Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan.

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar SarjanaPendidikan

Oleh

Ufi Lutfiyah

NIM 1110018300066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan. Disusun oleh

Ufi

Lutfiyah

NIM

1110018300066,

.Iurusan Pendidikan Ggru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan I(eguruan,

Universitas Islam Negeri

Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah rnelalui birnbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 24 November 2014

Yang Mengesahkan


(3)

oleh

ufi

lutfiyah,

Nomor Induk Mahasiswa: 111001g300066, diajukan

kepada

Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalan ujian Munaqasah pada tanggal 12 Desember 2014

dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana s1 (s.Pd) dalam bidang pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

J akarta, 24 Desemb er 20 I 4 Panitia Uj ian Munaqasah

Ketua Panitia(Ketua Jurusan/program Studi) Dr. Fauzan, MA

NrP. 1 9761 t072007011013

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/prodi) Asep Ediana Latip, M.Pd

NrP. 1 98 1 0 6232009 121003

Penguji I

Dr. Muhammad Arif, M.Pd NrP.19700606 199702

I

002 Penguji II

Asep Ediana Latip, M.Pd

NIP. 1 98 1 0 6232009t21003

Tanggal

Mengetahui:

DekanFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Tanda tangan

aaul\\

6'q-16'tr

NurlenaXifa'I, MA.

Ph.tr


(4)

Nama NIM

.Iurtrsan/Prodi Judul Skripsi

Ufi Lutfiyah

l r 10018300066

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Faklor-faktor yang Mempengaruiri Motivasi Belajar IPS Siswa kelas V di

SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan. Dosen Pernbimbing : Takiddin, M.Pd

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akaclemik atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqosah.

Jakarta, 24 Novernber 2014

NIM 1110018300066 Ufi Lutfiyah


(5)

i ABSTRAK

Ufi Lutfiyah (1110018300066) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan. Skripsi. Jurusan pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas V dalam pembelajaran IPS di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPS dan siswa kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan kepada 20 siswa. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data diperoleh melalui beberapa tahapan yaitu tahap observasi, tahap pemberian angket kepada siswa,dan tahap wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan berupa pedoman observasi, pedoman wawancara dan angket siswa.

Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V SDIT Insan Mulia yaitu cita-cita aspirasi siswa sebanyak 40 %, kemampuan siswa sebanyak 40 %, kondisi siswa sebanyak 40%, kondisi lingkungan belajar siswa sebanyak 40 %, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran sebanyak 35 %, dan upaya guru dalam membelajarkan siswa sebanyak 26 %.


(6)

ii ABSTRACT

Ufi Lutfiyah (1110018300066) Factors affecting students' motivation to learn social studies class V in SDIT Insan Mulia South Tangerang. Thesis. Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Science and Teaching tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

This study aims to determine the factors that influence student motivation in learning social studies class V in SDIT Insan Mulia South Tangerang. This research is a descriptive study. Subjects in this study is a social studies teacher and fifth grade students in SDIT Insan Mulia South Tangerang. This study was conducted to 20 students. Techniques used in the collection of data obtained through several stages of the observation phase, the step of administering a questionnaire to students,and the interview stage. The research instrument used in the form of guidelines for observation, interview and questionnaire students. Based on these results it can be concluded that the factors affecting students' motivation to learn social studies class V in SDIT Insan Mulia South Tangerang namely Teacher efforts to influence the motivation of students for social studies student

Factors affecting students' motivation to learn social studies class V in SDIT Insan Mulia South Tangerang. Ideals aspirations of students as much as 40 %, the ability of the student as much as 40 %, the student condition as much as 40 %, the condition of the student learning environment as much as 40 %, dynamic elements in teaching and learning as much as 35 %, the efforts of teachers in teachingstudent as much as 26%.


(7)

iii

Penyusunan skripsi ini merupakan penelitian singkat dengan judul “Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas V di SDIT Insan

Mulia Tangerang Selatan”.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan, sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penelitian maupun penulisannya.

Ketika pembuatan skripsi ini baik dalam melakukan penelitian maupun penulisannya, tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Fauzan, MA, Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, beserta stafnya yang telah memberikan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd, Sekertaris Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. .

4. Takiddin, M.Pd, Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, dan banyak memberikan masukan, nasihat, serta arahan kepada penulis selama menyusun skripsi. Thanks for everything, Semoga Allah membalas kebaikan dan budi muliamu.

5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat berguna, selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Kedua orang tuaku, Ayah tercinta Bpk. H. abdul Latif dan Ibu Hj. Nawiyah yang aku sayangi, terimakasih selalu mendo’akan dan memberikan dukungan baik moril, materiil maupun spiritual yang tak terhingga, serta nasihat kepada penulis untuk selalu semangat menggapai cita-cita dan selalu menjadi sumber inspirasi dan kekuatan.


(8)

iv

semangat kepada penulis.

8. Agus Furqon dan Fahriyah selaku Kepala Sekolah SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan, Yayasan Al-Ikhwaniyah, SDIT Insan Mulia kelas V dan karyawan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dan telah memfasilitasi serta meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.

9. Akbar Yus Prasetyo yang selalu memberikan semangat kepada penulis dan selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Leli Nurfazrina yang sangat baik dan sabar dalam membantu dan menemani penulis dalam segala hal, thanks soo much.

11. Anisa Putri saudara yang paling super berisik yang selalu menghibur di waktu suka maupun duka, Thanks soo much.

12. Teman-teman seperjuangan PGMI Kelas B angkatan 2010 khususnya Habibah munawwaroh, Intan Kartika, Laila Munawaroh, Tuty alawiyah, Lina karlina, Novia Rizikri, lailatul Fazriyah, Rizka Muzayyinatul Jannah, Resty Meidiana dan Eco Fardiansyah yang sama-sama merasakan suka dan duka semasa kuliah, terima kasih atas semua kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini. 13. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak bias disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian semua.

Akhir kata semoga skripsi ini memberi manfaat kepada setiap yang membacanya dan semoga setiap kesabaran, bantuan, dukungan baik moril maupun materi lyang telah mereka berikan akan mendapat balasan dari Allah SWT, amin.

