Aryana jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam.
10
Skripsi tersebut lebih menekankan pada pembinaan akhlak anak para pemulung. Tidak menyinggung
para remajanya. Sedangkan skripsi ini lebih menekankan pada pembinaan akhlak pada santri remaja.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan memberikan penjelasan dan gambaran kedalam beberapa bab, yaitu :
BAB 1: PENDAHULUAN: Dalam bab ini penulis menggambarkan beberapa hal
yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI: Dalam bab ini penulis mamaparkan teori-teori
mengenai peran dan fungsi pembimbing agama yang meliputi: pengertian peran, pengertian pembimmbing, pengertian agama,
pengertian pembimbing agama, dan pembinaan akhlak yang meliputi: pengertian akhlak, metode pembinaan akhlak, faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlak dan remaja yang meliputi: pengertian remaja, karakteristik remaja, dan problematika remaja.
BAB III: GAMBARAN UMUM PESANTREN NURUL AMANAH:
Dalam bab ini penulis akan memaparkan gambaran umum Pesantren Yatim Nurul
Amanah kedalam beberapa aspek yang terdiri dari sejarah berdirinya, visi dan misinya, maksud dan tujuan, program harian dan mingguan,
biodata narasumber, dan bidang cakupan kegiatan fasilitas dan sarana penunjang bagi santri remaja yang bermukim.
10
Skripsi Rike Aryana, Peran Penyuluh Agama Dalam Pembinaan Akhlak Bagi Anak PemulungDi Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jurusan BPI, 2010
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA: Dalam bab ini terdiri dari deskripsi
dan analisis data program bimbingan agama dalam pembinaaan akhlak santri remaja, peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak santri
remaja, dan faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pembinaan akhlak santri remaja di Pesantren Yatim Nurul Amanah Jagakarsa,
Jakarta Selatan.
BAB V: PENUTUP: Pada bab ini yaitu bab terakhir yang meliputi kesimpulan dan
saran.
11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Peran
1. Pengertian Peran
Berbicara tentang peran, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan status kedududkan, walaupun keduanya berbeda akan tetapi saling berhubungan erat
antara satu sama lain. Karena yang yang satu tergantung pada yang lainnya begitu juga sebaliknya, maka peran diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang berbeda
akan tetapi kedekatannya sangat erat sekali. Seseorang dapat dikatakan berperan atau memiliki peran dikarenakan seseorang tersebut mempunyai status dalam
masyarakat walau kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan orang lain. Dalam
“Kamus Besar Bahasa Indonesia”, peran adalah “perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat
”.
1
Pengertian lain peran menurut Soerjono Soekanto, peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
2
Teori peran Role Theory adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Dalam teorinya Biddle Thomas membagi
peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial, perilaku
yang muncul dalam interaksi tersebut, Kedudukan orang-orang dalam perilaku, Kaitan antara orang dan perilaku.
3
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h. 854.
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h. 667.
3
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 215.
Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Psikologi Sosial, peran adalah harapan-harapan lain pada
umumnya tentang perilaku-perilaku yang pantas dan semestinya dilakukan oleh seseorang yang memiliki peran tertentu.
4
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dalam bukunya yang berjudul psikologi sosial menerangkan bahwa peran adalah peran adalah suatu penghargaan manusia
terhadap cara individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya, walaupun kedudukannya ini berbeda
antara satu dengan yang lainnya tersebut, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya
5
. Dari beberapa definisi di atas maka jelaslah bahwa peran merupakan suatu
kegiatan yang berkaitan dalam kehidupan manusia karena peran seseorang merupakan bagian dalam interaksi sosial dan dalam interaksi tersebut akan
memunculkan perilaku. Perilaku yang diharapkan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dengan adanya orang lain yang dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat.
B. Pembimbing Agama
1. Pengertian Pembimbing dan Agama
Menurut kamus bahasa Indonesia pembimbing adalah orang yang membimbing atau menuntun.
6
Pengertian harfiyyah pembimbing adalah menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan bermanfaat
bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidence”. Kata guidance dalam masalah
4
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori psikologi sosial, Jakarta: CV. Rajawali, 1984, h. 235.
5
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, h. 14.
6
Anton, Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud: Balai Pustaka, h. 117.
pendidikan disebut bantuan, selain itu bimbingan dapat diartikan arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance berasal dari kata dasar to guide, yang artinya
menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan, menuntun orang kejalan yang benar. Adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif
adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimili mampu mengembangkan diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
7
Miller 1961 yang dikutip dalam buku yang berjudul Bimbingan dan Konseling Di Sekolah menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimun kepada sekolah
dalam hal ini termasuk madrasah, keluarga, dan masyarakat.
8
Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan merupakan suatu
tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan
secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya. Di samping itu, bimbingan juga mengandung makna memberikan bantuan atau pertolongan dengan
pengertian bahwa dalam menentukan arah diutamakan kepada yang dibimbingnya.
9
Selanjutnya, agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia
untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral.
10
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatn kepada Tuhan yang maha
7
M. Umar, Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV Pustaka Setia, 1998, h. 9.
8
Ibid., h. 17.
9
Bimo Walgito, Bimbingan + Konseling [Studi Karier], Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010, h .6
10
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 11.