f. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif
Menurut Roger and David Johnson dalam Zulfiani, dkk pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan, diantaranya:
1 Pembelajaran kooperatif lebih kuat menghasilkan pencapaian
tujuan pembelajaran dibanding pola interaksi kompetitif dan individual
2 Siswa lebih positif tentang sekolah, bidang mata pelajaran dan
guru. 3
Siswa lebih positif tentang satu sama lain ketika belajar secara kooperatif
4 Siswa lebih efektif antar pribadi, lebih mampu menerima
perspektif orang lain, dan memiliki keahlian interaksi yang lebih baik.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:
1 Dalam kelompok dengan keahlian campuran, seringkali siswa
yang lebih kuat harus mengajar siswa yang lebih lemah dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok
2 Waktu pada pembelajaran ini hanya cukup untuk fokus tugas
pada tingkatan yang paling mendasar 3
Strategi ini mungkin hanya mendukung pemikiran tingkat rendah dan mengabaikan strategi pemikiran kritis dan tingkat tinggi.
g. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif.
18
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
18
Dr. Rusman, M.Pd, Op.Cit, h. 211
Fase-2 Menyajikan informasi
Fase-3 Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok - kelompok belajar
Fase-4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Fase-5 Evaluasi
Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
h. Teori Pembelajaran Kooperatif
Teori pembelajaran kooperatif menurut Slavin terbagi dalam 2 kategori, yaitu teori Motivasi dan teori Kognitif.
19
1 Teori Motivasi
Menurut teori motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif terletak pada bagaimana bentuk penghargaan reward
atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. “Motivational perspective on cooperative learning
19
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2008 h. 35
focus primarily on the reward or goal structure under wich students operate”.
Diidentifikasikan ada tiga macam struktur pencapaian tujuan seperti berikut:
a Kooperatif : siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan
hanya jika siswa yang lain juga akan mencapai tujuan tersebut. b
Kompetitif : siswa yakin bahwa tjuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan .
c Individualistik : siswa yakin upaya mereka sendiri untuk
mencapai tujuan taka da hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.
Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatiu menciptakan suatu situasi dimana anggota kelompok dapat mencapai
tujuan pribadi mereka apabila kelompok itu berhasil. Oleh karena itu, anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya dengan cara
melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil dan yang lebih penting lagi adalah mendorong teman kelompoknya untuk
melakukan upaya maksimal. 2
Teori Kognitif Teori ini menekankan pengaruh kerjasama dalam suasana
kebersamaan didalam kelompok itu sendiri. “cognitivetheories emphasize the effects of working together in itself whether or not the
groups are trying of group goal”. Teori kognitif dapat dkelompokkan dalam dua kategori
sebagai berikut:
20
a Teori Pembangunan
Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai
meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.
20
Ibid, h.15
b Teori Elaborasi Kognitif
Pandangan dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa apabila informasi yang telah ada di dalam memori, siswa
harus terlibat dalam beberapa restruktur atau elaborasi kognitif suatu materi. Salah satu cara elaborasi kognitif yang paling
efektif adalah menjelaskan materi itu pada orang lain. Dasar teori pembelajaran kooperatif seperti yang disebutkan
di atas digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Team
Achievement Division
a. Pengertian
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin.
Menurut Slavin, model STAD student team achievement division merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti
dan model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan banyak subjek lainnya
pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
21
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan
guru”.
22
Jadi jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok
mereka dalam mempelajari pelajaran dan harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-
norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.
21
Dr. Rusman, M.Pd, op. cit., h. 213
22
Robert E. Slavin, Op.Cit, h. 144
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
23
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD memiliki langkah-langkah pembelajaran meliputi :
24
1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
heterogenitas keragaman kelas dalam prestasi akademik, genderjenis kelamin, rasa atau etnik.
3. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan
tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memotivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.
