63
3. Asas
keseimbangan Mabda’
at-Tawaazun fi
al-Mu’awahah Dalam perjanjian atau perikatan, kedua belah pihak menanggung resiko dan
61
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta: PT.Rajawali Pres, 2007, h.83
62
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Beirut: Dar al-Fikr,t.t, Hadis no.2185, Juz II, h.737.
63
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta: PT.Rajawali Pres, 2007, h.83
46
keuntungan yang adil, hingga masiing-masing pihak tidak aka nada yang merasa dirugikan.
64
4. Asas Kemaslahatan Tidak Memberatkan
Asas kemaslahatan yang dimaksud disini adalah akad yang dibuat oleh para pihak memiliki tujuan untuk kemasalahatandan tidak menimbulkan kesulitan bagi
salah satu pihak untuk memenuhi isi dari kesepakatan tersebut.
65
5. Asas Amanah
Perjanjian yang dibuat dan disepakati kedua belah adalah bentk dari amanah yang harus dilaksanakan. Kedua belah pihak harus beritikad baik untuk memenuhi isis
perjanjian dan terbuka dalam informasi apapun terkait dengan kesepakatan yang di buat.
66
6. Asas keadilan
Tujuan akhir yang hendak diwujudkan oleh hukum adalah keadilan. Dalam Alqur’an dikatakan bahwa, “Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada takwa”.
Q.S. al-Ma’idah 5: 3. Sedangkan asas hukum perikatan menjadi 6 asas
67
, yakni; AsasIllahiyyah, asas kebebasan al-Hurriyah, Asas kerelaan al-Ridha, Asas
kejujuran dan kebenaran al-Shidq, dan Asas Tertulis al-Kitabah.
64
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta: PT.Rajawali Pres, 2007, h.83.
65
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta: PT.Rajawali Pres, 2007, h.83.
66
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta: PT.Rajawali Pres, 2007, h.83.
67
Faturrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari’ah, dalam Kompilasi Hukum Perikatan oleh Mariam Darus Badrulzaman, Jakarta: Citra aditya Bakti: 2001, Cet.1, h. 249-251. Lihat juga Gemala
Dewi, dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Kencana, 2006, h. 30
47
Pada asas ini di jelaskan bahwa setiap upaya perdamaian haruslah memenuhi unsur Ilahiyyah, kebebasan asal tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan
yang halal, unsur kerelaan dari kedua belah pihak, unsur kebenaran dan kejujuran dari keduanya dan dituangkan dalam bentuk tertulis. Dalam mediasi, asas tertulis dalam
sebuah kesepakatan dituangkan dalam bentuk akta perdamaian yang dibuat di depan Notaris atau bawah tangan dan dapat pula dikukuhkan dalam bentuk putusan
perdamaian oleh hakim yang memaksa perkaranya.
48
BAB IV IMPLEMENTASI MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERCERAIAN
A. Profil Pengadilan Agama Depok 1.
Dasar Pembentukan
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kota Depok yang berawal dari satu wilayah Kecamatan Depok berkembang menjadi kota Adminstratif sebgai bagian
dari Kabupaten
Bogor kemudian
menjadi Kota
Depok, dibentuk
pula PengadilanAgama Depok berlaqndaskan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 62 Tahun 2002 tanggal 28 Agustus 2002. Pengadilan Agama Depok diresmikan pada tanggal 25 juni 2003 oleh Walikota Depok di Balai Kota Depok dan
mulai menjalankan fungsinya sejak tanggal 1 Juli 2003. Selain itu yang menjadi dasar pertimbangan perlunya dibentuk Pengadilan Agama Depok adalah antara lain:
a. Depok telah menjadi sebuah Pemerintahan Kota, yang berdiri sendiri
lepas Pemkab. Bogor yang perlu dibentukadanya sebuah Pengadilan Agama sesuai Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989.
b. Perkara-perkara yang harus diselesaikan oleh PA Cibinong, 55nya
berasal dari penduduk yang berdomisili di Depok, sesuai hasil studi kelayakan. c.
