Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

5 Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televisi tentang pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya, maka seorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. Pelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru professional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televise, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar. 6 Upaya guru dalam membelajarkan siswa Guru adalah seorang pendidik professional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Interaksi efektif pergaulannya sekitar lima jam sehari. Rata-rata pergaulan guru dengan siswa di SD misalnya, berkisar antara 10-20 menit per siswa.Intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa.Dengan kata- kata yang arif seperti “suaramu membaca sangat merdu” saat siswa kelas satu SD, maka pujian guru tersebut dapat menimbulkan kegemaran membaca. Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat.Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam belajar sepanjang hayat. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru.Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik.Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa. Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut : 1 Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah 2 Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah 3 Membina belajar tertib pergaulan 4 Membina belajar tertib lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru professional dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat- pusat pendidikan tersebut. Upaya mendidikkan belajar “tertib hidup” merupakan kerja sama sekolah dan luar sekolah. Sebagai ilustrasi, pendidikan “tertib hidup” itu meliputi pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan fasilitas umum, tertib lalu lintas, tertib pergaulan, dan tertib hidup sebagai umat beragama.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian Dian Arshinta dengan judul penelitian “Penerapan Strategi Ice Breaking Sebagai Bentuk Kreativitas Guru Dalam Mengatasi Kebosanan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa China Di SMAN 1 Karanganyar. ” Program diploma III bahasa china, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS. Dari hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa dalam proses belajar bahasa china siswa-siswi SMAN 1 Karang Anyer pernah dilanda rasa bosan. Cara untuk mengatasi atau bahkan menghindari hal tersebut dibutuhkan kreatifitas guru dan sarana yang mendukung dalam proses belajar. Salah satu yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan ice breaking dalam proses bahasa china . berangkat dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan strategi ice breaking mampu mengatasi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran bahasa china. 2. Penelitian Wiwi Yuningsih 2007 yang berjudul , “ Hubungan Metode Pemberian Tugas dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Agama Islam”. Dari penelitiannya ditemukan peroleh nilai koefisien korelasi sebesar 0, 168. Nilai ini mencerminkan bahwa metode pemberian tugas dengan motivasi belajar siswa secara kualitatif mempunyai hubungan yang tergolong sangat lemah atau sangat rendah. Hal ini karena motivasi belajar siswa tidak hanya dapat ditingkatkan dengan metode pemberian tugas saja tetapi juga ada faktor lain. Hubungan yang lemah tersebut dapat dilihat dari perhitungan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasinya adalah 2, 8224 atau dalam presentase = 0,03 hal ini mencerminkan bahwa metode pemberian tugas hanya dapat memberikan kontribusi atas peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 3. 3. Hasil Penelitian Muhammad Ikhwanudin dengan judul penelitian “Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP AL_Matiin Ciputat Tangerang Selatan. dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi belajar Bahasa Indonesia kelas VII SMP AL-Matiin Ciputat, Tangerang Selatan tergolong sangat tinggi. Motivasi belajar siswa tersebut dipengaruhi oleh bebrapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri individu Intrinsik yang mendorongnya melakukan tindakan belajar seperti keinginan, cita-cita, dan minat. Maupun yang berasal dari luar diri individu ekstrinsik seperti hadiah, hukuman dan persaingan.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses pendidikan. Berhasil tidaknya tujuan pendidikan yang dicapai tergantung dari berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari faktor pendukungnya, yaitu guru, siswa, strategi pengajaran serta fasilitas penunjang lainnya. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subjek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas sehingga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, maka tidak akan menimbulkan proses pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pembelajaran IPS, motivasi berperan penting sebagai daya penggerak siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar IPS akan terus rajin belajar, penuh semangat, tidak cepat bosan, dan selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin. Siswa yang mampu mengembangkan motivasinya dan mampu mengerahkan segala daya dan upaya untuk menguasai mata pelajaran IPS niscaya ia akan memperoleh prestasi yang memuaskan dalam pelajaran IPS. Oleh karena itu, menjadi kewajiban para guru untuk melakukan usaha yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan berbagai macam usaha dalam membangkitkan motivasi belajar diharapkan guru dapat menarik minat siswa agar motivasinya semakin kuat dalam pelajaran IPS, karena hasil pembelajaran akan memuaskan apabila didasari dengan adanya motivasi. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan mengungkapkan fakta tentang faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa di kelas V SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 22 siswa di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDIT Insan Mulia , yang beralamatkan di Jl. Panti Asuhan Kp. Ceger, kelurahan jurang mangu barat, kecamatan pondok Aren, kabupaten Tangerang yang dilakukan selama 3 bulan dengan jadwal sebagai berikut : Tabel 3.1 JADWAL KEGIATAN No Bulan Minggu ke- Kegiatan 1. Februari 1 Wawancara guru 1. Maret 1 dan 2 Observasi dan wawancara siswa 2. 3 dan 4 Penyusunan instrumen penelitian 3. April 1 - 4 Kegiatan penelitian 4. Mei 1 dan 2 Pengolahan data dan analisis data 5. 3 dan 4 Penyusunan laporan penelitian