Kuis Evaluasi Membaca Deskripsi Teoretik

5 Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan reading to classify atau yang dimaksud membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. 6 Membaca menilai, membaca mengevaluasi reading to evaluate atau yang dimaksud membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. 7 Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan reading to compare or contrast atau yang dimaksud membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca.

d. Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca merupakan modal utama dalam kehidupan setiap pribadi, baik disekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan sekolah murid sering mengalami kesulitan belajar karena murid tersebut tidak memiliki kemampuan membaca yang kurang memadai. 32 Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. 33 Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efesien dan efektif. Kemampuan untuk mebaca diperlukan berpikir kritis, menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat 32 http:karwapi.wordpress.com20121006proposal-ptk-16-meningkatkan-kemampuan- membaca-intensif-dengan-menggunakan-strategi-dr-ta-directed-reading-thinking-activity-murid- kelas-iii-sd-negeri-211-bulete-kabupaten-wajo diakses tanggal 6 Oktober 2012 33 Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Op.Cit, h. 92 maupun makna tersiratnya, melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, dan menilai. Mengelolah secara kritis artinya dalam proses membaca seseorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat atau makna baris bacaan reading the lines, tetapi juga menemukan makna antar baris reading between lines, dan makna di balik baris reading beyond the lines. Kemampuan membaca juga merupakan sebuah jembatan bagi siapapun saja dan dimana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan, baik di lingkungan, di dunia persekolahan maupun di dunia pekerjaan, oleh karena itu, para pakar sepakat bahwa kemahiran reading literacy merupakan prasyaratan mutlak bagi setiap insan yang memperoleh kemajuan. Untuk memperoleh kemampuan membaca yang layak bukanlah pekerjaan yang mudah, karena faktor- faktor untuk melingkupnya sangat kompleks. Kemampuan membaca dan berpikir secara kritis juga menuntut agar kita sadar akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita sendiri, dan unsur-unsur lain dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin mempengaruhi kegiatan membaca dan berpikir kita. 34 Misalnya apabila ayah kita adalah seorang guru, mungkin saja memiliki sikap-sikap tertentu terhadap organisasi guru yang akan mencegah pemicaraan kita mengenai pemogokan yang mengancam dengan suatu cara yang objektif.sebagai warga Negara atau mahasiswa yang bertanggung jawab, kita perlu sadar akan sikap-sikap kita yang tidak masuk akal. Yang terpenting ialah bahwa kita menyadari minat- minat pribadi kita sendiri dan bahwa kita tidak membiarkannya turut campur tangan pada kemampuan kita membacadan berpikir secara inteligen dan kritis. 34 Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Op.Cit, h. 94

e. Evaluasi Hasil Membaca

Evaluasi menurut Bloom adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa atau tidak. 35 Zainul dan Nasution menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan instrument tes maupun non-tes. Singkatnya evaluasi adalah kegiatan atau proses penentuan nilai, sehingga dapat diketahui mutu atau hasilnya. Dalam evaluasi terdapat alat evaluasi. Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. 36 Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi, ada dua teknik dalam evaluasi yaitu teknik tes dan non tes. Dalam teknik tes yang berhubungan dengan hasil membaca yaitu tes subjektif dan tes objektif. 37 Tetapi dalam pembahasan ini hanya menjelaskan tentang tes subjektif yang berhubungan dengan pebahasan teoretiknya. Tes Subjektif yang pada umumnya berbentuk esai uraian. Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. 1 Kebaikan-kebaikannya 35 Sitiatava Rizema Putra, Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja, Yogyakarta: DIVA Press, 2013, h. 73 36 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, h. 40 37 Ibid. h. 177 a Mudah disiapkan dan disusun. b Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. c Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus. d Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. e Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan 2 Keburukan-keburukannya a Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai. b Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja terbatas c Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif d Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai. e Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. 3 Bilamanakah digunakan tes subjektif? Tes bentuk esai digunakan apabila: a Kelompok yang akan tes kecil, dan tes itu tidak akan digunakan berulang-ulang. b Tester guru ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bentuk tertulis. c Guru ingin mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa daripada hasil yang telah dicapai. d Memiliki waktu yang cukup banyak untuk menyusun tes.