Untuk melaksanakan asas cepat dalam penyelesaian perkara, karena Pemerintah Kota Depok harus menempuh jarak yang jauh ke PA Cibinong.
d. Jumlah
penduduk yang
beragama Islam
di Depok
telah mencapai…… dari jumlah penduduk Kota Depok.
68
2. Yurisdiksi
68
Selayang Pandang Pengadilan Agam a Depok, 2005.
49
Wilayah hukum yurisdiksi Pengadilan Agama Depok semula tunduk dan menjadi kewenangan relatif Pengadilan Agama Cibinong. Namun setelah berdiri
sendiri berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Pengadilan Agama Depok dan diresmikan operasionalnya oleh
Bapak Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen Agama Republik Indonesia pada tanggal 25 Juni 2003 M, bertepatan
dengan tanggal 24 Rabiul Awal 1424 H, maka wilayah Pemerintah Kota Depok juga merupakan wilayah hukum di Pengadilan Agama Depok
69
. Selama tiga tahun beroperasi, Pengadilan Agama Depok berkantor di Jl.
Bahagia Raya No. 11 dengan mengontrak rumah penduduk, kemudian pada tangal 20 Februari 2007, Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Bagir Manan,
meresmikan kantor Pengadilan Agama Depok yang baru di Bandung bersamaan dengan peresmian kantor Pengadilan Agama Bandung. Kantor Pengadilan Agama
Depok yang baru tersebut, berdiri di atas tanah hibah Pemrintah Kota Depok seluas 1.417 m2 dengan luas bangunan 600 m2 yang beralamat di Jl. Boulevard Sektor
Anggrek Grand Depok City d.h. Kota Kembang, Depok, dan sejak tanggal 1 Maret 2007 seluruh aktivitas pelayanan dipindahkan dari kantor Pengadila Agama yang lama
ke kantor Pengadilan Agama yang baru tersebut.
70
Berdasarkan Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Republik Indonesia, nomor 039SEKSKIX2008, tentang Peningkatan Kelas Pada 19 Sembilan belas
69
Jejen Nursalim,” Sejarah Pengadilan Agama Depok”. Artikel diakses pada 2 Agustus 2010 dari http:padepok.pta-bandung.net.
70
Jejen Nursalim,” Sejarah Pengadilan Agama Depok”. Artikel diakses pada 2 Agustus 2010 dari http:padepok.pta-bandung.net.
50
Pengadilan Agama Kelas II Menjadi Kelas IB, tertanggal 17 September 2008, Pengadilan Agama Depok yang semula kelas II kemudian menjadi Kelas IB.
a. Letak Geografis dan luas wilayah Pengadilan Agama Depok
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00”- 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota
Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek.
71
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas
permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar sekitar 200,29 km2.
72
Kondisi geografinya dialiri sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu pula terdapat pula
25 situ. Data luas pada Tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar.
Kondisi tofografinya berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan
71
Selayang Pandang Pengadilan Agama Depok,2005, h.4
72
Selayang Pandang Pengadilan Agama Depok, 2005. h,5
51
cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.
73
b. Kompetensi Absolut dan Relatif Pengadilan Agama Depok
Kompetensi absolut yaitu kekuasaan Pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama Depok. Adapun kompetensi
absolut Pengadilan Agama mengacu pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 49, yaitu:
1 Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara-perkara di tiingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a Perkawinan
b Kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam
c Wakaf dan shadaqah
2 Bidang perkawinan yang dimaksud dalam ayat 1 huruf a ialah hal-
hal yang diatur dalam dalam atau berdasarkan Undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku.
3 Bidang kewarisan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf a
ialah penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, penetuan mengenai harta peniggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris
dan melaksanakan pembagian harta peniggalan tersebut. 4
Bidang Ekonomi Syari’ah
73
Selayang Pandang Pengadilan Agam a Depok, 2005.h.5