Jakarta, 24 November 2014 Penyusun,


(9)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 7

C. PembatasanMasalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 9

1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 9

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 9

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 11

2. Belajar ... 13

a. Pengertian Belajar ... 13

b. Teori Belajar... 15

c. Tujuan Belajar ... 16

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 17

3. Motivasi ... 18

a. Pengertian Motivasi Belajar ... 18

b. Teori Motivasi Belajar ... 22


(10)

vi

C. Kerangka Berfikir ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ... 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 40

G. Keabsahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi penelitian ... 43

1. Hasil Angket Motivasi Belajar IPS ... 43

2. Hasil Observasi ... 55

3. Hasil wawancara ... 61

B. Pembahasan ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA


(11)

vii

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ...38

Tabel 4.1 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 1 ...45

Tabel 4.2 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 2 ...46

Tabel 4.3 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 3 ...47

Tabel 4.4 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 4 ...48

Tabel 4.5 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 5 ...49

Tabel 4.6 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 6 ...50

Tabel 4.7 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 7 ...51

Tabel 4.8 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 8 ...52

Tabel 4.9 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 9 ...53

Tabel 4.10 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 10 ...54

Tabel 4.11 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 11 ...55

Tabel 4.12 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 12 ...56

Tabel 4.13 Hasil Angket Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 13 ...57

Tabel 4.14 Tabel Observasi Kegiatan Guru Selama Proses Pembelajaran ...59


(12)

viii

Gambar 4.1 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 1 ...45

Gambar 4.2 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 2 ...46

Gambar 4.3 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 3 ...47

Gambar 4.4 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 4 ...48

Gambar 4.5 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 5 ...49

Gambar 4.6 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 6 ...50

Gambar 4.7 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 7 ...51

Gambar 4.8 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 8 ...52

Gambar 4.9 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 9 ...53

Gambar 4.10 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 10 ...54

Gambar 4.11 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 11 ...55

Gambar 4. 12 Histogram Motivasi Belajar IPS Indikator Butir Soal 12 ...56


(13)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang melalui pelatihan. Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut “tarbiyah”, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan “education”. Dari kedua bahasa tersebut, kata pendidikan sama-sama berarti proses mengembangkan kemampuan yang dimiliki melalui kegiatan pelatihan khusus.

Melalui pendidikan juga, seorang individu belajar untuk mengembangkan kemampuannya pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Hasil dari proses belajar itu adalah perubahan dan perkembangan individu menuju ke arah yang lebih baik lagi. Dalam kegiatan belajar yang efektif, peserta didik yang seharusnya menjadi pusat kegiatan. Karena peran aktif peserta didik sangat menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Proses pendidikan yang dilakukan di dalam kelas, pada umumnya harus dengan kondisi yang kondusif sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung dengan maksimal. Dalam menciptakan kondisi tersebut harus didukung dengan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi peserta didik untuk belajar.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 575), Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu isu sosial yang sedang berkembang. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat. Dengan mempelajari IPS siswa akan dibekali pengetahuan agar dapat berinteraksi dengan kehidupan nyata mereka dimasyarakat. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.


(14)

IPS SD Menurut KTSP (2006: 45) adalah Mata pelajaran yang memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal nasional, dan global.

Organisasi materi IPS SD terdiri dari organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu/fusi, disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berpikir abstrak. Materi pendidikan IPS SD tidak menunjukkan label dari masing masing disiplin ilmu sosial. Materi disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di sekitar siswa. Demikian juga halnya tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena fenomena serta aktivitas sosial yang terjadi di sekitar siswa. Tema tema ini kemudian semakin meluas pada lingkungan yang semakin jauh dari lingkaran kehidupan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) wajib dipelajari oleh setiap peserta didik, karena IPS merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara seseorang bersosialisasi dan bersikap, baik dengan sesama manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan masyarakat, maupun dengan alam.

Trianto berpendapat dalam bukunya, bahwa “Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Nursid Sumaatmaja, dalam Puskur 2006b: 1)”.1

1

Trianto.Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007) hal. 121


(15)

Mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat penting, karena membantu peserta didik mengembangkan kemampuan bersosialisasi dan berperilaku dalam kehidupan masyarakat. Seperti yang tercantum dalam tujuan IPS, bahwa “Tujuan utama IPS adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan membuat keputusan reflektif sehingga mereka dapat memecahkan persoalan-persoalan pribadi dan membuat kebijakan umum dengan berpartisipasi dalam tindakan sosial secara inteligen”.2

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu dari mata pelajaran pokok dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia. Mata pelajaran IPS perlu diberikan kepada siswa SD karena memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan terampil dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat. Mengingat pentingnya mata pelajaran IPS maka setiap siswa diharapkan memiliki motivasi untuk belajar mata pelajaran IPS. Akan tetapi, sejauh ini mata pelajaran IPS masih dipersepsikan sebagai pelajaran yang membosankan, tidak disukai, bahkan sulit.

Setiap siswa mempunyai pandangan yang berbeda tentang mata pelajaran IPS. Ada siswa yang memandang mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang menyenangkan dan ada juga yang memandang mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang sulit. Bagi siswa yang menganggap mata pelajaran IPS menyenangkan maka akan tumbuh motivasi dalam diri siswa tersebut untuk mempelajari mata pelajaran IPS dan optimis dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat pengetahuan sejarah. Sebaliknya, bagi siswa yang menganggap mata pelajaran IPS sebagai pelajaran yang sulit, maka siswa tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah dalam pelajaran IPS dan kurang termotivasi untuk mempelajari IPS. Bisa dikatakan bahwa terdapat Beberapa siswa yang kurang bersemangat dalam mempelajari mata pelajaran IPS yang disampaikan oleh guru mereka, Salah satu faktor penyebabnya yaitu kurangnya metode mengajar yang tepat dalam proses pembelajaran. Hal ini yang

2


(16)

harus diperhatikan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi yang kuat untuk belajar.

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek „pendidikan‟ dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan pengertian pembelajaran IPS sebagai aktivitas yang sengaja dilakukan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar IPS yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran IPS, tidak cukup hanya mengandalkan kesadaran dari siswa itu sendiri melainkan dari guru yang memiliki keinginan kuat untuk melakukan usaha meningkatkan motivasi belajar. Oleh karena itu, perlu diterapkan proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa¸ Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar untuk mencapai hasil yang memuaskan, karena motivasi merupakan komponen penting dalam belajar.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 februari 2014 dengan salah satu guru di SDIT Insan Mulia menyatakan bahwa bentuk materi pada mata pelajaran IPS di kelas V kurang cocok untuk disampaikan kepada siswa karena menurut guru tersebut materi pelajaran IPS sulit untuk dipahami siswa, sehingga guru dan siswa merasa jenuh terhadap pelajaran IPS. Namun guru tersebut mengatakan bahwa ketertarikan siswa dalam pelajaran IPS tergantung dengan materi yang akan di pelajari, jika materi yang siswa anggap mudah maka siswa merasa senang dan antusias dengan pelajaran IPS, namun jika materi yang mereka anggap sulit mereka akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa kelas V dapat dikatakan kurang memahami pelajaran IPS dengan baik. Menurut pendapat guru


(17)

IPS tersebut menyatakan bahwa salah satu rendahnya motivasi belajar IPS di kelas V SDIT Insan Mulia disebabkan kurangnya minat siswa dalam membaca buku pelajaran IPS terutama yang berkaitan dengan sejarah.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 5 maret 2014 dengan beberapa siswa dapat diperoleh hasil 4,5 % siswa menyukai pelajaran IPS dan 18 % tidak menyukai pelajaran IPS, karena siswa tersebut menganggap pelajaran IPS merupakan pelajaran yang tidak menarik dan sulit untuk dipelajari.

Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran IPS yang akan disampaikan. Jadi, Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar di kelas yaitu faktor guru yang harus bisa menguasai kelas dan menguasai materi pelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang bervariasi dengan metode yang cocok pada tiap materi.

Untuk membangkitkan motivasi belajar IPS, guru dituntut untuk menjadi guru yang profesional yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan agar kualitas pembelajaran semakin meningkat. Karena Seiring dengan pergeseran makna pembelajaran, dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran IPS mengalami pergeseran pula, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator dan kreator.

Orang tua bisa menjadi salah satu motivator yang hebat bagi anak-anaknya, terkadang di dalam kehidupan nyata banyak anak yang merasa hubungan antara orang tua dan anak tidak harmonis. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya motivasi yang rendah sehingga dapat membuat hasil belajar siswa yang menurun. Namun demikian orang tua ikut andil dalam perkembangan pendidikan anak.

Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu bekerja sama untuk menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam


(18)

rangka mencapai tujuan yang baik maka pola kerja sama antara keduanya harus dirancang sedemikian rupa. Drs. H. Tayar yusuf dan Drs. Syaiful Anwar mengemukakan dalam bukunya bahwa dalam psikologi belajar, masalah motivasi ini selalu mendapat perhatian khusus oleh para ahli. Karena motivasi itu sendiri merupakan gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motif-motif”.3

Dengan motivasi kita merasa mempunyai semangat tambahan dan dorongan yang akan memaksa kita untuk biasa. Motivasi itu biasa timbul dari diri sendiri dan dari orang yang mungkin kita harapkan. Ada beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang motivasi, Alisuf sabri berpendapat bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi sesuatu kebutuhan.4

Motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan, motif, kebutuhan dan keinginan5. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong individu melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, ada tidaknya motivasi menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri atau berasal dari luar diri pribadi siswa. Perasaan suka terhadap pelajaran IPS merupakan contoh motivasi yang berasal dari dalam diri siswa.

Hal inilah yang kemudian mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan ”.

3

Tayar Yusuf dan Drs. Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,

( Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1995), h. 97 4

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi umum dan perkembangan, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1991), h. 129

5

Nana Syaodih Sukmadianata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), h. 64.


(19)

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah dan observasi yang telah penulis lakukan, maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Kurangnya motivasi siswa Kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan dalam belajar IPS.

2.

Siswa cenderung merasa bosan dan jenuh terhadap pembelajaran IPS.

3.

Guru merasa kesulitan untuk mengajarkan mata pelajaran IPS pada siswa kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan.

C.

Pembatasan Fokus Penelitian

Mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini di fokuskan pada : Kurangnya motivasi siswa Kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan dalam belajar IPS.

D.

Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V di SDIT Insan Mulia?

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPS siswa kelas V di SDIT Insan Mulia.

F.

Manfaat penelitian

Harapan penulis terhadap hasil penulisan ini adalah agar dapat memberikan manfaat, antara lain :


(20)

1. Bagi peneliti, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Bagi siswa, dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPS sehingga mudah memahami materi yang disampaikan.

3. Bagi guru, memberikan informasi kepada guru bidang studi IPS khususnya dan guru-guru bidang studi lain pada umumnya yang dapat menjadi acuan di dalam proses pembelajaran.

4. Bagi sekolah, semoga hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.


(21)

9

A.

Deskripsi Teori

1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan sebagainya.

Salah seorang ahli mengemukakan, bahwa “Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social

Studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar di Indonesia”.6

Dengan pembelajaran IPS ini, peserta didik dapat belajar bagaimana bersosialisasi dengan orang lain, membina hubungan sosial, dan berperilaku dalam lingkungan sosial. Pembelajaran ini menekan pada pengembangan sikap dan psikomotor peserta didik dalam berinterkasi di lingkungan sosial. Sehingga peserta didik dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. N. Daldjoeni berpendapat, bahwa “Dalam buku pedoman khusus bidang studi IPS menurut Kurikulum 1975, IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan menggunakan

6

Sapriya, M.Ed, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS (Bandung: UPI PRESS, 2006) hal. 3


(22)

ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan sebagainya”.7

Etin S. dan Raharjo mengutip dari Martorella ( 1987 ) mengatakan bahwa pelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep. Karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya8.

Senada dengan itu, Norma Mackenzie berpendapat bahwa “Ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat”.9

IPS mengajarkan peserta didik menjadi masyarakat sosial yang dapat berinteraksi dan bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya. Interaksi sosial diperlukan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari interaksi dengan manusia lain.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah pendidikan yang terkait dengan manusia (masyarakat) secara luas dan menjadi bahan ajar yang dipelajari di lembaga sekolah formal. Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada.

Mata pelajaran IPS yang diajarkan ditingkat dasar dan menengah sangatlah berbeda, pada tingkat menengah pembelajaran IPS diajarkan secara terpisah yang

7

N. Daldjoeni. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Bandung: Penerbit Alumni, 1992) hal. 7

8

Etin S dan Raharjo, Cooperative Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta : Bumi Aksara, 1987) hal. 14

9


(23)

disebut dengan separated. Sedangkan untuk di tingkat sekolah dasar, mata pelajaran IPS diajarkan dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran IPS yang ada dalam jenjang pendidikan dasar merupakan pembelajaran IPS terpadu, seperti yang dikutip dari jurnal pendidikan yang di tulis oleh Aini Indriasih, bahwa “Pembelajaran IPS di SD dihimbau untuk menggunakan pendekatan terpadu karena dengan pendekatan terpadu akan menjadikan mutu pembelajaran IPS semakin bermakna sehingga dapat meningkatkan perolehan prestasi belajar”.10

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan IPS di sekolah dasar. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 575) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan sekitarnya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Nu‟man Somantri (2001 : 259) mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat empat pendapat mengenai tujuan pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, sebagai berikut :

1) Pendapat yang mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS di persekolahan adalah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosialnya.

2) Pendapat yang kedua ini sangat berbeda dengan pendapat pertama.

