Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Pembentukan Akhlak

Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yanh lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget dengan mengatakan: Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri dari peralihan atau transisi dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa. Dalam masa pencarian identitas diri ini remaja menempatkan idola yang menurutnya ideal untuk menjadi patokannya dalam berprilaku dalam pembentukan identitasnya. Sedangkan dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Jika berprilaku seperti anak-anak maka lingkungan menganggapnya tidak pantas karena dia tak lagi kanak-kanak. Tapi, ketika dia berprilaku seperti orang dewasa maka lingkungan akan menganggapnya dewasa sebelum waktunya. 45 Singgih Ny. S sebagaimana telah dikutip Elfi Yuliani Rochmah, menyatakan bahwa “masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan 45 Ibid., h. 207. memasuki masa dewasa.” 46 Hal ini tidak jauh berbeda dengan pengertian remaja yang diungkap oleh Zakiah Daradjat bahwa “masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihandiatas jembatan goyang yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.” 47 Dari sekian banyak pengertian remaja yang telah diungkap sebelumnya, maka jelaslah bahwa masa remaja merupaka masa peralihan dari masa anak yang masih tergantung sama orang dewasa lain, belum dapat bereproduksi, dan lain sebagainya yang merupakan ciri khas dari masa anak menuju kemasa dewasa yang mandiri, dapat bereproduksi, dan lain sebagainya yang merupakan ciri khas dari masa dewasa. Peralihan yang dialami oleh remaja meliputi perkembangan berbagai aspek kepribadian, seperti fisik, psikis, fikiran, religius, sosial, dan lain sebagainya. Oleh karena masa peralihanlah maka remaja mengalami kegoncangan jiwa, karena mereka merasa bingung dengan dirinya sendiri, bagaimana dia memposisikan dirinya dilingkungan masyarakat. Ketika dia memposisikan sebagai anak-anak, lingkungan menganggap tidak pantas disebut sebagai anak-anak, sedangkan ketika dia memposisikan dirinya sebagai orang dewasa, ternyata lingkungan pun tidak menerimannya sebagai orang dewasa. Oleh karena itu Zakiah Daradjat mengibaratkannya seperti jembatan goyang, tergantung kemana dia akan menggoyangkan jembatan itu. Mana yang akan dia pilih. Karena pada dasarnya masa dewasa merupakan pilihan dan masa anak-anak merupakan kepastian. Setiap orang pasti mengalami masa anak-anak, tetapi tidak semua orang mengalami kedewasaan, karena kedewasaan perlu diusahakan, sedangkan masa anak-anak merupakan fitrah. 46 Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Teras, 2005, h. 177. 47 Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h. .85.

2. Karakteristik Remaja

Menurut Zakiah Daradjat, “masa remaja merupakan masa di mana mereka mulai mampu mengambil keputusankesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang dilihat dan didengarnya, sehingga menyebabkan anak menjadi kritis.” Hal ini terjadi karena fikiran remaja mulai dapat menjangkau hal-hal abstrak, sehingga segala sesuatu yang ia temukan baik dari penglihatan ataupun pendengarannya menjadi hal yang perlu dikritisi. 48 Menurut Muhammad Ali dan Muhammad Asrori dalam bukunya yang brjudul “Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik” menyatakan bahwa : Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, mengkhayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau “tidak dianggap”. Untuk itu, mereka sangat memerlukan keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan- perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidak konsistenan dimasyarakat yang dilakukan oleh orang dewasaorang tua; antara apa- apa yang sering dikatakan dalam berbagai forum dengan kenyataan nyata dilapangan. Kata-kata moral didengungkan dimana-mana, tetapi kemaksiatan juga disaksikan dimana-mana oleh remaja. 49 Hal ini berkaitan erat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat di atas, yang pada dasarnya fikiran pada masa remaja mulai berkembang dan sudah dapat memahami dan menterjemahkan hal-hal yang abstrak dari lingkungan. Sehingga dia kritis dan memiliki keingintahuan yang tinggi, sehingga mendorongnya untuk melakukan dan mencoban yang baru, yang sebelumnya 48 Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h.135. 49 Moh. Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, h. 18. belum pernah dilakukan atau dirasakan, sekalipun menentang, karena remaja menyukai tantangan. Remaja sangat kritis terhadap segala sesuatu, apalagi sesuatu