Variasi Pendeknya Kalimat Variasi Panjang Pendeknya Kalimat 1. Variasi panjangnya kalimat

Pada teks di atas terdapat hilangnya kata yang seharusnya kata tersebut dimunculkan terjemahannya yaitu salah satunya berupa hurf ﻞﺑ . Ketika terjemahan tersebut dicantumkan mungkin akan lebih relevan dengan kalimat sebelumnya. Jadi, di sini penulis mencantumkan penambahan kata dalam terjemahan bahasa sasaran, kemudian Penulis menambahkan klausa itu dalam keadaan setelah kata di samping, sebab kata junub merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang. Oleh karena itu, supaya pesan terjemahannya tersampaikan, Penulis menambahkannya dengan klausa itu dalam keadaan. Penulis pun menghilangkan kata telah. menghilangkan kata sudah, kata dibarengi pun penulis rubah menjadi disertai karena kata dibarengi itu kata yang tidak sesuai dalam tata bahasa Indonesia. Terakhir Penulis merubah struktur kalimat yang awalnya dibelakang diletakkan ditengah-tengah kalimat. Jadi terjemahan di atas yaitu: Apabila seorang berhadas kecil disamping itu ia juga dalam keadaan junub, ia cukup mandi jinabah disertai dengan niat wudhu, ia pun tidak harus meyakini, tetapi cukup mengira saja bahwa air itu sudah merata ke seluruh tubuh.