10


(24)

Pendapatnya bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah ialah untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

3) Pendapat ketiga merupakan kompromi dari pendapat pertama dan kedua. Golongan ini mengakui kebenaran masing-masing golongan tersebut. Oleh karena itu golongan ini berpendapat bahwa bahan pembelajaran IPS harus dapat menampung para siswa untuk studi lanjutan ke universitas maupun yang akan terjun langsung pada kehidupan masyarakat.11

Sejalan dengan pendapat di atas N. Daldjoeni (1985 : 23) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah :

1) IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social sciences jika ia nantinya masuk ke perguruan tinggi. Untuk itu mata pelajaran seperti : sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi budaya haruslah diberikan terlepas (terpisah-pisah), tersendiri, sehingga gurunya pun harus khusus. 2) IPS bertujuan mendidik kewarganegaraan yang baik, dimana mata

pelajaran yang disajikan guru sekaligus harus di tempatkan dalam konteks budaya melalui pengolahan secara ilmiah dan psikologis yang tepat. 3) IPS yang hakekatnya merupakan kompromi antara 1 dan 2 di atas,

sehingga IPS didefinisikan sebagai “ suatu penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial yang penyajiannya di sekolah di sesuaikan dengan kemampuan guru dan daya tangkap siswa.

4) IPS yang mempelajari “closed areas” yaitu masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan dimuka umum. Bahannya menyangkut masalah ekonomi, politik, maupun budaya agar siswa terlatih dengan cara berpikir yang demokratis.

5) Menurut kurikulum IPS SMP tahun 1975 tujuan bidang studi IPS yakni dengan bahan-bahan terpilih dan disaring serta disesuaikan dengan seluruh sasaran pembelajaran. 12

11

Sapriya, M.Ed, dkk.Opcit, hal. (11-12) 12


(25)

Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS.

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkahlaku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dan praktik atau penguatan (reinforced practice)

yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. 13 Perubahan perilaku ini merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah dipastikan setiap perubahan dalam diri seseorang maupun perubahan dalam arti belajar. Dari kegiatan belajar itulah individu memperoleh hasil belajar yang berupa perkembangan sikap, perilaku, keterampilan, dan pengetahuan.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.14 Belajar dilakukan untuk mengusahakan terjadinya perubahan pada individu yang bersangkutan menuju kearah yang lebih positif.

Good and brophy dalam bukunya Educational psychology : A realistic approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yaitu

Learning is the development of new associations as a result of experience.

Beranjak dari definisi yang dikemukakannya itu selanjutnya ia menjelaskan

13

Hamzah B. Uno, Teori motivasi dan pengukurannya, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal.23

14

Slameto, belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002) cet.5 hal. 2.


(26)

bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internal event). Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.15 jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.

Drs. Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan dalam bukunya, bahwa “Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.16 Jadi, bagi para pelajar atau mahasiwa kata belajar merupakan kata yang tidak asing, bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari atau pagi hari. Jadi, melalui belajar seseorang mampu merubah perilaku dari perilaku sebelumnya atau mempertahankan perilakunya. Untuk menampilkan kemampuannya manusia selalu belajar menurut keinginan dan kebutuhan yang akan dicapai. Dan karena belajar seseorang mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 17Menurut Witherington yang dikemukakan Ngalim Purwanto, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian18. Menurut Muhibbin Syah belajar adalah tahapan perubahan

15

M. Ngalim Purwanto,MP. Psikologi Pendidikan ( Bandung : Remaja Rosda Jakarta, 2007), hal. 85

16

Syaiful Bahri djamarah, Psikologi Belajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2011) hal 12. 17

Slameto, Opcit, , h.2 18


(27)

seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif19

Belajar bisa mulai dari diri sendiri, misalnya belajar menahan hawa nafsu. Belajar tidak harus disekolah, dimanapun kita berada belajar tetap bisa dilaksanakan asalkan ada kemauan. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. 20 jadi belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya

Senada dengan pendapat di atas, Drs. M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa “Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk”.21 Artinya disini adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan dari proses belajar dapat mengarah kepada perubahan tingkah laku yang positif dan negatif. Perubahan disini bergantung kepada penerimaan dari individu itu sendiri selama dalam proses belajar.

b. Teori-Teori Belajar

Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang teori belajar. Dalam hal ini,secara global ada tiga teori yakni :

1) Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya.

2) Teori belajar menurut Ilmu jiwa gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian/unsur. Sebab keberadaanya keseluruhan itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan.

19

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.15, h.90

20

Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2011), hal 20.

21


(28)

3) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi

Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal, yakni : Teori Konektionisme dari Thorndike dan Teori conditioning dari Pavlop.22

Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah membagi teori belajar menjadi lima macam, yaitu: “1) teori belajar menurut ilmu jiwa daya, 2) teori tanggapan, 3) teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt, 4) teori belajar dari Gagne, dan 5) teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi”.23

Berbeda dengan pendapat di atas Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa “ada tiga teori belajar yang terkenal dalam psikologi, yaitu: 1) teori

conditioning, 2) teori connectionism, dan 3) teori menurut psikologi Gestalt”.24 c. Tujuan Belajar

Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan yang harus dicapai begitu pun dengan kegiatan belajar. Tujuan dari belajar adalah mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik agar lebih terarah dan terasah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendarman dalam jurnalnya, bahwa “Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran”.25

Berbeda dengan pendapat di atas, Agus Suprijono membagi tujuan belajar menjadi dua, yaitu “Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar

22

Sardiman, A. M. Opcit, hal. (29-33) 23

Syaiful Bahri Djamarah. Opcit, hal. 17-23 24

Ngalim Purwanto, Opcit. hal 89 25

Hendarman, dkk. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan: Pengetahuan Tentang Penilaian Hasil Belajar (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) hal. 227


(29)

sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut

nurturant effects”.26

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan :

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual.

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial . Yang

termasuk ke dalam faktor individual antara lain :

kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. 27

Berbeda dengan pendapat di atas, Muhibbin Syah mengatakan bahwa “Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;

2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;

26

Agus Suprijono. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013) hal. 5

27


(30)

3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran”.28 Berdasarkan beberapa faktor yang telah dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa keberhasilan proses belajar bukan hanya dipengaruhi oleh diri siswa tetapi faktor lingkungan disekitar siswa dan sarana-prasarana yang ada serta peranan guru juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

3. Motivasi Belajar

a. Pengertian motivasi belajar

Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Menurut Hamzah B. Uno, motivasi adalah suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan- rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya29. Menurut Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong timbulnya suatu tingkah laku30. Menurut Muhibbin Syah, motivasi adalah keadaan internal organism baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu31 . Menurut Sardiman, motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondosi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu32. Menurut Nana Syaodih, motivasi adalah suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan33.

