gagasan-gagasan pengarang itu, dan ia ingin menyampaikan gagasan-gagasan pengarang secara efektif. Oleh karena itu, penerjemah harus mempu menyusun
kalimat-kalimat yang efektif dalam bahasa sasaran bahasa penerima yang dipakainya.
7
2. Proses Penerjemahan
Menerjemahkan bukanlah menuliskan pikiran-pikirannya sendiri, dan bukan pula menyadur saja, dengan pengertian menyadur sebagai pengungkapan
kembali amanat dari suatu karya dengan meninggalkan detail-detailnya tanpa harus mempertahankan gaya bahasanya dan tidak harus ke dalam bahasa lain.
Penerjemahan merupakan proses yang dilakukan secara bertahap. Larson mengemukakan tahap-tahap penerjemahan sebagai berikut: 1 mempelajari
leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2 menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan
maknanya; dan 3 mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur yang sesuai dengan bahasa sasaran dan
konteks budaya.
8
Dalam proses penerjemahan, penerjemah melakukan rangkaian tindakan dalam mencurahkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan kebiasaannya
untuk mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran melalui
7
A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989, h 11
8
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris Ke Dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008, h 19
beberapa tahapan dengan menggunakan prosedur penerjemahan, metode penerjemahan, teknik penerjemahan, dan sebagainya.
Untuk menghasilkan pesan teks bahasa sasaran Bsa yang sesuai dengana pesan yang terdapat pada teks bahasa sumber Bsu, seorang penerjemah harus
memperhatikan proses penerjemahan yang melalui setidaknya 11 proses, mulai dari struktur luar Bsu hingga menjadi struktur luar Bsa, dapat dijelaskan sebagai
berikut dengan cara berurutan.
9
Struktur luar Tsu 1 → pemahaman leksikal Tsu 2 → pemahaman morfolgis
Tsu 3 → pemahaman sintaksis Tsu 4 → pemahaman semantis Tsu 5 →
pragmatis Tsu 6 → struktur batin Tsu dan Tsa 7 → pemadanan leksikal Tsa
8 → pemadanan morfologis Tsa 9 → pemadanan sintaksis Tsa 10 →
pemadanan semantis 11 → pemadanan pragmatis Tsa 12 → struktur luar Tsa
13. 1 Struktur luas Bsu berarti masih berupa teks sumber Tsu, belum mengalami
proses apapun; 2 Pemahaman leksikal Tsu mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan
leksikal, sehingga dia bisa memahami makna kosakata yang terlihat pada Tsu; 3 Pemahaman morfologis Tsu mengharuskan penerjemaha memahami bentuk
mprfologis kosakata Tsu, sehingga dia mengerti perubahan bentuk kosakata pada Tsu yang berimbas pada perubahan makna;
4 Pemahaman sintaksis TSu mengharuskan penerjemah memahami pola kalimat dalam Tsu, yang pada gilirannya mengontraskannya dengan Tsa.
9
Moch Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An, Tangerang: Dikara, 2011, hal 13, cet. V
5 Pemahaman semantik Tsu mengharuskan penerjemah memahami pemaknaan yang berlaku pada Tsu;
6 Pemahaman pragmatis
Tsu mengharuskan
penerjemah memahami
pemahaman yang dikaitkan dengan konteks yang berlaku pada Tsu; 7 Pada struktur batin Tsu dan Tsa terjadi transformasi pada diri penerjemah
untuk kemudian menyelaraskan pemahaman Tsu ke dalam pemadanan Tsa; 8 Pemadanan leksikal Tsa mengharuskan penerjemah memilih padanan yang
tepat untuk tiap kata yang ditemuinya pada Tsu; 9 Pemadanan morfologis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki pengetahuan
soal padanan yang tepat pada suatu kata setelah mengalami perubahan bentuk; 10 Pemadanan sintaksis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki kepakaan
makna pada tiap pola kalimat dalam Tsa, sehingga dapat memilih pada yang akurat pada tiap kata yang ada di hadapannya;
11 Pemadanan semantis Tsa berhubungan dengan pemadanan sintaksis Tsa; 12 Pemadanan pragmatis Tsa merupakan hasil dari pemahaman kontekstual Tsu,
sehingga penerjemah dapat menerjemahkan dengan tepat kalimat dalm konteks tertentu, yang tentu saja akan berbeda maknanya, meskipun
bentuknya sama; 13 Ramuan dari pemahaman yang kemudian menghasilkan pemadanan itulah
yang bisa melahirkan struktur luar Tsa yang layak dikonsumsi.
3. Metode Penerjemahan