2. Variasi Pendeknya Kalimat

a ﹶﻓﹾﻟﺎ ﻤﻴ ﺘﹶﺔ ﻧ ﹺﺠ ﺴ ﹲﺔ ﻭ ِﺇ ﹾﻥ ﹶﻟﻢ ﻳ ِﺴ ﹾﻞ ﺩﻣ ﻬﺎ ﻭ ﹶﻛ ﹶﺬﺍ ﺷ ﻌﺮ ﻫﺎ ﻭ ﻋ ﹾﻈ ﻤ ﻬﺎ ﻭﹶﻗ ﺮﻧ ﻬﺎ ﺧ ﹶﻠﹰﻓﺎ ﺎ ﻟ ﹶﺎﹺﺑ ﻲ ﺣﹺﻨ ﻴﹶﻔ ﹶﺔ ﺍﹶﺫ ﺍ ﹶﻟ ﻢ ﻳﹸﻜ ﻦ ﻋﹶﻠ ﻴﻬ ﺎ ﺩ ﺳ ﻢ ﻭﹶﺍ ﹾﻓﺘ ﻰ ﹾﻟﺍ ﺤ ﻓﺎ ﹸﻆ ﺑﺍ ﻦ ﺣ ﺠ ﹺﺮ ﺍﹾﻟﻌ ﺴ ﹶﻘ ﹶﻼ ﻥ ﹺﺑ ﺼ ﺤ ﺔ ﺼﻟﺍ ﹶﻼ ﺓ ﺍﹶﺫ ﺍ ﺣ ﻤ ﹶﻞ ﹸﳌﺍ ﺼ ﱢﻠ ﻰ ﻣﻴ ﺘﹶﺔ ﹸﺫﺑ ﹴﺏﺎ ِﺇ ﹾﻥ ﹶﻛ ﹶﻥﺎ ﻓ ﻰ ﻣ ﺤ ﱟﻞ ﻳ ﺸ ﻖ ﹾﻟﺍﺎ ﺣﺘ ﺮ ﺯﺍ ﻋﻨ ﻪ. Terjemahannya: Karena itu, bangkai adalah najis sekalipun tidak berdarah beredar. Demikian pula rambut, tulang, dan tanduknya. Lain halnya pendapat Abu Hanifah, bila pada kesemuanya itu tidak terdapat lemaknya. Al-Hafidh Ibnu Hajar mengeluarkan fatwa, bahwa shalatnya orang yang membawa bangkai lalat adalah tetap sah, jika ia berada di tempat yang terasa sulit untuk menyingkirkan dari bangkai lalat tersebut. 60 Analisis: Untuk memperpendek kalimat terjemahan di atas, Penulis menggunakan teknik membuang, yaitu strategi di mana mengharuskan seorang penerjemah untuk membuang kata dalam bahasa sasaran yang disebut dalam bahasa sumber. 61 Adanya beberapa kata dalam Bahasa sumber yang tidak diterjemahkan. Pertimbangannya adalah kata atau bagian teks bahasa sumber tersebut tidak begitu penting bagi keseluruhan teks dan biasanya agak sulit untuk diterjemahkan. 62 Dalam kasus terjemahan di atas, Penulis nmembuang kata-kata yang mungkin tidak merubah pesan yang ingin diungkapkan, seperti pada, ini merupakan pemborosan kata, pada frasa mengeluarkan fatwa cukup memfatwakan, karena arti dari 60 ‘Aly, As’ad, Tarjamah Fath al-Muîn 1, Kudus: Menara Kudus, 1980, hal 80, baris 2 61 Moh. Syarif Hidayattullah, Tarjim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia, Tangerang: Dikara, 2011, hal. 29 62 Abdul Munip, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Teras, 2009, hal. 27 menfatwakan itu sama dengan mengeluarkan fatwa atau memberikan fatwa. Kemudian kata dari seharusnya tidak perlu dicantumkan sebab frasa menyingkirkan dari bangkai sama saja dengan menyingkirkan bangkai. Menurut Penulis terjemahan di atas dapat diperpendek menjadi: Karena itu, bangkai adalah najis sekalipun darah tidak mengalir. Demikian pula rambut, tulang, dan tanduknya. Lain halnya pendapat Abu Hanifah, jika kesemuanya itu tidak terdapat lemaknya. Al-Hafiz Ibnu Hajar menfatwakan, bahwa shalatnya orang yang membawa bangkai lalat adalah tetap sah, jika ia berada di tempat yang terasa sulit untuk menyingkirkan dari bangkai lalat tersebut. b ﻭ ﺧ ﻣﺎ ﺴ ﻬﺎ : ﺩ ﺧ ﻮ ﹸﻝ ﻭﹾﻗ ﺖ ﻟﺪ ﺋﺍ ﹺﻢ ﺣ ﺪ ﺙ ﹶﻛ ﺴ ﻠ ﹴﺲ ﻭ ﻣ ﺴ ﺘ ﺤ ﺿﺎ ﺔ . ﻭﻳ ﺸ ﺘﺮ ﹸﻁ ﹶﻟﻪ َﺃﻳ ﻀ ﺎ : ﹶﻇ ﻦ ﺩ ﺧ ﻮﻟ ﻪ ﹶﻓ ﹶﻼ ﻳﺘ ﻮ َّﺿ ﺄ ﹶﻛ ﹾﻟﺎ ﻤﺘ ﻴﻤ ﹺﻢ ﻟﹶﻔ ﺮ ﹴﺽ َﺃ ﻭ ﻧﹾﻔ ﹴﻞ ﻣﺆ ﱠﻗ ﺖ ﹶﻗﺒ ﹶﻞ ﻭﹾﻗ ﺖ ﻓﻌ ﻠﻪ ، ﻭﻟ ﺼ ﹶﻼ ﺓ ﺟﻨ ﺯﺎ ﺓ ﹶﻗﺒ ﹶﻞ ﹾﻟﺍﻐ ﺴ ﹺﻞ ، ﻭ ﺗ ﺤ ﻴﺔ ﹶﻗﺒ ﹶﻞ ﺩ ﺧ ﻮ ﹺﻝ ﹾﻟﺍ ﻤ ﺴ ﹺﺠ ﺪ ، ﻭﻟ ﺮﻠ ﻭ ﺗﺍ ﹺﺐ ﹾﺍْﻟ ُﻤ َﺘﺄ ّﺧ ﺮﺓ ﹶﻗﺒ ﹶﻞ ﻓﻌ ﹺﻞ ﹾﻟﺍﹶﻔ ﺮ ﹺﺽ . Terjemahannya: Syarat wudlu nomor lima : masuk waktu, bagi orang yang selalu berkeadaan chadats, semisal orang beser kencing dan wanita istihadloh. Khusus bagi orang yang seperti ini, disyaratkan: perkiraannya lebih-lebih keyakinannya bahwa waktu telah tiba. Karena itu, ia belum boleh berwudlu, seperti halnya orang yang bertayammum untuk shalat fardlu atau shalat sunnah yang tertentu waktunya sebelum masuk waktu pekerjaannya, atau untuk shalat jenazah sebelum dimandikannya, atau untuk Tahiyyatil Masjid sebelum ia masuk ke masjid, atau untuk shalat Rowatib Ba’diyah sebelum melakukan shalat fardlunya. 63 Analisis: Untuk memperpendek kalimat pada terjemahan di atas, Penulis banyak membuang kata-kata yang seharusnya tidak perlu dicantumkan serta terdapat kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa, seperti kata chadats. Kata chadats seharusnya bertuliskan hadats. Meskipun terjemahan di atas sudah dapat dipahami, tapi terjemahan masih belum dikategorikan sebagai kalimat yang sedikit tapi pesannya mudah dipahami. Oleh karena itu Penulis merubah terjemahan di atas menjadi: Syarat wudu yang ke lima: masuk waktu, bagi orang yang berhadats, seperti orang yang beser kencing 64 dan wanita yang istihadah 65 . Untuk orang ini disyaratkan: perkiraannya terlebih keyakinannya waktu telah tiba. Karena itu, ia belum boleh berwudu -seperti halnya orang yang tayamum- untuk shalat yang wajib, shalat sunah yang tertentu waktunya yang sbelum waktu melakukan shalat, shalat jenazah sebelum dimandikan, shalat tahiyyah al-masjid sebelum masuk masjid atau untuk shalat rawatib ba’diyah sebelum melakukan shalat wajib.

F. Variasi pembentukkan me- dan di-