28

Muhibbin Syah, op.cit. hal 129 29

Hamzah B. Uno, Opcit, h.9 30

Alisuf Sabri, PSIKOLOGI PENDIDIKAN Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), Cet.4, h.85

31

Muhibbin Syah, Opcit, h.134 32

SardimanOpcit,, h.75 33


(31)

Dalam bahasa agama istilah motif, barangkali tidak jauh artinya dengan “niatan/niat”, (Innamal a‟amalu binniat artinya seseungguhnya perbuatan itu tergantung pada niat). Jadi “niat” kira-kira searti dengan motif. Yaitu kecenderungan hati yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan sesuatu.34

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.35

Motif, dipakai untuk menunjukkan keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan. Motif sebagai pendorong yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang mempengaruhi motif adalah motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke arah sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi. Motif yang kadang disebut juga dengan motivasi yang mengaktifkan dan membangkitkan perilaku yang tertuju pada pemenuhan kebutuhan. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.36

Motivasi adalah dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong yang bersangkutan untuk berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan .

34

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar. Opcit, hal. 97 35

Sardiman A. M.Opcit, hal. 73 36

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan (Jakarta : Kizi


(32)

jika sebuah tindakan tidak memiliki suatu tujuan, tertentu seseorang dapat dikatakan sebagai tidak memiliki motif untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Bahkan motif bisa dikatakan sebagai daya penggerak aktif dari sebuah tindakan, terutama ketika seseorang berada dalam keadaan dimana ia memiliki kebutuhan yang sangat mendesak.37

Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti: desakan atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish. Walaupun ada kesamaan dan semuanya mengarah kemotivasi beberapa ahli memberikan arti khusus terhadap hal-hal tersebut. Desakan atau drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Motif atau motive adalah dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah. Kebutuhan atau need merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketidadaan sesuatu yang diperlukannya. Keinginan atau wish adalah harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dibutuhkan. 38

Menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Sardiman, motivasi mempunyai tiga unsur penting, yaitu:

a. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia. Perubahan energy yang dimaksud penulis adalah adanya tindakan atau perbuatan yang dilakukan.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Seseorang yang dalam belajarnya mempunyai motivasi tinggi

c. Motivasi diransang karena ada tujuan

Berdasarkan pengertian- pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan salah satu aspek psikologi sosial, sebab tanpa

37

Akyas Azhari, psikologi umum dan perkembanganJakarta : Teraju, 2004, h. 65 38


(33)

motivasi tertentu seseorang sulit berpartisipasi di masyarakat. Sehubungan ini guru juga mempunyai kewajiban untuk menggali motivasi siswa agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.

Menurut Sardiman, ciri- ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi,antara lain39:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa) c) Menunjukan minat terhadap bermacam- macam masalah d) Lebih senang bekerja mandiri

e) Cepat bosan pada tugas- tugas yang rutin (hal- hal yang bersifat mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal- soal

Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat kita amati. Yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam term- term tertentu, antara lain40:

a) Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan )

b) Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)

c) Persistensinya (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan d) Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi

rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan

39

Sardiman, Opcit, h.83

40

Abin syamsydin makmun, psikologi pendidikan perangkat sistem pengajaran modul (bandung: remaja rosdakarya, 2009) h 40


(34)

e) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan(uang, tenaga, pikiran) untuk mencapai tujuan

f) Tingkatan aspirasinya(maksud, rencana, cita- cita, sasaran atau target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan g) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai

dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)

h) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negative)

b. Teori Motivasi Belajar

Dalam hal ini ahli ilmu jiwa menjelaskan bahwa ragam motivasi itu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang tersusun secara hierarkis, tersusun dari bawah keatas, dimana pemenuhan kebutuhan tahap yang paling rendah menjadi prasyarat bagi tercapainya kebutuhan yang lebih tinggi, antara lain berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :

1) Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini biasanya dijadikan titik tolak teori motivasi. Tidak perlu diragukan lagi bahwa kebutuhan yang paling kuat dan mendasar dalam kehidupan manusia seperti pemenuhan kebutuhan untuk menghilangkan rasa lapar, haus, dan lain-lain.

2) Kebutuhan akan keselamatan (security). Apabila kebutuhan fisiologis relatif terpenuhi maka akan muncul kebutuhan akan keselamatan (keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, dan lain-lain). Dalam keadaan ini seorang individu dapat disebut sebagai pencari keselamatan.

3) Kebutuhan akan cinta dan kasih. Apabila kebutuhan fisiologis dan keselamatan cukup terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan akan cinta, rasa kasih, dan rasa memiliki. Maka kini orang akan merasakan


(35)

penting-nya kehadiran kawan, kekasih, istri, anak dan sebagaipenting-nya. Ia akan berupaya mendapatkan semua itu lebih dari pada yang lain di dunia ini.

4) Kebutuhan akan harga diri. Semua orang dalam masyarakat kita mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian yang mantap dan penghargaan dari orang lain.

5) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.41

Berbeda dengan pendapat diatas, Zikri Neni Iska mengemukakan dalam bukunya bahwa dalam buku psikologi pendidikan karangan Ngalim Purwanto menyatakan beberapa teori motivasi sebagai berikut :

1) Teori Hedonisme. Semua orang cenderung menghindari diri dari sesuatu yang sulit dan yang menyusahkan dan lebih cenderung suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan.

2) Teori Naluri. Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan naluri pokok, yakni naluri mempertahankan diri, naluri mengembangkan diri, dan naluri mempertahankan dan mengembangkan jenis. Kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya setiap hari, mendapat dorongan atau digerakkan oleh tiga naluri tersebut, teori ini menjelaskan tentang perilaku manusia yang memiliki motivasi, didasarkan oleh naluri.

3) Teori reaksi yang dipelajari. Perilaku manusia berdasarkan pada pola-pola dari tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan dimana tempat orang itu hidup.

4) Teori daya pendorong. Teori ini merupakan perpaduan antara naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Seorang pemimpin yang ingin

41


(36)

memotivasi bawahannya, ia mendasarkannya kepada daya pendorong naluri dan reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan dimana dia berada.

5) Teori Kebutuhan. Tindakan yang dilakukan manusia pada hakekatnya adalah memenuhi kebutuhannya. Teori kebutuhan ini dapat dijelaskan dengan teori Abraham Maslow, yakni : kebutuhan psikologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa memiliki dan cinta, kebutuhan harga diri, kebutuhan akan aktualisasi diri.42

Menurut dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa para ahli teori menyajikan penafsiran yang sedikit berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat rumusan yang baku tentang motivasi, dimana terdapat perbedaan pada faktor yang bervariasi.

c. Fungsi Motivasi Belajar

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar, yang semuanya itu akan berdampak pada tujuan atau cita- cita yang diinginkan siswa akan tercapai.