f. Pemilihan Teks sebagai Materi dalam Pembelajaran Membaca

Mengenai pembelajaran membaca, dituliskan dalam kurikulum Bahasa Indonesia bahwa membaca yang diajarkan pada siswa umumnya meliputi membaca intensif, membaca cepat, membaca memindai dan membaca nyaring. Namun demikian, porsi materi dan kegiatan untuk membaca intensif pemahaman lebih banyak diberikan. Ini tampak dari kompetensi dasar dalam kurikulum yang berhubungan dengan materi dalam pembelajaran membaca antara lain: 38 Kelas I : b Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat. c Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat. d Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat e Membaca puisi anak Kelas II : a Menyimpulkan isi teks pendek 10-15 kalimat yang dibaca dengan membaca lancar b Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca Kelas III : a Membaca nyaring teks b Menjelaskan isi teks 100-150 kata melalui membaca intensif c Menceritakan isi dongeng yang dibaca 38 http:giosamudera.wordpress.comcategoryskkd-sd diakses tanggal 20 April 2011 Kelas IV : a Menemukan pikiran pokok teks agak panjang 150-200 kata dengan cara membaca sekilas b Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca c Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamusensiklopedi melalui membaca memindai d Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat e Membaca pantun Kelas V : a Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat b Mnemukan gagasan utama c Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat d Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas e Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus buku petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll yang dilakukan melalui membaca memindai f Mengidentifikasi unsur cerita tokoh, tema, latar, amanat Kelas VI : a Mendeskripsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan atau kunjungan b Menanggapi informasi dari kolom atau rubrik khusus majalah anak, Koran,dll Mengenai pemilihan teks yang digunakan dalam pembelajaran membaca, sebenarnya dalam kurikulum 2006 dituliskan bahwa panjang pendeknya teks tidak diatur karena yang menjadi dasar pertimbangan adalah kualitas teks, bukan kuantitasnya. 39 Hal itu dapat dikaitkan dengan pemikiran bahwa sebuah teks yang panjang tetapi mengandung banyak kekurangan atau kelemahan, tidak dianjurkan dipakai sebagai materi pembelajaran karena tidak memberikan model yang baik bagi siswa. Materi bacaan yang dianjurkan sebaiknya adalah teks yang tidak saja sesuai dengan topik pembahasan tetapi juga harus merupakan bacaan yang baik dari segi organisasi ide, alur berpikir, struktur teks serta tata bahasanya. Begitu juga dengan hasil eksperimen Wood dalam Hosenfeld, Arnold, Kirchofer, Laciura dan Wilson, 2007 yang mendapati bahwa dibandingkan teks yang memuat kalimat-kalimat kompleks, teks dengan pengungkapan ide yang rumit lebih sulit dipahami oleh pembaca. Jadi dapat disimpulkan cerita pendek, cerita anak, atau bahkan cerita rakyat dapat menjadikan pelajaran lebih menyenangkan karena umumnya pemakaian teks seperti itu sangat dianjurkan.

5. Karangan Narasi

a. Pengertian Narasi

Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah- olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. 40 Oleh sebab itu dapat disimpulkan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Apa yang telah 39 Kundharu Saddhono St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Teori dan Aplikasi, Bandung: CV. Karya Putra Darwati, 2012 h. 90 40 Dr. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT Gramedia, 1983, h. 135-136 terjadi tidak lain daripada yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh- tokoh dalam suatu rangkaian waktu.

