Pengertian Pembimbing dan Agama

2. Fungsi Pembimbing

Menurut Dewa Ketut Sukardi menyebutkan bahwa fungsi pembimbing adalah sebagai berikut: 1. Menyalurkan, ialah fungsi pembimbing dalam membantu klien mendapat lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya. 2. Mengadaptasikan, ialah fungsi pembimbing dalam membantu klien di lingkungan tertentu untuk mengadaptasikan dengan keadaan atau orang-orang yang ada di lingkungan tersebut. 3. Menyesuaikan, ialah fungsi pembimbing dalam rangka membantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. 4. Pencegahan, ialah fungsi pembimbing dalam membantu klien menghindari menghindari kemungkinan terjadinya hambatan. 5. Perbaikan, ialah fungsi pembimbing dalam membantu klien untuk memperbaiki kondisi klien yang dipandang kurang baikmemadai. 6. Pengembangan, ialah fungsi pembimbing dalam membantu klien untuk melampaui proses dan fase perkembangan secara teratur. 17

3. Syarat dan Kemampuan Pembimbing dan Konselor

Pelayanan program bimbingan dan penyuluhan konseling Islam mempunyai sasaran berbagai berbagai lapisan masyarakat dari berbagai usia, jenis, kelamin, profesi, pendidikan, latar belakang sosial, budaya dan agama termasuk berbagai aliran keagamaan yang sedang berupaya memujudkan tugas-tugas kehidupannnya atau tengah mengalami kesulitan mentalkejiwaan rohani yang timbul karena faktor dalam dirinya sendiri atau karena pengaruh interaksi atau 17 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 48-49. sosialisasi dengan sesama anggota masyarakat. Atas dasar itu setiap pembimbing dan konselor tidak hanya menguasai hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalnya, akan tetapi juga memiliki pemahaman yang luas mengenai berbagai jenis atau bentuk-bentuk sasaran yang dilayani. Bisa jadi kemampuan dalam melayani klien secara menyeluruh dari berbagai jenis yang beragam tersebut termasuk persyaratan utama yang mesti dimiliki oleh setiap pembimbing dan konselor. Sebab kedudukan klien atau konseli sebagai sasaran yang harus diterima apa adanya dan pemahaman terhadap kondisi apa adanya itu dijadikan sebagai fakta dan data dalam perbaikan atau pengembangan diri klien. 18 Secara akademis pembimbing atau konselor mesti memiliki wawasan ilmu pengetahuan kemampuan teoritik yang berhubungan dengan profesi bimbingan dan konseling, serta mempunyai kemampuan kompetisi dan skill dalam melayani berbagai permasalahan masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian, setiap pembimbing dan konselor diupayakan memiliki kualitas strata pendidikan yang memadai dan secara praksis ditunjang dengan berbagai pengalaman dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Jadii dari segi profesional dan individual setiap pembimbing dan konselor mempunyai kompetensi yang seimbang antara toeritik dan praktik. Tetapi persyaratan formal akademik dalam bentuk teoritik dan kemampuan praktik belumlah cukup, mesti pula dilengkapi dengan persyaratan- persyaratan yang lainnya seperti motivasi, sikap mental, kemampuan berinprovisasi, kemampuan berempati, berkomunikasi yang baik, kemampuan bekerja sama dalam tim maupun di luar tim dengan mitra kerja dan berbagai 18 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan konseling Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 154. kemampuan individual yang lainnya yang berkaitan dengan profesi pembimbing dan konselor. 19 Dalam bimbingan dan penyuluhan konseling Islam yang dijadikan sasarannya ialah fakta dan fenomena-fenomena jiwa keagamaan yang dimiliki klien, yaitu daya-daya rohaniah atau nilai-nilai spritual yang banyak mmpengaruhi sikap dan prilaku hidupnya. Berdasarkan sasaran pelayanan itu maka pembimbing dan konselor harus menguasai mengenai wawasan kerohanian spritual yang terdapat dalam tekstual dan kontekstual ajaran Islam. Dalam al-Quran dan al-Hadist banyak ditemukan istilah-istilah yang berkaitan dengan jiwa atau kejiwaa, seperti “an-nafs, al-„aql, al-fuad, al-qalb dan ar-ruh”. Secara teoritik dan empiris istilah- istilah tersebut membutuhkan penafsiran dan penjelasan yang terperinci, terutama bila diterapkan dalam memahami fenomena-fenomena kejiwaan pada diri individu yang beragam. Selama ini sudah ada beberapa disiplin ilmu yang memfokuskan pemabahasannya pada sasaran yang berhubungan dengan jiwa dan kejiwaan, seperti ilmu filsafat, illmu tasawuf spritual Islam dan ilmu akhlak. Ilmu filsafat memfokuskan kajiannya pada esensi atau substansi jiwa, ilmu tasawuf memfokuskan kajiannya seputar keberadaan jiwa dan fungsinya ketika berkomunikasi dengan Tuhan dan berinteraksi dengan alam, dan ilmu akhlak berorientasi pada kajan sekitar sikap dan prilaku manusia yang bersumber dari kondisi kejiwaannya yang dapat mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitar flora dan fauna. Untuk itu, dalam memberikan pelayanan mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan mentalrohani kliennya pembimbing dan konselor juga memiliki kemampuan atau wawasan sekitar disiplin ilmu-ilmu tersebut. Selain itu juga 19 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan konseling Islam, h. 155. menguasai ilmu-ilmu keislaman yang ada kaitannyaa dengan kehidupan sosial manusia secara keseluruhan, seperti ilmu tafsir, ilmu fiqh, ilmu hadist, ilmu dakwah, sosiologi, antropologi, pthologi, psikologi umum, agama dan sosial dan disiplin lainnya yang berguna untuk menunjang profesinya sebagai pembimbing dan konselor yang berasaskan Islam. 20 Secara khusus, berbagai disiplin ilmu tersebut dapat diperoleh dan sudah diterapkan secara terpadu pada jurusan atau program studi prodi bimbingan dan konseling yang berbasis Islam, atau yang memiliki basic keilmuwan dakwah Islam. Secara sistematika ada beberapa kemampuan yang diberikan oleh program pendidikan tersebut kepada calon pembimbing dan konselor, yaitu wawasan dan kemampuan yang berkaitan dengan nilai-nilai kebangsaan nasionalisme, wawasan dan kemampuan keislaman sekitar konsepsi dan pengamalan ajaran Islam, wawasan dan kemampuan keilmuan yaitu ilmu dakwah sebagai induk gayut bimbingan dan konseling Islam, dan wawasan atau kemampuan keilmuan profesi perpaduan teori-teori bimbingan dan konseling dan teori-teori keislaman. Wawasan dan kemampuan tersebut kadang-kadang tidak bisa diberikan dengan leluasa masih terbatas, karena disesuaikan. Oleh karena itu, untuk menambah dan mengembangkan kemampuannya setiap pembimbing dan konselor yang telah mengikuti pendidikan formal tersebut diharapkan dapat melanjutkannya melalui pendidikan profesi yang dikhususkan bagi pembimbing dan konselor. Sesuia dengan persyaratan atau kemampuan yang mesti dimiliki pembimbing dan konselor agama Islam tersebut maka M. Arifin 1994 merumuskan syarat-syaratnya sebagai berikut: 21 20 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan konseling Islam, h. 156. 21 Ibid., h. 156.