Motivasi mempunya tiga fungsi yaitu :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai. dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

42


(37)

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan. 43

Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha atau kegiatan seseorang. Motivasi berkaitan dengan tujuan/maksud. Motivasi mempengaruhi adanya kegiatan, sehingga ada 3 (tiga) fungsi motivasi yang dapat diuraikan sebagai berikut

1) Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan secara serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. :44

Senada dengan pendapat diatas, Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya mengemukakan bahwa guna/ fungsi dari motif-motif itu adalah :

1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2) Motif itu menentukan arah perbuatan. Yakni arah perwujudan suatu tujan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.

43

S. Nasution, M.A. Didaktik Asas-Asas Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal. (76-77)

44


(38)

3) Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. 45

d. Tipe Motivasi

Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar diri siswa (motivasi ekstrinsik). Terdapat dua tipe motivasi yaitu :

1) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Jika dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri. Seorang siswa belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara kostruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajarnya dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi intrinsik dapat juga

45


(39)

dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. 46

Berdasarkan tipe motivasi di atas maka dikatakan bahwa timbulnya motivasi yang menyebabkan seseorang menggerakkan tingkah lakunya dipengaruhi adanya motivasi dari dalam dirinya. Motivasi ini lebih dipengaruhi oleh upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Di samping itu juga karena adanya dorongan dan tuntutan serta pengaruh dari lingkungan luar untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

e. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar

Menurut pakar psikologi Donald O. Hebb dalam Aminudin Rasyad “memotivasi peserta didik adalah satu tugas guru dalam proses belajar- mengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran”47. Secara umum dapat dikatakan, bahwa tujuan memotivasi peserta didik adalah untuk menggerakkan, menggugah, menimbulkan keinginan yang kuat untuk belajar secara sungguh- sungguh. Maka bagi guru peranan motivasi ini sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, memberi semangat, menimbulkan kesadaran untuk meningkatkan prestasinya. Berbagai cara yang ditempuh guru untuk memotivasi peserta didiknya. Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa siswa, yaitu :

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Banyak siswa belajar, yang utamanya adalah untuk memperoleh nilai yang baik

46

Sardiman. Opcit, hal. (88-91)

47

Aminudin Rasyad. Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Uhamka Press, 2003) cet. Ke-3 h.89


(40)

2) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik

Pada awal pembelajaran seharusnya guru terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai kepada siswa. Semakin jelas tujuan pembelajaran yang akan dicapai, semakin besar pula motivasi yang ditimbulkan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

3) Penghargaan

Penghargaan yang dimaksud adalah berupa hadiah dan pujian. Penghargaan diberikan kepada siswa yang berprestasi. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar untuk memperoleh sebuah penghargaan dan pengakuan dari lingkungan sekitar

4) Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan motivasi untuk dapat menjadikan dirinya maupun kelompoknya menjadi yang paling menonjol diantara yang lainnya

5) Hukuman

hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasinya untuk belajar

6) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsure kemauan untuk belajar dalam diri siswa

7) Menggunakan metode yang bervariasi

8) Menggunakan media pembelajaran yang sesuai

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Proses interaksi antara siswa dan guru, membutuhkan komponen-komponen pendukung yang tidak dapat dilepaskan dari segi normatif, inilah yang mendasari proses belajar mengajar. Motivasi itu terbagi dua bagian yaitu motivasi


(41)

intrinsik dan motivasi ekstrinsik, maka seorang guru harus mengetahui apa saja yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Beberapa hal yang mempengaruhi motivasi belajar adalah kematanagan anak, perhatian, pengetahuan mengenai hasil motivasi, penghargaan dan hukuman, serta partisipasi. Dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, maka seorang guru dapat memolah milih cara yang tepat dalam memberi motivasi terhadap siswa.

Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Dimyati dan Mudijono.48

1) Cita-cita aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain sebagainya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan di kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan.Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian. Setiap manusia yang hidup mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu di dalam hidupnya termasuk di dalamnya yaitu belajar. Cita-cita senantiasa dikejar dan diperjuangkan meskipun rintangan yang dihadapi begitu banyaknya dalam mengejar cita-cita tersebut, seseorang akan tetap berusaha semaksimal mungkin melalui rintangan tersebut demi cita-cita yang ingin diraihnya. Dalam hal ini cita-cita akan memperkuat motivasi belajar baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab dengan tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. Oleh karena itu, cita-cita dan aspirasi sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar seseorang.

2) Kemampuan siswa

Keinginan seseorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan

48

Dimyati dan Mudijono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta : PT. Rhineka Cipta, 1999), cet ke-2, h. 78


(42)

kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya.Secara perlahan-lahan terjadilah kegemaran membaca pada anak yang semula sukar mengucapkan huruf “r” yang benar. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

3) Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi jasmanidan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa itu sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum sakit. Seseorang yang pada masa-masa sebelumnya mempunyai motivasi belajar yang tinggi, tiba-tiba menjadi rendah hanya karena kondisi jasmani dan rohaninyaterganggu. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaru pada motivasi belajar.

4) Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan bermasyarakat. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena tu, kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya.Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.


(43)

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televisi tentang pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya, maka seorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. Pelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru professional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televise, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.

6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Guru adalah seorang pendidik professional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Interaksi efektif pergaulannya sekitar lima jam sehari. Rata-rata pergaulan guru dengan siswa di SD misalnya, berkisar antara 10-20 menit per siswa.Intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa.Dengan kata-kata yang arif seperti “suaramu membaca sangat merdu” saat siswa kelas satu SD, maka pujian guru tersebut dapat menimbulkan kegemaran membaca.

Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat.Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam belajar sepanjang hayat. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru.Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih


(44)

yang baik.Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.

Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut :

1) Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah

2) Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah

3) Membina belajar tertib pergaulan

4) Membina belajar tertib lingkungan sekolah.

Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru professional dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut. Upaya mendidikkan belajar “tertib hidup” merupakan kerja sama sekolah dan luar sekolah. Sebagai ilustrasi, pendidikan “tertib hidup” itu meliputi pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan fasilitas umum, tertib lalu lintas, tertib pergaulan, dan tertib hidup sebagai umat beragama.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian Dian Arshinta dengan judul penelitian “Penerapan Strategi Ice Breaking Sebagai Bentuk Kreativitas Guru Dalam Mengatasi Kebosanan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa China Di SMAN 1 Karanganyar.” Program diploma III bahasa china, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS. Dari hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa dalam proses belajar bahasa china siswa-siswi SMAN 1 Karang Anyer pernah dilanda rasa bosan. Cara untuk mengatasi atau bahkan menghindari hal tersebut dibutuhkan kreatifitas guru dan sarana yang mendukung dalam proses belajar. Salah satu yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan ice breaking dalam proses


(45)

bahasa china . berangkat dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan strategi ice breaking mampu mengatasi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran bahasa china.

