Melakukan Penonjolan Kata Di Depan Kalimat

Sebaliknya, apabila pembaca bersikap kritis dengan bertindak selektif dalam ‘mengkonsumsi’ buku, maka penerbit, editor, atau penerjemah akan bekerja ekstra hati-hati dan seoptimal mungkin agar hasil penerbitan mereka terhindar dari kesalahan-kesalahan.

D. Melakukan Penonjolan Kata Di Depan Kalimat

1 ﻭ ﹶﻻ ﻳﻨﺘ ﹺﻬ ﻰ ﻭ ﺟ ﻮ ﺏ ﻣﺎ ﻣﺮ ﻋﹶﻠ ﻰ ﻣ ﻦ ﻣﺮ ﺇﱠﻻ ﹺﺑﺒﹸﻠ ﻮ ﻏﻪ ﺭ ﺷﻴ ﺪﺍ Terjemahannya: Kewajiban orang tua mendidik anak seperti di atas, baru berakhir setelah menjadi dewasa dan pandai. 53 Analisis: Pada terjemahan di atas kata yang ditonjolkan itu pada kata orangtua, sebab kata tersebut ada sebuah penekanan unsur perintah bagi orangtua untuk mendidik anaknya. Sehingga, kata orangtua itu patut diletakkan di awal kalimat dan kadudukannya sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia. Kemudian kata menjadi itu seharusnya dihilangkan saja, sebab kata setelah itu sudah mewakili kata menjadi. Jadi terjemahannya: orang tua berkewajiban mendidik anak seperti di atas, baru berakhir setelah dewasa dan pandai. 53 ‘Aly, As’ad, Tarjamah Fath al-Muîn 1, Kudus: Menara Kudus, 1980, hal 14, baris 4 2 ﻭ ﹶﻻﻳ ﹾﻜ ﻔ ﻲ ﹶﻗﺮ ﻧﻬ ﺎ ﺑ ﻤﺎ ﹶﻗﺒ ﹶﻞ ﺣﻴ ﹸﺚ ﹶﻟﻢ ﻳ ﺴ ﺘ ﺼ ﺤ ﺒﻬ ﺎ ِﺇﹶﻟ ﻰ ﹶﻏ ﺴ ﹺﻞ ﺷ ﻲ ٍﺀ ﻣﻨ ﻪ . ﻭﻣ ﺎ ﹶﻗ ﺭﺎ ﻧﻬ ﺎ ﻫ ﻮ ﹶﺍﻭ ﹸﻟﻪ . ﹶﻓﺘ ﹸﻔﻮ ﺕ ﺳﻨ ﹸﺔ ﹾﻟﺍ ﻤ ﻀ ﻤ ﻀ ﺔ ِﺇ ﹾﻥ ﻧﺍﻐ ﺴ ﹶﻞ ﻣﻌ ﻬﺎ ﺷ ﻲ ٌﺀ ﻣ ﻦ ﹾﻟﺍ ﻮ ﺟ ﻪ ﹶﻛ ﺤ ﻤ ﺮﺓ ﺸﻟﺍ ﹶﻔﺔ ﺑﻌ ﺪ ﹺﻨﻟﺍ ﻴﺔ . Terjemahannya: Tidak boleh meletakkan niat pada sebelum basuhan wajah, sekira tidak mungkin mempersamakannya dengan sebagian dari basuhan itu. Basuhan yang dibarengi niatlah yang dihitung awalnya basuhan. Maka lepaslah kesunahan berkumur, walaupun dapat juga terbasuh sebagian wajah bersama kumur, seperti bibir luar sesudah niat. 54 Analisis: Sudah kita ketahui bahwa terjemahan di atas yang kata yang ditonjolkan itu pada kata meletakkan kemudian diiringi dengan kata niat. Pada kata تﻮﻔﺗ diterjemahkan sebagai lepaslah ini tidak tepat dalam menetapkan diksi, ini menyebabkan terjemahan yang tidak efektif, pembaca yang awam pun mungkin tidak akan memahami apa yang dimaksud dengan lepas, maka diksi yang sesuai Penulis ganti kata lepas menjadi hilang 55 . Pada frasa sesudah niat pun itu masih tidak tepat untuk diletakkan di akhir kalimat, sebab tidak revelan. 54 ‘Aly, As’ad, Tarjamah Fath al-Muîn 1, Kudus: Menara Kudus, 1980, hal 28, baris 3 55 Munawwir, Warson Achmad. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif 1997, hal. 1076 Akhirnya penulis merubah terjemahannya menjadi: Meletakkan niat pada sebelum basuhan wajah itu tidak boleh, sekiranya tidak mempersamakan dengan sebagian dari basuhan itu. Basuhan yang dibarengi dengan niatlah yang dihitung awal basuhan. Maka, hilanglah kesunahan berkumur ketika sesudah niat, walaupun dapat terbasuh sebagian wajah bersama kumur, seperti bibir luar. 3 ﻭﻳ ﹺﺠ ﺐ ﹶﻏ ﺴ ﹸﻞ ﹶﻇ ﻫﺎ ﹴﺮ ﻭ ﺑ ﻃﺎ ﹴﻦ ﹸﻛ ّﹴﻞ ﻣ ﻦ ﺸﻟﺍ ﻌﻮ ﹺﺭ ﺴﻟﺍ ﹺﺑﺎﹶﻘ ﺔ ﻭ ِﺇ ﹾﻥ ﹶﻛﹸﺜ ﻒ ﻟﻨ ﺪ ﺭﺓ ﹾﺍ ﹶﻜﻟ ﹶﺜﹶﻓﺎ ﺔ ﻓﻴ ﻬﺎ . ﹶﻻﺑ ﻃﺎ ﹺﻦ ﹶﻛﺜ ﻴ ﻒ ﻟ ﺤ ﻴﺔ ﻭ ﻋ ﹺﺭﺎ ﹴﺽ . ﻭ ﹾﻟﺍ ﹶﻜﺜ ﻴ ﻒ : ﻣﺎ ﹶﻟﻢ ﺗﺮ ﻩ ﹾﻟﺍﺒ ﺸ ﺮﹸﺓ ﻣ ﻦ ﺧ ﹶﻼ ﻟﻪ ﻓ ﻰ ﻣ ﺠ ﻠ ﹺﺲ ﺘﻟﺍ ﺨ ﹸﻃﺎ ﹺﺐ ﻋ ﺮﹰﻓ ﺎ. Terjemahannya: Wajiblah membasuh luar dan dalamnya setiap rambut di daerah muka, sekalipun lebat, karena tidak biasa rambut tumbuh lebat di sana. Tetapi tidak diwajibkan membasuh ke bagian dalam jenggot atau godek yang lebat. Norma lebat yaitu: dalam majlis omong-omong biasa, kulit tidak tampak dari sela-sela rambutnya. 56 Analisis: Untuk menganalisis terjemahan di atas, Penulis tertuju pada klausa membasuh luar dan dalamnya setiap rambut di daerah muka itu yang menjadi penonjolan kata terletak pada kata membasuh. Dalam pemilihan diksi terdapat tidak enak untuk dibaca yaitu pada kata ُﻧْﺪ َر ِة yang diterjemahkan tidak biasa. Kata tidak biasa itu seharusnya 56 ‘Aly, As’ad, Tarjamah Fath al-Muîn 1, Kudus: Menara Kudus, 1980, hal 30, baris 3 diganti atau lebih menghemat kata dalam bahasa sasaran, Penulis menerjemahkan kata ُﻧْﺪ َر ِة menjadi jarang 57 , dan pada kata tempat di sana pun seharusnya dirubah menjadi di dalamnya supaya lebih sesuai. Pada kalimat ﻰﻓ ﹺﺲﻠﺠﻣ ﹺﺐﹸﻃﺎﺨﺘﻟﺍ yang di terjemahkan literlek sekali ‘dalam majlis omong-omong biasa’, sehingga pesannya belum tersampaikan serta mungkin si pembaca pun akan bingung sekali apa yang yang dimaksud dengan terjemahan tersebut. Pada halnya, kalimat ﻰﻓ ﹺﺲﻠﺠﻣ ﹺﺐﹸﻃﺎﺨﺘﻟﺍ mengandung sebuah pesan keadaan ‘ketika kita sedang berhadapan dengan orang’. Penulis menerjemahkan Tsu di atas menjadi: Membasuh luar dan dalamnya pada setiap rambut di daerah muka itu hukumnya wajib, meskipun lebat. karena jarang rambut yang lebat terdapat di dalamnya. Akan tetapi tidak wajib membasuh ke bagian dalam jenggot atau godek yang lebat. Lebat itu adalah kulit tidak tampak dari sela-sela rambutnya ketika sedang berhadapan dengan orang menurut kebiasaan adat. 57 Munawwir, Warson Achmad. Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997 , hal. 1402

E. Variasi Panjang Pendeknya Kalimat 1. Variasi panjangnya kalimat