Latar Belakang Masalah Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan.

harus diperhatikan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi yang kuat untuk belajar. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek „pendidikan‟ dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan pengertian pembelajaran IPS sebagai aktivitas yang sengaja dilakukan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar IPS yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran IPS, tidak cukup hanya mengandalkan kesadaran dari siswa itu sendiri melainkan dari guru yang memiliki keinginan kuat untuk melakukan usaha meningkatkan motivasi belajar. Oleh karena itu, perlu diterapkan proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa¸ Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar untuk mencapai hasil yang memuaskan, karena motivasi merupakan komponen penting dalam belajar. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 februari 2014 dengan salah satu guru di SDIT Insan Mulia menyatakan bahwa bentuk materi pada mata pelajaran IPS di kelas V kurang cocok untuk disampaikan kepada siswa karena menurut guru tersebut materi pelajaran IPS sulit untuk dipahami siswa, sehingga guru dan siswa merasa jenuh terhadap pelajaran IPS. Namun guru tersebut mengatakan bahwa ketertarikan siswa dalam pelajaran IPS tergantung dengan materi yang akan di pelajari, jika materi yang siswa anggap mudah maka siswa merasa senang dan antusias dengan pelajaran IPS, namun jika materi yang mereka anggap sulit mereka akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa kelas V dapat dikatakan kurang memahami pelajaran IPS dengan baik. Menurut pendapat guru IPS tersebut menyatakan bahwa salah satu rendahnya motivasi belajar IPS di kelas V SDIT Insan Mulia disebabkan kurangnya minat siswa dalam membaca buku pelajaran IPS terutama yang berkaitan dengan sejarah. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 5 maret 2014 dengan beberapa siswa dapat diperoleh hasil 4,5 siswa menyukai pelajaran IPS dan 18 tidak menyukai pelajaran IPS, karena siswa tersebut menganggap pelajaran IPS merupakan pelajaran yang tidak menarik dan sulit untuk dipelajari. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran IPS yang akan disampaikan. Jadi, Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar di kelas yaitu faktor guru yang harus bisa menguasai kelas dan menguasai materi pelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang bervariasi dengan metode yang cocok pada tiap materi. Untuk membangkitkan motivasi belajar IPS, guru dituntut untuk menjadi guru yang profesional yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan agar kualitas pembelajaran semakin meningkat. Karena Seiring dengan pergeseran makna pembelajaran, dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru teacher oriented ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa student oriented, maka peran guru dalam proses pembelajaran IPS mengalami pergeseran pula, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator dan kreator. Orang tua bisa menjadi salah satu motivator yang hebat bagi anak- anaknya, terkadang di dalam kehidupan nyata banyak anak yang merasa hubungan antara orang tua dan anak tidak harmonis. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya motivasi yang rendah sehingga dapat membuat hasil belajar siswa yang menurun. Namun demikian orang tua ikut andil dalam perkembangan pendidikan anak. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu bekerja sama untuk menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai tujuan yang baik maka pola kerja sama antara keduanya harus dirancang sedemikian rupa. Drs. H. Tayar yusuf dan Drs. Syaiful Anwar mengemukakan dalam bukunya bahwa dalam psikologi belajar, masalah motivasi ini selalu mendapat perhatian khusus oleh para ahli. Karena motivasi itu sendiri merupakan gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motif- motif”. 3 Dengan motivasi kita merasa mempunyai semangat tambahan dan dorongan yang akan memaksa kita untuk biasa. Motivasi itu biasa timbul dari diri sendiri dan dari orang yang mungkin kita harapkan. Ada beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang motivasi, Alisuf sabri berpendapat bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. 4 Motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan, motif, kebutuhan dan keinginan 5 . Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong individu melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, ada tidaknya motivasi menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri atau berasal dari luar diri pribadi siswa. Perasaan suka terhadap pelajaran IPS merupakan contoh motivasi yang berasal dari dalam diri siswa. Hal inilah yang kemudian mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan ”. 3 Tayar Yusuf dan Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1995, h. 97 4 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi umum dan perkembangan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1991, h. 129 5 Nana Syaodih Sukmadianata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007, h. 64.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah dan observasi yang telah penulis lakukan, maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya motivasi siswa Kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan dalam belajar IPS. 2. Siswa cenderung merasa bosan dan jenuh terhadap pembelajaran IPS. 3. Guru merasa kesulitan untuk mengajarkan mata pelajaran IPS pada siswa kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini di fokuskan pada : Kurangnya motivasi siswa Kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan dalam belajar IPS.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V di SDIT Insan Mulia? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V di SDIT Insan Mulia. F. Manfaat penelitian Harapan penulis terhadap hasil penulisan ini adalah agar dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi peneliti, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Bagi siswa, dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPS sehingga mudah memahami materi yang disampaikan. 3. Bagi guru, memberikan informasi kepada guru bidang studi IPS khususnya dan guru-guru bidang studi lain pada umumnya yang dapat menjadi acuan di dalam proses pembelajaran. 4. Bagi sekolah, semoga hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial IPS

Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan sosial IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan sebagainya. Salah seorang ahli mengemukakan, bahwa “Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau paka r di Indonesia”. 6 Dengan pembelajaran IPS ini, peserta didik dapat belajar bagaimana bersosialisasi dengan orang lain, membina hubungan sosial, dan berperilaku dalam lingkungan sosial. Pembelajaran ini menekan pada pengembangan sikap dan psikomotor peserta didik dalam berinterkasi di lingkungan sosial. Sehingga peserta didik dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. N. Daldjoeni berpendapat, bahwa “Dalam buku pedoman khusus bidang studi IPS menurut Kurikulum 1975, IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan menggunakan 6 Sapriya, M.Ed, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS Bandung: UPI PRESS, 2006 hal. 3 ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan sebagainya”. 7 Etin S. dan Raharjo mengutip dari Martorella 1987 mengatakan bahwa pelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep. Karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya 8 . Senada dengan itu, Norma Mackenzie berpendapat bahwa “Ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat”. 9 IPS mengajarkan peserta didik menjadi masyarakat sosial yang dapat berinteraksi dan bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya. Interaksi sosial diperlukan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari interaksi dengan manusia lain. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah pendidikan yang terkait dengan manusia masyarakat secara luas dan menjadi bahan ajar yang dipelajari di lembaga sekolah formal. Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada. Mata pelajaran IPS yang diajarkan ditingkat dasar dan menengah sangatlah berbeda, pada tingkat menengah pembelajaran IPS diajarkan secara terpisah yang 7 N. Daldjoeni. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Bandung: Penerbit Alumni, 1992 hal. 7 8 Etin S dan Raharjo, Cooperative Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta : Bumi Aksara, 1987 hal. 14 9 Ischak, dkk. Pendidikan IPS Di SD Jakarta: Universitas Terbuka, 2005 hal. 1.21