b. Pengertian Karangan Narasi

Salah satu kemampuan membaca yang biasa diterapkan di SD adalah kemampuan membaca sebuah karangan cerita. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan juga sebagai rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. 41 Hasil mengarang dapat berupa tulisan, cerita, artikel, buah pena, ciptaan atau gubahan lagu, musik dan nyanyian. Karangan yang baik adalah karangan yang dapat dibaca dan dipahami oleh para pembaca. Karangan dapat dibedakan menjadi karangan deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi. Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. 42 Sasarannya adalah memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Gorys Keraf berpendapat bahwa : “narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. ” Jadi, karangan narasi berasal dari narration = bercerita adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. 41 Yeti Mulyati, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, Jakarta: Universitas Terbuka, 2011, h. 1.5 42 Ibid, h. 5.1 Karangan narasi berusaha menjawab keingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa yang terjadi?”. Seperti halnya karangan deskripsi, karangan narasi memiliki dua macam sifat yaitu, 1 narasi ekspositoris, menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya yaitu perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut, 2 narasi sugestif, peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal imajinasi para pembaca. Narasi ekspositoris digunakan untuk karangan faktual seperti biografi, aotobiografi, sejarah atau proses dan cara melakukan suatu hal. Sedangkan narasi sugestif digunakan untuk karangan imajinatif seperti novel, cerpen, roman dan drama. 43

c. Teknik Narasi

Narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang peristiwa pada suatu waktu kepada pembaca. 44 Hal terpenting dalam karangan narasi adalah unsur tindakan atau buatan sehingga ketika membaca karangan narasi pembaca seolah-olah melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Terdapat dua bentuk narasi, yaitu narasi sugestif dan narasi ekspositoris. Berikut perbedaan pokok antara Narasi Sugestif dan Narasi Ekspositoris : No. Narasi Sugestif Narasi Ekspositoris 1. Menyampaikan suatu makna atau suatu suatu amanat yang tersirat Memperluas pengetahuan 2. Menimbulkan daya khayal Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian 3. Penalaran hanya berfungsi sebagai Didasarkan pada 43 Dr. Gorys Keraf, Op.Cit, h. 136 44 Ibid, h. 138 alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar. penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional 4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik-beratkan penggunaan kata-kata konotatif Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif

1. Narasi Sugestif

Narasi sugestif atau imajinatif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. 45 Narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel, dan roman. Dongeng, cerpen, novel, dan roman merupakan bentuk narasi fiktif dengan ciri khas yang dimilikinya yaitu adanya alur dan suspensi, latar dan waktu, tokoh dan karakter, sudut pandang dan makna yang terkandung di dalamnya

2. Narasi Ekspositoris

Ekspositoris adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional. Sejarah, biografi, autobiografi adalah bentuk narasi yang menjelaskan peristiwa- peristiwa yang menyangkut riwayat hidup atau pengalaman perorangan atau kelompok dengan penyajian yang berusaha menarik manfaat dari pengalaman tersebut. 45 Ibid. h 139

d. Kemampuan Membaca Karangan Narasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Jenis Karangan Siswa Kelas Xi Smk Al Kautsar Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012

0 4 198

Peningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Matematik Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

0 15 189

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap Kemampuan Membaca Karangan Narasi Pada Siswa Kelas V Di MIN 6 Jagakarsa, Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2012/2013

0 5 186

Analisis Kesalahan Penggunaan Kosakata Pada Karangan Narasi Siswa Yang Berlatar Belakang Bahasa Betawi Kelas Vii Mts Negeri Parung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013

0 8 114

Pengaruh Metode Menulis Berantai terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2013/2014

4 14 159

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Pengaruh Teknik Membaca Total Gaya SAVI Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Kelas III MIN 15 Bintaro Tahun Pelajaran 2014/2015

1 29 168

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

0 9 0

Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Active Learning Type Quiz Team Pada Siswa Kelas V C MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta Tahun Ajaran 2013/2014

0 13 0

Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas IX.6 di SMP Negeri 13 Pekanbaru

0 0 13