Sifat dan Akhlak Pembimbing dan Konselor

digambarkan, seperti yang diungkapkan al-Qaga Syandy tokoh pendidik dari mesir, yaitu memiliki bentuk jasmaniah yang bagus, berwajah berseri sebagai kesan kebersihan jiwanya, dahi mukanya lebar sebagai tanda kecerdasanya atau intelekualitasnya, berdahi terbuka sebagai tanda orang yang berpendidikan, berfikiran sehat lambang kematangan rasionalnya, tajam dalam memahami masalah klien tanda kejelian dan keseriusannya, berwatak kesatria lambang kejujuran dan pekerja keras, jelas ucapan-ucapannya mudah dipahami, beradab hatinya, bersikap adil, lapang dada bertasammuh dan sangat hati-hati dalam berbicara memilih kata-kata yang baik. Hingga di sini, semakin jelas bahwa semua persyaratan, kemampuan, sifat dan akhlak seorang pembimbing dan konselor Islam sebagaimana yang dikemukakan di atas, merupakan cerminan dari refleksi dirinya terhadap ajaran agama dan kecintaannya dalam menumbuhkembangkan pesan-pesan agama agar dijalankan masyarakat dengan baik, serta bisa menjadi pedoman hidupnya dalam menghadapi semua persoalan hidup dengan senantiasa memohon pertolongan dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan demikian akan terwujud kebahagiaan yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak. 27

5. Metode Bimbingan Agama

Menurut M. Lutfi, metode pelayanan bimbingan dan penyuluhan konseling dalam pendekatan Islam termasuk dalam pelaksanaan dakwah pada umumnya, yaitu antara lain: 28 a. Teknik bil hikmah; yaitu cara yang bijaksana, bersifat akademis dan elegan. Teknik ini biasanya digunakan dalam menghadapi klien yang terpelajar, intelek, 27 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan konseling Islam, h. 162. 28 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan konseling Islam. h. 135-137. dan memiliki tingkat rasional yang tinggi, tetapi bersifat ragu-ragu atau bahkan kurang yakin terhadap kebenaran ajaran agama, sehingga menjadi masalah bagi dirinya. b. Teknik bil-mujadalah; yaitu melalui perdebatan yang digunakan dalam menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-dalil yang rasional. Teknik ini digunakan terhadap klien yang sangat kritis atau tidak mudah menerima begitu saja apa-apa yang disampaikan konselor agama. c. Teknik bil-mau’idzah; yaitu menunjukkan contoh yang benar dan tepat, agar klien mengikutinya dengan mudah, sebab kekuatan logikanya sulit menangkap bila hanya berupa penjelasan atau teori-teori yang masih baku tekstual. d. Teknik ceramah; yaitu penjelasan yang bersifat umum, cara ini lebih tepat diberikan dalam bimbingan kelompok group guidance. Tetapi pembimbingkonselor mesti berupaya untuk menyesuaikan apa-apa yang disampaikannya dengan kondisi terbimbing yang beragam. e. Teknik diskusi atau dialog dan tanya jawab; kelebihan teknik ini klien dapat menyampaikan secara luas apa-apa yang dirasakannya, selanjutnya konselor dapat memberikan jawaban yang lebih memuaskan. Sehingga permasalahan klien dapat diselesaikan secara langsung, tetapi membutuhkan waktu yang banyak. f. Teknik persuasive, yaitu berupa dorongan-dorongan yang positif, bersifat santai, dan hiburan yang mendidik, sehingga klien termotivasi untuk melakukan nasehat konselor dengan senang hati. g. Teknik lisan; yaitu melalui pesan-pesan langsung yang disampaikan dengan ucapan atau kata-kata, guna membantu penyelesaian masalah klien, atau untuk menjelaskan sesuatu dan pesan-pesan tertentu untuk kebaikan dirinya dengan menggunakan kata-kata atau bahasa yang mudah dimengerti. h. Teknik tulisan; adalah cara bimbingan atau bantuan yang diberikan konselor kepada kliennya melalui tulisan, bisa berupa pesan-pesan yang mengandung “hikmah”, bentuk cerita dan kisah-kisah kehidupan yang dapat dipelajari dan ditiru. i. Teknik “bi-yadi” kekuasaan; adalah melalui wibawa dan karismatik atau pengaruh personal yang dimiliki konselor. j. Teknik do’a dengan hati; dalam Islam setiap permasalahan tidak mungkin diatasi sendiri tanpa bantuan dari Yang Maha Kuasa Tuhan. Karena itu, dalam mengatasi dan memecahkan masalah klien, konselor membimbingnya untuk bersama-sama memohon pertolongan dan bantuan dari Tuhan 29

C. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Kata pembinaan berasal dari kata”bina” yang mempunyai awalan “pem” dan akhiran”an”. Kata “bina” itu sendiri mempunyai arti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik.setelah di tambah awalan “pem” dan akhiran “an”kata pembinaan mempunyai arti 1. Proses dan cara 2. Penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. 30 Arti pembinaan menurut terminologi yaitu: 29 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan konseling Islam, h. 136. 30 Departemen Pendidikan Nasioanal,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 152. a. Pembinaan ialah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat berbagai zikir serta memompa dan menguatkan lewat intropeksi diri. 31 b. Pembinaan ialah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala dana dan daya yang dimiliki. 32 Maka dapat dipahami bahwa pembinaan adalah suatu upaya, usaha, kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatakan, menyempurnakan dan mempengaruhi seseorang atau kelompok masyarakat untuk merubah kehidupan pribadinya atau kehidupan sosial ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Selanjutnya, ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik kebahasaan, pendekatan terminologik peristilahan. Dari sudut pembahasan, akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliqun yang berarti pencipta, demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan. 33 Ibnu Athir menjelaskan bahwa hakikat makna khuluq itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat yaitu jiwa dan sifat-sifatnya , sedang khalqi merupakan 31 Majdi Al-Hilali, 38 Sifat Generasi Unggulan,Jakarta: Gemz Insasi Press, 1999, h. 138. 32 BP4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: Prestasi Pustaka, 1994, h. 3. 33 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta, PT. Raja Grafindo persada. 2000 h. 158. gambaran bentuk luarnya raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh imam al-Ghazali mengemukakan definisi akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu. Selanjutnya Dr. M. Abdullah Dirroz, mengemukakan definisi akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar dalam akhlak yang baik atau pihak yang jahat dalam hal akhlak yang jahat 34 . Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan- perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi. Jadi pembinaan akhlak adalah salah satu upaya untuk mempengaruhi seseorang melalui kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan budi pekerti, perangai, tingkahlaku atau tabiat ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

2. Metode Pembinaan Akhlak

Menurut Al- Qur’an manusia mempunyai potensi kebaikan dan keburukan atau kejahatan sebagaimana disebutkan pada surat Asy-Syams ayat 8-10: هاهسد م اخ ْ ق ا , اهاهك م حلْفأ ْ ق,اها ْقت اهر جف ا ْلأف 34 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h . 160.