4. Kegiatan Belajar dalam Tim Kerja Tim
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,
sehingga semua
anggota menguasai
dan masing-masing
memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
23
Isjoni, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta, 2013 h. 51
24
Dr. Rusman, M.Pd, op. cit., h. 215
5. Kuis Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian
terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja
sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan
ajar tersebut.
c. Teori Pembelajaran STAD
Berdasarkan sifat keilmuan, Bruner mengategorikan teori pembelajaran menjadi preskriptif dan deskriptif.
25
Teori belajar preskriptif beraksentuasi pada bagaimana sebaiknya proses belajar
diselenggarakan. Teori belajar deskriptif menekankan pada bagaimana proses belajar terjadi dalam diri peserta didik. Jadi, teori belajar
preskriptif berisi seperangkat preskripsi guna mengoptimalkan hasil belajar yang diinginkan. Teori belajar deskriptif berisi deskripsi
mengenai hasil belajar yang muncul sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu.
4. Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan dan suatu kesatuan kegiatann terpadu yang mencakup
beberapa kegiatan,
seperti mengenali
huruf dan
kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya menarik kesimpulan
mengenai maksud bacaan.
26
25
Agus Suprijono, Op.Cit, h. 15
26
Dra. Novi Resmini, M.Pd, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Tinggi, Bandung: UPI PRESS, 2007, h. 73
Membaca merupakan adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan melalui media kata-kata bahasa tulis.
27
Klein, dkk yang dikutip Rahim 2005 mengemukakan, bahwa definisi membaca mencakup 1 membaca merupakan suatu proses 2
membaca adalah strategis, dan 3 membaca merupakan kegiatan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi
dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna
Menurut Anderson yang dikutip oleh Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, pendapat sisi linguistik menjelaskan bahwa :
“Membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi a recording dan decoding process. Pembacaan
sandi decoding adalah menghubungkan kata-kata tulis written word dengan makna bahasa lisan oral language meaning yang
mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
”
28
Selain penjelasan di atas, beliau juga mengungkapkan bahwa : “Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk
memahami yang tersirat dari yang tersurat, melihat pemikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Tingkat hubungan antara
makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dengan interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan
tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca.
”
29
Dari pengertian membaca diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses keterampilan
untuk mengamati, memahami, menghubungkan dan memikirkan isi suatu bacaan. Membaca juga untuk mendapatkan informasi serta
makna yang terkandung di dalam bacaan.
27
Dra. Isah Cahyani, M.Pd. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD, Bandung: UPI PRESS, 2007, h. 98
28
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa Bandung, 2008, h. 7
29
Ibid. hlm 8
Dengan demikian membaca sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode tulisan ke dalam bunyi atau menguraikan
kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna tertentu.
b. Langkah-Langkah Membaca
Hal pertama yang harus disadari adalah pengetahuan apa yang sudah dimiliki sebelum membaca tulisan. Kedua ialah menetapkan
sasaran. Langkah ketiga mencari gambaran umum bacaan. Tujuan awal adalah langkah membaca kritis yang keempat. Kelima adalah
pendalaman dan yang terakhir adalah pembahasan ulang.
30
Pada langkah pertama, mengaitkan pengetahuan sangat penting dimiliki sebelum membaca dengan pengetahuan yang akan didapatkan
melalui proses membaca karena tanpa pengetahuan, proses membaca tidak mungkin berjalan dengan lancar.
Pada langkah kedua menetapkan sasaran maksutnya seseorang menganalisis apa sasaran sebelum membaca tulisan. Hal ini berguna
untuk meningkatkan konsentrasi serta membantu untuk mencapai sasaran tersebut.
Pada langkah ketiga bukan membaca dalam pengertian sebenarnya, melainkan membaca sekilas. Hal ini berguna agar dapat
mengetahui struktur dan isi bacaan. Pada langkah keempat maksutnya memberi tanda dengan
menggunakan pensil, pulpen atau stabilo pada poin-poin penting sesuai dengan sasaran karena peninjauan tersebut akan memelihara
pemusatan perhatian pembaca. Pada langkah kelima pendalaman yang dimaksud adalah
memahami materi bacaan secara terperinci atau membaca materi yang dibaca dengan pemahaman yang mendalam.
30
Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir, Jakarta: MitraWacana Media, 2010, h. 222