2. Penelitian Wiwi Yuningsih (2007) yang berjudul , “ Hubungan Metode Pemberian Tugas dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Agama Islam”. Dari penelitiannya ditemukan peroleh nilai koefisien korelasi sebesar 0, 168. Nilai ini mencerminkan bahwa metode pemberian tugas dengan motivasi belajar siswa secara kualitatif mempunyai hubungan yang tergolong sangat lemah atau sangat rendah. Hal ini karena motivasi belajar siswa tidak hanya dapat ditingkatkan dengan metode pemberian tugas saja tetapi juga ada faktor lain. Hubungan yang lemah tersebut dapat dilihat dari perhitungan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasinya adalah 2, 8224 atau dalam presentase = 0,03 %hal ini mencerminkan bahwa metode pemberian tugas hanya dapat memberikan kontribusi atas peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 3%.

3. Hasil Penelitian Muhammad Ikhwanudin dengan judul penelitian “Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP AL_Matiin Ciputat Tangerang Selatan. dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi belajar Bahasa Indonesia kelas VII SMP AL-Matiin Ciputat, Tangerang Selatan tergolong sangat tinggi. Motivasi belajar siswa tersebut dipengaruhi oleh bebrapa faktor, baik yang berasal dari dalam diri individu (Intrinsik) yang mendorongnya melakukan tindakan belajar seperti keinginan, cita-cita, dan minat. Maupun yang berasal dari luar diri individu (ekstrinsik) seperti hadiah, hukuman dan persaingan.

C.

Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses pendidikan. Berhasil tidaknya tujuan pendidikan yang dicapai tergantung dari berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari faktor pendukungnya, yaitu guru, siswa, strategi pengajaran serta fasilitas penunjang lainnya. Dari beberapa faktor


(46)

tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subjek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas sehingga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, maka tidak akan menimbulkan proses pembelajaran yang maksimal.

Dalam proses pembelajaran IPS, motivasi berperan penting sebagai daya penggerak siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar IPS akan terus rajin belajar, penuh semangat, tidak cepat bosan, dan selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin. Siswa yang mampu mengembangkan motivasinya dan mampu mengerahkan segala daya dan upaya untuk menguasai mata pelajaran IPS niscaya ia akan memperoleh prestasi yang memuaskan dalam pelajaran IPS. Oleh karena itu, menjadi kewajiban para guru untuk melakukan usaha yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan berbagai macam usaha dalam membangkitkan motivasi belajar diharapkan guru dapat menarik minat siswa agar motivasinya semakin kuat dalam pelajaran IPS, karena hasil pembelajaran akan


(1)

Terbuka,2005)

hal. 14

13" . Drs. I-1" Sapriya. M.Ed,

dkk.

Pembelajaran dan

Ettoluasi

Hasil

Belajar

1PS (Bandung: Upl

PRESS, 2006) hal (1 1-12)

I

14.

Drs.

H.

Sapriya,

M.Ed, dkk.

Pembelajaran dan

Evaluasi Hasil Belajar

1PS (Bandung:

UPI

PRESS,2006) hal

(l

l-12) i(

15.

Dr

Hamzah

B.

Uno,

Teori

motiyasi

dan pengukarannya,

(

Jakarta: Bumi Aksara" 2008),

ha|.23

16.

Slameto,

belajar

dan

faktor-faktor

yang nrcmpengaruhinya,

(

Jakat'ta

:

Rineka Cipta, 2002) cet.S hal.2.

t7.

Dls.

M.

Ngalim

Purwanto,MP.

Psikologi Pendidikan

(

Bandung

:

Remaja Rosda Jakarta, 2007), hal. 85

18

Drs

Syaiful Bahri djamarah, Psikologi

Belajar

(

Jakalta: Rineka Cipta,201 1) hal

l2

I

t9

Slanreto.

belajar

dan

.faktor-faktor

yang

ntentpengaruhinya,

(

Jakarta

:

Rineka

Cipta,

2002) cet.5 hal.2.

,l

20

Drs.

M.

Ngalim

Purwanto,MP.

Psikologi Pendidikan

(

Bandung

:

Remaja Rosda Jakarta, 2007), hal. 8

21.

Muhibbin

Syah,

Psikologi

Pendidikan dengan

Pendekatan

Baru,

(Bandung:

Rernaia

Rosdakarya, 20 10). Cet. 15. h.90

\

22. Sardiman,

A.

M,

Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar,

(

Jakarta

:

Rajagrafindo

Persada, 201

l).

hal 20

L-).

Dls.

M.

Ngalim

Purwanto,MP.

Psikologi Pendidikan

(

Bandung

:

Remaja Rosda Jakarta, 2007). hal. 85

24. Sardiman,

A.

M,

Interalcsi dqn Motiyasi Belajar

Mengajar,

(

Jakarta

:

Rajagrafindo Persada, 201 1).hal. (29-33)

25.

Drs

Syaiful Bahri djarnarah, Psikologi Belajar (

Jakarta: Rineka Cipta,20l

l)hal

17-23

(

26.

Drs.

M.

Ngalim

Purwanto,MP,

Psikologi

Pendidikan

(

Bandung

:

Rema.ja Rosda .lakarta, 2007) h.89

27.

Ir.

Hendarrnan,

dkk. Jttrnal

Pendidikan

Dan Kebudayaan: Pengetahuan Tentang Penilaian

Hasil Belajar

(Jakarta:

Badan Penelitian

dan Pengembangan

Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan, 2013) hal. 227

28.

Agus

Suprijono. Cooperatitte

Learning:

Teori

dan Aplikasi PAIKEM

(Yogyakarta:

Pustaka Belaiar. 2013) hal. 5

29.

Drs.

M.

Ngalim

Purwanto,MP.

Psikologi Pendidikan

(

Bandung

:

Remaja Rosda Jakarla,

2007),hal 102

+

30.

Muhibbin

Syah,

Psikologi

Pendidikan dengan


(2)

Rosdakarya, 20 10), h.129

3l

Dr

Hamzah

B.

Uno,

Teori

motiyasi

dan pengukurannya.

(

Jakarta

:

Bumi Aksara, 2008). hal 9

)2.

Alisuf Sabli,

PSIKOLOG/

PENDIDIKAN Berdasarkan Kurikulum Nasional

IAIN

Fakultas Tarbiyah, (.Iakarta: Pedoman

llmu

.Iaya), Cet.4, h.85

I

{

JJ.

Muhibbin

Syah,

Psikologi

Pendidikan dengan

Pendekatan

Bartt.

(Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2010). h I 34

34.

Saldiman,

A.

M,

Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar,

(

Jakarta

:

Rajagrafindo Persada, 201 1), hal 7 5

35. Nana Syaodih Sukmadianata, Landasan Psikol ogi

Proses

Pendidikan,

(Bandung

:

Remaja Rosdakarya, 2007), h. 61

36.

Drs.

H.

Tayar

Yusuf

dan Dr.s.

Syaiful

Anwar, A.,letodologi

Pengajaran

Agama

dan

Bahasa Arab, ( Jakarta : Rajacrafindo Persada, 1995), h. 97

'tl- Sardirnan.

A.

M.

lnteraksi dan Motivasi Belajar

t\lengajar,

(

.Iakarta

:

Rajagrafindo Persada, 201

l).

hal 73

38.

Zikri Neni lska,

Psikologi

Pengantar Pemahaman

Diri

Dan Lingkungan (Jakarta :

Kizi

Brothers's. 2008) hal.

4l

39.

Akyas

Azhari,

psikologi

umum

dan

perkemb anganJakarta : Teraiu, 2004, h. 65

40.

Nana Syaodih Sukmadianata, Landasan Psikologi

Proses

Pendidikan, (Bandung

:

Remaja Rosdakalya, 2007). h.

6l

i

!

41 Sardiman,

A.

M,

Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar,

(

Jakarta

:

Rajaglafindo

Persada, 2011), hal 83

42.

Abin

syamsydin makmun, psikologi pendidikan perangkat sistem pengajaran

modul

(bandung:

remaja rosdakarya, 2009) h 40

!

43.

Akyas

Azhari,

psikologi unlum

dan

perkeru

bangan

Jakafia : Teraju, 2004, h.7 1-7 2

t

44.

Zikli Neni

Iska,

Psikologi

Pengantar

Pemahaman

Diri

Dan Lingkungan (Jakarta :

Kizi

Brothers's, 2008) hal. 46-47

f

45.

Plof'.

Dr.

S. Nasution,

M.A.

Didaktik Asas-Asas Mengajar (Jakarta: Bumi Aksala, 1995) hal.

(76-77)

i

46. Sardinran,

A.

M.

lnteraksi dan Motivasi Belajar

Mengajar,

(

Jakarta

:

Rajagrafindo Persada, 201

l),

hal 85

47.

Dls. M.

Ngalim

Purwanto,MP.

Psikologi Pendidikan

(

Bandung

:

Remaja Rosda Jakarta,

2007),hal 70-71

c

48. Sardiman,

A.

M,

lnteraksi dan Motivasi Belqjar


(3)

2011), hal 88-91

Aminudin

Rasyad.

Teori Belajar

dan Pembelajaran (Jakarta: Uhamka Press, 2003) cet. Ke-3 h.89

Dimyati dan Mudijono, Belaiar

dan Pembelajaran,

(

Jakarta

:

PT.

Rhineka Cipta,

1999). cet ke-2. h. 78

Suharsimi

Arikunto dan Cepi

Safi'udin. Abdul Jabar, 2004: hal. I 8

Anas

Sudjono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakafta: Raja Grapindo Persada 2012,

h.43.

Suharsimi

Arikunto,

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakafia:

PT

Rineka cipta,


(4)

YAYASAI{AL.IKII

WAI{IYAH

SEKOIAH

DASAR ISIAIT{

TERPADU

INSAhI

IUULIA

Akte Notaris

: No. 6 / 2000

Telp.

(021

)

7

344357 5-7331377

Alamat

:

Jl. PantiAsuhan

Kp. Ceger Rt.08/05 No.

73

Jurangmangu Barat PondokAren

Kota Tangerang

Setatan

15223

SI]RAT KETERANGAIY

Nomor

:

4MISDLIIv{/}0/2014

Yang bertmda

tangan di bauilah

ini

Kepala

Sekolah Dasar

Islam

Insm Mulia

Kecmtran

Pondok

Aren Kota

Tangerang

Seldan

menerangkan bahwa :

Nama

Temp*,ll$l-

tnhir

NIM

Pendidikm

Fakultas

Junrsan

IIFI

LUTT'IYAH

Tmgerang

24Mafi.1991

I

I 10018300066

UIN

Syarif Hidayatultah Jakffia

Tarhiyah

PGMI

Telah melaksanakan

penelidan skripsi

di

SDI

INSAII MULIA

terhitung

tenggal 08

-

13

Agrlstus 2014

dengm

sasamn

sisqafi

kelas

Y.

Demikian

surat

id

kami

'buat dengan sebeiiarny4

rmtuk

digpnakan


(5)

KEMENTERIAN

AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lt. H. JuaMa No 95 Cipulat 15412 lndonesia

FORM (FR)

No.

Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

i

l,'iaret 2010 No.

Revisi: :

01

Hal 111

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor

:

Un.11lF.1lKM.01

.31

2463

12014

Lamp.

:

OutlineProposal

Hal

:

Permohonan

lzin

Penelitian

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 04 Juni 2014

Kepada Yth.

Kepala Sekolah SD|T lnsan Mulia

Tangerang Selatan

di

Tempat

Assal

am u' al aiku

m

w r. wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

:

Ufi Lutfiyah

NIM

:

1110018300066

Jurusan

:

Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah

Semester

:

Vlll

Judul

Skripsi

:

Faktor-Faktor

Yang

Mgmpengaruhi Motivasi Belajar

IPS

Siswa

Kelas

V di SDIT lnsan Mulia Tangerang Selatan

adalah benar mahasiswaii Fakultas llmu Tarbiyah

dan

Keguruen UIN Jakarta yang

sedang menyusun

skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian

(riset)

di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara

pimpi n.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassal

am u' al ai ku

m

wr.w

b.

Guru Ml

MA.


(6)

Biodata Penulis

Ufi Lutfiyah Lahir di Tangerang, 24 Maret 1991. Anak ke 7 dari 7

bersaudara dari pasangan H. Abdul Latif dan Hj. Nawiyah. Penulis

beralamat di Jalan Panti Asuhan Al-Ikhwaniyah Kp. Ceger, Rt 008 Rw 05

Jurang Mangu Barat Pondok Aren Tangerang Selatan. Penulis menempuh

pendidikan di MI Al-Ikhwaniyah (1996-2002), Sekolah Madrasah

Tsanawiyah di MTSN 13 Jakarta (2002-2005), dan sekolah Madrasah

Aliyah di Pondok Pesantren Ummul Quro Al-Islami Bogor (2005-2009).

Dan melanjutkan S1 tahun 2010 pada Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi penulis “

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas V di SDIT Insan Mulia Tangerang Selatan